JAKARTA, Beritalima.com– Sekretaris Jenderal (Sekjen) partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Mahfuz Sidik meminta komunitas internasional, termasuk Indonesia tidak mengisolir Taliban sebagai pemenang di Afghanistan, tetapi justru secara bersama-sama membantu mereka untuk pemerintahannya yang inkluisf dan moderat.
“Taliban jangan diblokade, karena begitu diisolasi dunia internasional dan diblokade, mereka tidak punya jalan lain. Mereka akan mengembangkan jalan-jalan kekerasan terorisme dan menyebarkan ke seluruh dunia lagi,” kata Mahfuz.
Hal itu dikatakan Sekjen partai Gelora Indonesia itu dalam dialog Catatan Demokrasi di tvOne dengan tema ‘Taliban Menang, Islamofobia Datang?’, pertengahan pekan ini.
Menurut politisi senior ini, situasi dan kondisi di Afghanistan saat ini sebenarnya tidak terlepas dari geopolitik internasional. Afghanistan dijadikan tempat perang antara Amerika Serikat dan sekutunya dengan Uni Soviet.
Dalam posisi ini, sebenarnya Afghanistan merupakan korban dari perang dingin tersebut sehingga memunculkan berbagai kelompok jihad di Afghanistan maupun dari berbagai negara seperti Taliban Al-Qaeda, Isis Asia Selatan (Isil)), termasuk jihadis dari Indonesia (Jamaah Islamiyah).
“Tapi sebenarnya, Taliban itu bukan terorisme, kelompok perlawanan asli di Afghanistan. Dan, Taliban sudah membuat perjanjian dengan AS untuk tidak memberikan ruang bagi ekosistem Al Qaeda dan ISIS. Apakah kemudian Taliban bisa memenuhi, inilah yang harus dibantu masyarakat internasional,” kata dia.
Karena itu, masyarakat internasional dan negara-negara besar punya kepentingan langsung dengan Afghanistan pasca kemenangan Taliban atas pemerintah negara itu dengan mendorong terbentuk pemerintahan baru yang inklusif dan moderat.
Dari Afghanistan sekarang yang diinginkan oleh dunia itu apa? Apakah Taliban mau dijadikan medan pertempuran baru atau sebagai alat pukul baru atau memang kita menginginkan merekonstruksi Afghanistan.
“Soalnya, jalan kekuatan militer saat ini sudah menunjukkan kegagalan dan menimbulkan perspektif kecemasan dan Islamofobia (kecurian), apakah ini yang mau dikedepankan terus? tanya Mahfuz.
Ketua Komisi I DPR RI yang membidangi luar negeri dan pertahanan ini menyadari kemenangan Taliban di Afghanistan saat ini menimbulkan pro kontra dan kecemasan baru di dunia internasional maupun di tanah air seperti kekuatiran munculnya aksi-aksi terorisme baru.
“Indonesia juga perlu mendudukkan soal Afghanistan ini, karena sudah memiliki hubungan baik selama ini. Afghanistan sudah melewati konflik dan peperangan lebih dari 40 tahun, kita dua tahun di lockdwon saja sangat berat, bagaimana dengan rakyat Afghanistan,” ujar Mahfuz.
Dikatakan, Afghanistan merupakan salah satu dari delapan negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Bahkan pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Afghanistan dilakukan dua kali, dan meminta Indonesia segera mengirimkan perwakilannya sebagai Duta Besar di Afghanistan.
“Pada 1947, kemudian kita mengirim Mayjen Abdul Kadir kala itu sebagai Duta Besar pertama Indonesia di Afghanistan. Afghanistan juga menolak Agresi Militer Belanda II dan ikut Konferensi Asia Afrika di Bandung. Dukungan Afghanistan buat Indonesia sangat besar,” kata dia.
Partai Gelora berharap pemerintah Indonesia memiliki political will untuk membantu negara dan bangsa Afghanistan bisa keluar dari krisis situasi saat ini. Dimana ada dua pekerjaan rumah (PR) besar, yakni membentuk state building dan nation state, serta meredakan konflik antar milisi atau faksi di Afghanistan.
“Di Afghanistan sedikitnya ada tujuh kelompok mujahdin, sekarang tinggal tiga kelompok, yakni Taliban, Al Qaeda dan ISIS Asia Selatan. Kita perlu dorong terjadinya rekonsilasi diantara faksi-faksi tersebut. Jika sekarang Taliban yang menang, maka kita bantu membangun state building dan nation building dengan membentuk pemerintah yang inklusif dan moderat,” demikian Mahfuz Sidik. (akhir)