Gibran Dinanti Bukan Dinasti, Apa Masalahnya?

  • Whatsapp

Oleh Sansulung Darsum

Ketika tersiar niat seorang ayah muda bernama Gibran Rakabuming untuk mengikuti perhelatan demokrasi Solo-1, seketika itu pula tersuar dan tersuara isu dinasti. Saya mau langsung _to the point_ menguak barang seksi dalam atensi publik ini.

Dinasti adalah rentetan penguasa dari satu garis keluarga yang dijabat melalui pewarisan atau penunjukan dalam sistem feodal atau monarki. Masih ada definisi-definisi lain, tapi tak jauh-jauh dari definisi yang saya tulis itu.

Ayo kita bongkar!

Pertama, Gibran adalah putra dari Jokowi, Presiden Republik Indonesia kini dan Walikota Solo dulu. Hanya orang linglung yang sanggup menyangkal fakta gamblang terang benderang ini. Ini benar-benar barang seksi, kan? Semua orang akan menoleh kepada isu ini.

Kedua, Jokowi tidak pernah menunjuk anak-anaknya untuk menempati posisi di kementerian ataupun lembaga-lembaga lain di lingkungan pemerintahan. Ini juga sebuah fakta gamblang terang benderang. Hanya orang bingung yang sanggup menyangkalnya.

Fakta ketiga, Gibran melaksanakan syarat-syarat yang ditentukan oleh hukum. Dengan rendah hati, dia sendiri bersilaturahim dan bertanya kepada pihak-pihak terkait. Bukan minta orang tuanya menggendongnya ke mana-mana dan ujug-ujug mencalonkan dia, seperti pak mantan pakar prihatin. Pimpinan PDI-Perjuangan pun buru-buru menggandengnya untuk melihat-lihat kantor DPP. “Ternyata, partai ini tidak jadul-jadul amat,” simpul Gibran sehingga dia memutuskan untuk mencalonkan diri melalui PDI-P.

Nah, dengan fakta-fakta begitu, koq digosipkan dengan isu dinast. Itu salah! Yang benar adalah dinanti. Gibran dinanti-nantikan oleh sekelompok anak muda Solo untuk tampil membangun kota Solo dengan sentuhan kepemimpinan anak muda.

Adalah Antonius Yoga Prabowo, pegiat Forum Muda Visioner dan legislator dari Partai Solidaritas Indonesia, yang terlihat aktif mengusung Gibran beberapa bulan ini bersama beberapa temannya di Solo. Sebut saja Ginanjar Rahmawan Sutanto, pemimpin muda di sebuah kampus terkemuka di Solo. Dia segera membentuk organ relawan Koncone Gibran. Selain itu, sudah ada Kancane Gibran Gess (Kagege) yang merupakan wadah bersama dari sekitar 20 organ relawan.

“Sebagai wakil anak muda, kami menaruh harapan besar, semoga Mas Gibran diberi amanah oleh Allah sebagai pemimpin percepatan pembangunan di Solo. Kami ingin Mas Gibran menjembatani anak-anak Solo untuk berkreasi di level nasional, kami ingin UMKM Solo bisa tampil di etalase nasional, kami ingin pendidikan di Solo maju seperti nasional,” cetus Ginanjar yang bersama Tim Koncone Gibran mengadakan doa bersama bagi Gibran pada Rabu, 11 Desember 2019.

Gibran dinanti! Tapi, apa masalahnya?

Masalahnya, adalah sebagian Jokower merasa harus menjaga image Jokowi. Pada musim kampanye pilpres lalu, mereka terlanjur mengatakan bahwa tidak ada anak-anak Jokowi yang ikut berpolitik. Kalau sekarang realitanya begini, mereka galau karena seolah menjilat ludah mereka sendiri. Apalagi netizen, duh, apa kata lawan? Rasanya gak sanggup menghadapi ejekan lawan lama, hehehe.

Ya, itu saja sih masalahnya. Harus berpikir ekstra keras untuk menjawab serangan di media sosial.

Gibran sendiri mengakui bahwa dulu dia memang antipolitik, males urusan politik. Dulu, dia beranggapan bahwa sebagai pengusaha itu bisa memberikan kontribusi ke masyarakat tanpa harus terjun ke politik. Ternyata tidak begitu.

Kenyataannya, ada panggilan untuk melayani warga dan kota Solo secara lebih efektif.

“Kalau begini terus (menjadi pengusaha), orang yang bisa saya bantu, saya rangkul, ya cuma gini-gini aja. Sebagai pengusaha saya punya CSR les Bahasa Inggris gratis, muridnya sudah ribuan, ya cuma ribuan ribuan saja yang bisa dibantu. Kalau masuk politik, kalau di Solo ya (bisa bantu) 600 ribu (jumlah penduduk) orang,” katanya.

Suara hati Gibran itu seolah menjawab Ahok yang pernah berkata seperti itu untuk menantang anak-anak muda terjun ke dunia politik.

Tapi, kenapa musti sekarang? Tunggulah nanti setelah Jokowi tidak lagi menjadi presiden. Tentang hal ini, Gibran menjawab singkat, “Kelamaan.”

Ya, memang tidak semestinya kita mengorbankan seorang anak muda hanya untuk menjaga menjaga citra ayahnya. Gibran sudah membulatkan tekad untuk menjawab penantian anak-anak muda. Tanpa difasilitasi oleh Jokowi. Tidak ada utusan Jokowi untuk membantunya. Apanya yang dinasti?

*_Dinasti nenek lo!_*

*) Gibran Fansclub Indonesia (Gifansia)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *