SURABAYA, Beritalima.com |Di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR, terdapat seorang Guru Besar yang berpenampilan lain dari yang lain. Saat berada di kampus, dia selalu mengenakan kain jarik batik, juga sebuah tongkat. Tak ayal, penampilan ini membuat lelaki bernama Prof. Dr. Bambang Tjahjadi, SE.,MBA., Ak., lebih gampang dikenali karena terkesan ‘berbeda’.
Dikutip dari laman resmi UNAIR, Pria yang menamatkan jenjang S2 di Western Carolina University ini mengutarakan, penampilan ini sudah berlangsung sekitar tiga tahun. Tujuannya, untuk ikut melestarikan kebudayaan Jawa.
“Setidaknya, ada tiga kebudayaan Jawa yang diakui dunia. Yakni, Batik, Wayang dan Keris. Ini luar biasa. Nah, kalau bukan kita sebagai warganegara yang bangga akan capaian tersebut, terus, siapa lagi?,” ucapnya.
Saat ditanya soal tongkat, Prof. Bambang menjelaskan, barang itu sekadar asesoris. Namun yang jelas, kain jarik yang digunakannya merupakan batik tulis asli. Tiap hari dia memakai motif batik beragam baik dari Pekalongan, Sidoarjo, hingga Madura.
Kebanggaan Prof. Bambang tidak hanya terimplementasikan di dalam negeri. Berkali-kali mengikuti kegiatan konferensi maupun seminar internasional di luar negeri, dia tak canggung mengenakan kain tersebut. Khazanah lokal ini mesti terus dikembangkan. Yang perlu diingat pula, jangan sampai orang Indonesia kelewat bangga dengan produk tekstil bermotif yang dikira batik nusantara. Padahal, barang impor!
Lebih dari itu, dia bersama kawan-kawan di FEB menggagas Perkumpulan Bangga Berkain Batik. Komunitas itu kini terus berkembang dan memiliki grup facebook. Anggotanya pun hingga berasal dari kampus-kampus lain. Salah satu rekan Bambang sesama dosen FEB adalah Dr.Neorlailie Soewarno, SE., MBA., Ak.
Noerlailie mengungkapkan, saat ini banyak orang Indonesia yang begitu bersemangat saat bicara pentingnya mengenakan kain batik. Namun, tak jarang mereka ternyata hanya pandai berujar. Untuk memakainya, masih ogah-ogahan. Sikap ini tentu kurang baik.
Perkumpulan Bangga Berkain Batik, kata perempuan yang menyelesaikan gelar master di Amerika Serikat ini, ingin menyosialisasikan semarak mencintai warisan budaya. Beberapa kali, para anggotanya menggelar acara pelatihan mengenakan kain batik yang baik dan benar.
“Jadi, kegiatan kami ini juga aplikatif dan menyentuh banyak kalangan. Kami sudah menggelar pelatihan tersebut di beberapa kampus dan lokasi lain. Kami juga kerap diundang hadir dalam event seperti itu,” ungkap dia. (yul)