KUPANG, beritalima.com – Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus D. W. Martowardojo meresmikan Gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jumat (27/1/2017).
Peresmian Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT yang berlokasi di jalan El Tari, Kota Kupang ini ditandai dengan pemukulan gong dan penandatanganan prasasti oleh Gubernur BI, Agus Marto Martowardojo yang disaksikan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, Ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno, Anggota DPR RI asal Dapil NTT 1, Ferry Kase, Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTT, Naek Tigor Sinaga serta perwakilan Forkompinda NTT.
Kedatangan Gubernur BI, Agus Martowardojo dan ibu beserta rombongan didampingi Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, Ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno, Kepala Perwakilan Naek Tigor Sinaga dan Forkompinda NTT disambut tarian Koteklema dari daerah Kabupaten Lembata.
Tigor Sinaga pada kesempatan itu mengatakan selesainya pembangunan Gedung Kantor Perwakilan BI NTT tidaklah berbeda jauh waktunya dengan penyelesaian Gedung Kantor Gubernur Provinsi NTT yang letaknya berseberang.
“ Selain kedekatan dari letaknya, kami harapkan tentu ini menjadi salah satu modal bagi kami untuk terus menjalin komunikasi dan koordinasi yang lebih baik, baik untuk level provinsi dalam hal ini Bapak Gubernur maupun di seluruh kabupaten/kota yang ada di daerah ini”, ujarnya.
“ Dengan kantor yang baru dan semangat yang baru pula, maka kami yakin, kami akan dapat semakin meningkatkan fungsi advisor kami kepada pemerintah daerah maupun pelayanan kepada masyarakat NTT pada umumnya”, kata Sinaga menambahkan.
Sementara itu, Gubernur NTT, Frans Lebu Raya mengatakan kehadiran Bank Indonesia di daerah ini telah memberikan dukungan yang besar bagi pemerintah dan masyarakat NTT untuk terus menerus berkembang maju.
“ BI Perwakilan NTT dan Pemerintah NTT terus diskusi mencari keluar untuk membangun ekonomi di daerah ini. Dan syukur bahwa pertumbuhan ekonomi di NTT rata – rata lebih tinggi dari pada rata – rata nasional. Juga terima kasih BI telah membangun kas titipan di enam kabupaten. Itu sangat memudahkan kami distribusi uang untuk masyarakat di sana”, katanya.
Selain itu, lanjutnya, Pemerintah dan Perwakilan BI NTT terus melakukan koordinasi untuk bagaimana menjaga inflasi di daerah ini.
“ Untuk sementara kami bisa mengendalikan inflasi lebih rendah dari tingkat nasional. Di situ kerja bersama yang dilakukan pemerintah bersama BI untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di daerah ini, untuk menjaga inflasi di daerah ini”, ujarnya.
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan Bank Indonesia telah cukup lama hadir di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu sejak tahun 1964. Dari waktu ke waktu, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk memberikan kontribusi optimal sebagai mitra strategis Pemerintah Daerah dalam membangun perekonomian di Nusa Tenggara Timur. Kehadiran Bank Indonesia ini diharapkan turut memberi warna dalam dinamika ekonomi di Nusa Tenggara Timur.
“ Kami memberikan apresiasi kepada Bapak Gubernur Frans Lebu Raya dan jajaran serta pimpinan dan pegawai Kantor Perwakilan Bank Indonesia provinsi Nusa Tenggara Timur bahwa koordinasi dan sinergi selama ini telah dapat berjalan dengan baik untuk mewujudkan cita-cita kita bersama membangun perekonomian Nusa Tenggara Timur yang sehat, berkelanjutan, dan inklusif”, kata mantan Menteri Keuangan ini.
Dia mengatakan Koordinasi dan sinergi yang baik ini kami harapkan dapat terus berlanjut, mengingat tantangan perekonomian ke depan akan semakin kompleks, maka dituntut adanya kesiapan dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan.
Ia menjelaskan, beberapa peristiwa seperti kenaikan suku bunga Fed Fund Rate di AS, perlambatan struktural ekonomi Tiongkok, referendum Brexit dan ketidakpastian pasca Pemilu AS mewarnai dinamika ekonomi global di tahun 2016. Perkembangan geopolitik juga menyita perhatian dunia, seperti konflik dan arus pengungsi di Timur Tengah, krisis kemanusiaan di Suriah, dan aksi teror di Turki.
Namun kami amat bersyukur, ditengah gejolak eksternal yang ada ekonomi Indonesia mampu menunjukkan resiliensinya dan tumbuh 5,02% (yoy) di triwulan III-2016. Capaian ini diraih seiring dengan tingkat inflasi nasional yang rendah dan terkendali, yaitu sebesar 3,02% (yoy) di akhir tahun 2016. Inflasi ini berada dalam kisaran sasaran inflasi sebesar 4±1% (yoy) dan lebih rendah dari angka inflasi di tahun 2015.
Kemudian, ditengah masih lemahnya harga komoditas global, defisit transaksi berjalan serta defisit APBN 2016 dapat tetap berada di tingkat yang sehat dan mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Disamping itu, nilai tukar Rupiah di sepanjang tahun 2016 tercatat mengalami penguatan 2,32% terhadap dolar AS dengan volatilitas yang relatif terjaga. Hal tersebut menjadikan Rupiah sebagai mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia, setelah Yen Jepang.
Segenap capaian tersebut adalah buah dari kebijakan makroekonomi yang ditempuh secara konsisten dan terukur oleh Pemerintah dan Bank Indonesia. Stabilitas makroekonomi yang terjaga kemudian memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk mendorong perbaikan permintaan domestik sehingga ekonomi nasional di tahun 2016 masih dapat tumbuh cukup tinggi.
Di tahun 2016, Bank Indonesia melakukan reformulasi suku bunga kebijakan untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter. Sebagai bagian dari bauran kebijakan yang ditempuh, Bank Indonesia pada tahun 2016 melonggarkan kebijakan moneter melalui penurunan suku bunga acuan sebanyak 6 kali, menurunkan Giro Wajib Minimum 150 bps, dan melakukan penyesuaian kebijakan makroprudensial.
Hal ini senantiasa diikuti dengan sinergi kebijakan yang erat antara Bank Indonesia dengan Pemerintah, baik di pusat maupun di daerah seperti yang kami lakukan melalui Rapat Koordinasi Bank Indonesia – Pemerintah Pusat – Pemerintah Daerah, serta Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Di Nusa Tenggara Timur, ekonomi tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu sebesar 5,14% (yoy) di triwulan III-2016. Ke depan, kami meyakini kinerja ekonomi Nusa Tenggara Timur akan semakin baik. Beberapa proyek strategis yang saat ini masih berlangsung, seperti pembangunan waduk, penambahan kapasitas listrik, pembangunan pabrik semen, pembangunan pabrik gula dan lain-lain, kami yakini akan dapat mengakselerasi pembangunan di Nusa Tenggara Timur.
Dari sisi inflasi, melalui koordinasi intensif dan respons kebijakan yang tepat, inflasi Nusa Tenggara Timur di tahun 2016 berhasil dikendalikan dan tercatat lebih rendah dari tingkat inflasi nasional, yaitu sebesar 2,48% (yoy). Tentunya ini tidak terlepas dari tingginya komitmen para pemangku kepentingan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Meskipun inflasi di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2016 lebih rendah dibandingkan inflasi nasional, tingginya perbedaan inflasi diantara 2 kota yang menjadi basis perhitungan inflasi, yaitu kota Kupang di Timor dan kota Maumere di Flores menunjukkan adanya beberapa hal yang masih perlu menjadi perhatian. Perbedaan tingkat inflasi antarkota menunjukkan masih adanya ruang perbaikan dari sisi distribusi, tata niaga, maupun logistik.
Namun demikian, dengan tingginya komitmen Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur dalam menanggulangi inflasi, kami meyakini hal-hal tersebut akan dapat diatasi. Tinggi komitmen Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur terlihat dari telah terbentuknya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan seluruh kabupaten/kota di provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kami juga memberikan apresiasi kepada TPID Provinsi Nusa Tenggara Timur yang telah menyusun roadmap pengendalian inflasi daerah dengan mensinergikan kegiatan TPID dengan program kerja SKPD terkait atau yang dikenal dengan “JUPE RUN 10K” (Pendekatan 7P untuk program TPID dan pendekatan 10K untuk monitoring program kerja SKPD).
Roadmap tersebut kami harapkan dapat memberikan pedoman pengendalian inflasi yang komprehensif bagi seluruh pemangku kepentingan di Nusa Tenggara Timur. Lebih lanjut, roadmap ini tentunya dapat menjadi referensi yang baik bagi daerah lain di Indonesia. (Ang)