SURABAYA, beritalima.com – Institusi Penerima Wajib Lapor Garda Mencegah dan Mengobati (IPWL-GMDM) Surabaya meresmikan Panti Rehabilitasi Sosial Equitas Setara Surabaya, Minggu (28/1/2019).
Acara yang berlangsung sederhana di panti di Jalan Kalidami 14-16 Surabaya ini dihadiri Ketua Yayasan Equitas Setara, Sudiro Husodo, dan Direktur Panti Rehabilitasi Sosial Equitas Setara Surabaya yang juga Ketua GMDM Kota Surabaya, Yayuk Sri Wahyuningsih.
Selain itu hadir pula Ketua GMDM Jawa Timur beserta sekretarisnya, Agus dan Siswanto, anggota DPRD Kota Surabaya Budi Laksono, wakil dari BNN Kota Surabaya, Wakapolsek Gubeng, dan perwakilan dari BPJS Ketenagakerjaan Cabang Surabaya Darmo yang selama ini mensuport GMDM Kota Surabaya.
Ketua Yayasan Equitas Setara, Sudiro Husodo, mengatakan, panti rehabilitasi milik Yayasan Equitas Setara sebenarnya sudah beroperasi sejak tahun 2011, dan sudah menangani sekitar 3.800 korban narkoba.
Namun, lanjut Sudiro, beberapa tahun terakhir aktifitas rehabilitasi terhenti, hingga akhirnya pihak yayasan mengetahui keseriusan Yayuk Sri Wahyuningsih bersama GMDM dalam menangani pencegahan narkoba, langsung memintanya untuk mengaktifkan kembali rehabilitasi sosial ini.
Yayuk Sri Wahyuningsih, Ketua GMDM Kota Surabaya yang akhirnya juga ditunjuk sebagai direktur panti rehabilitasi sosial ini, mengaku sangat bersyukur memiliki panti rehabilitasi.
Ia menuturkan, selama ini ia bersama GMDM dalam melakukan sosialisasi pencegahan narkoba di Surabaya seringkali bingung setiap ditanya solusi bagi anggota keluarga yang jadi korban narkoba.
“Alhamdulillah sekarang kami punya panti rehabilitasi sosial sendiri,” ujarnya di sela acara tasyukuran dan sarasehan di panti rehabilitasi yang langsung dioperasionalkan hari ini, Minggu (27/1/2018).
Yayuk berharap, masyarakat Surabaya tidak malu untuk mengakui jika anggota keluarga ada yang jadi korban atau pemakai narkoba, dan segera datang ke tempat ini
“Silakan laporkan ke kami, kami siap bantu rehabilitasi. Kalau tidak ada dana, kami akan upayakan subsidi silang. Jangan menunggu ditangkap dulu baru direhabilitasi,” ujarnya, sembari menambahkan pengakuan kalau kepeduliannya ini muncul sejak adiknya ikut jadi korban narkoba.
Dalam serasehan, Agus selaku perwakilan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Surabaya mengatakan, pengoperasian kembali Panti Rehabilitasi Equitas Setara ini diharap bisa menekan angka prevalensi narkoba di Surabaya yang kini menempati peringkat tertinggi secara nasional.
“Saat ini pemerintah memang sudah punya beberapa tempat rehabilitasi seperti RS Angkatan Laut (RSAL), RS Jiwa Menur dan enam puskesmas. Tapi jumlah itu tidak cukup. Kami butuh keterlibatan komponen masyarakat seperti ini,” kata Agus.
Dia mengingatkan, penanganan korban narkoba sangat rumit. Para pecandu yang sudah diobati secara fisik, masih harus dibantu mengubah perilakunya hingga benar-benar berhenti mengkonsumsi narkoba, lalu dilatih ketrampilan agar bisa produktif secara finansial dan tidak tergantung lagi kepada orang lain.
Pihaknya mengakui, ada resiko biaya untuk kegiatan rehabilitasi seperti ini. Beruntung, Equitas Setara yang sudah bergerilya, mendapat dukungan dari berbagai kalangan, termasuk dari Ketua GMDM Sidoarjo, Suwandi.
Pengusaha yang akhirnya ditunjuk sebagai Bendahara Panti Rehabilitasi Sosial Equitas Setara Surabaya ini menyatakan siap mengetuk hati para koleganya sesama kontraktor agar ikut membantu pembiayaan panti rehabilitasi ini.
“Kami tidak tahu apakah ada keluarga kontraktor yang ikut menjadi korban narkoba. Tapi mereka sudah siap memberi dukungan untuk menekan kasus penyalahgunaan narkoba,” ujarnya, dengan menambahkan kalau kapasitas panti rehabilitasi sosial di Kalidami ini mampu menampung sekitar 30 orang.
Dituturkan, para korban narkoba yang hendak direhabiltasi di Equitas Setara ini nantinya harus menjalani tahapan konseling terlebih dahulu. Bila ada pengguna yang sudah kencanduan lebih dari enam bulan, mereka tidak bisa lagi dilakukan rawat jalan tapi harus menjalani rawat inap.
Dalam rawat ini korban narkoba akan menjalani pengobatan fisik, lalu diberi konseling lagi yang mengarah ke bimbingan rohani, diberi pelatihan, hingga akhirnya bisa diterbitkan surat keterangan sehat.
“Ini memang butuh biaya. Tapi, bagi yang tidak mampu bisa gratis, karena kami yakin banyak masyarakat yang peduli, yang berharap korban narkoba di kota ini tidak semakin merajalela,” kata Yayuk. (Ganefo)