Madiun, beritalima.com – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa optimis desa-desa yang ada di Jatim memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai desa devisa. Tahun ini, Khofifah mengusulkan ke Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menjadi desa devisa agar memberikan perluasan menjadi sebanyak 20 desa devisa di Jatim. Mengingat, kuota desa devisa di Jatim tahun ini hanya 15 desa.
Sementara untuk Kabupaten Madiun diusulkan sebanyak dua desa devisa. Diantaranya Desa Candimulyo, Kecamatan Dolopo, Madiun dengan Kampung Batiknya. Selanjutnya yang prioritas untuk tahun ini adalah produsen kopi di lereng gunung Wilis desa Kare Kecamatan Kare , Kab. Madiun. Dengan desa devisa ini diharapkan bisa menjadi penyokong kesejahteraan masyarakat desa.
Sebagai informasi, Desa Devisa digagas oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebagai program pendampingan berbasis pengembangan masyarakat atau komunitas (community development).
Dalam program ini, desa yang memiliki produk unggulan dengan orientasi ekspor berkesempatan mengembangkan potensinya. Akses terhadap pasar yang lebih luas dan pendampingan pengolahan produk ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakatnya.
“Jadi Saya bersama Kadisperindag, Kabiro Perekonomian, Kepala Disbudpar berkeliling menyiapkan desa devisa sebelum dilakukan assesment oleh LPEI. Sekarang kita mendapatkan kuota 15 Desa Devisa. Tetapi saat ini yang telah siap ada 20 desa. Kita akan mengajukan semua. Di Kabupaten Madiun ini sendiri ada dua desa yang bisa diusulkan yaitu Desa Candimulyo untuk batik dan Desa Kare Kecamatan Kare di lereng gunung Wilis ,” jelas Khofifah saat mengunjungi Kampung Batik Desa Candimulyo dan Rumah Coklat Bodag Desa Bodag Kabupaten Madiun, Selasa (15/2).
Lebih lanjut disampaikan Mantan Mensos RI itu, pada Oktober tahun 2021, baru 3 desa yang sudah disetujui oleh LPEI dan sudah mendapatkan penguatan sebagai Desa Devisa. Ketiga Desa tersebut berada di Gresik, Sidoarjo, dan Banyuwangi.
“Kita memang harus hunting terus untuk desa-desa di Jatim yang potensial menjadi Desa Devisa. Pemprov Jatim di sini turun dan melakukan asesmen sendiri untuk selanjutnya asesmen oleh LPEI Pusat dan penentuannya ada pada LPEI. Dan dua desa di Kabupaten Madiun ini sekiranya telah memenuhi kriteria yang diberikan oleh LPEI, minimal tahun ini ada satu yang masuk,” jelasnya.
“Saya berharap bahwa akan ada potensi yang oleh Pak Bupati di-endorse untuk kita usulkan menjadi Desa Devisa,” tambahnya.
Khofifah menjelaskan, kriteria dari LPEI untuk Desa Devisa. Yang pertama, desa itu memiliki produk hasil ciptaan sendiri. Kedua, punya keunikan. ketiga, punya pasar ekspor. Dan keempat, dilakukan oleh banyak orang di satu desa dan disertai kelembagaan kelompok yang mendukung.
“Yang pertama adalah produk milik sendiri bukan karya orang lain yang diperjual belikan ditempatnya. Lalu punya keunikan, punya pasar ekspor, dilakukan oleh banyak orang di satu desa didukung kelembagaan kelompok. Saya rasa ini sudah memenuhi kriteria itu,” ucap Khofifah.
Dialog Dengan Pengrajin Batik di Desa Candimulyo, Puji Pengelolaan Rumah Coklat Bodag Madiun
Saat meninjau Kampung Batik di Desa Candimulyo, Gubernur Khofifah melihat galeri batik, sekaligus menyaksikan secara langsung proses pembatikan oleh pengrajin di Kantor Kepala Desa Candimulyo.
Tak berhenti di situ, Gubernur Khofifah pun berdialog dengan 25 pengrajin Batik dari berbagai kampung di Kabupaten Madiun. Khofifah juga berkesempatan membatik dengan para pengrajin.
Saat berdialog, salah satu pengrajin batik mengatakan pada Khofifah, bahwa ia telah membatik selama 4 tahun. Banyak hasil-hasil kreasi batik yang tercipta. Seperti kancing yang dibentuk dari kain batik, topi, hingga aksesoris. Yang menarik adalah pemberdayaan kepada difable. Mereka memiliki kecermatan yang cepat untuk beradaptasi dengan desain.
Menanggapi hal tersebut, Khofifah pun mengapresiasi para pengrajin batik yang terus berkarya dan melestarikan batik di Kabupaten Madiun. Bahkan dihadapan Bupati Madiun Ahmad Dawami dan para pengrajin, Gubernur Khofifah menjelaskan Desa Candimulyo ini bisa diusulkan menjadi desa devisa dan memperoleh keuntungan bagi masyarakatnya.
“Pak Bupati, ibu-ibu pengrajin batik karyanya ini sae sanget (baik sekali). Di sini bisa diusulkan menjadi desa devisa. Banyak keuntungan menjadi desa devisa, diantaranya, pengolahan kain batik dan akses ke pasar yang terbuka lebih luas. Jadi desa devisa salah satu keuntungannya bisa dicarikan desainer untuk produksi pengolahan kain batik beserta model-modelnya,” kata Khofifah.
“Kalau sudah mendapatkan approvement dari LPEI maka akan ada support desain, pemveayaan termasuk konektivitas market access juga,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Khofifah meminta agar potensi yang ada di Kampung Batik ini, baik corak yang Khas Madiun serta pemberdayaan disabilitas, harus makin diekspos dan dikenal oleh masyarakat. Menyeratakan kaun difabel di dalam proses membatik itu sesuatu yang bisa terus dikaryakan.
“Jadi kita ingin ada potensi-potensi yang makin terpublish, bahwa ada kekuatan budaya yang dapat terus dikembangkan. Pasalnya, Batik ini menjadi salah satu pemberdayaan yang digalakkan di Kabupaten Madiun. Ini menjadi bagian dari pemberdayaan masyarakat. Apalagi mampu memberiman ruang bagi difable untuk melestarikan format-format industri kreatif,” ungkapnya.
Menurut Khofifah, corak batik Madiun memiliki nilai tambah yang baik karena menonjolkan identitas Madiun yaitu dengan kampung pesilat. Selain itu, batik-batik di desa ini harus disertai dengan penjelasan tentang latar belakang motifnya dengan narasi story telling yang menarik.
“Yang diunggulkan adalah corak Kampung Silat. Sangat bagus kalau itu bisa diekspos lebih luas. Desain ini juga mengandung unsur tolong-menolong dan toleransi. Batik itu kuat di filosofi, ada yang bersimbol dari toleransi dan tolong menolong.”
“Oleh karena itu batik-batik yang ada kalau boleh dilengkapi story telling. Yang mahal adalah nilai cerita di balik motifnya. Jadi sebelum orang tertarik untuk membeli batik dia pasti akan membaca dulu ceritanya,” tambahnya.
Saat meninjau Rumah Coklat Bodag di Desa Bodag, Kab. Madiun, Gubernur Khofifah menyempatkan melihat proses pengolahan dan produksi coklat. Pujian lalu dilontarkan oleh Gubernur Jatim ini atas pengembangan yang tidak semata menyajikan dan menjual minuman coklat. Pasalnya, desa ini juga menjadi pusat produksi cokelat di Kab. Madiun.
Di Rumah Coklat Bodag tersebut disediakan tempat minum olahan coklat dengan pemandangan sawah dan beberapa gazebo yang bisa dimanfaatkan untuk keluarga. Dalam ruang produksi terdapat pedoman untuk pengolahan produksi secara halal yang dipasang di dinding. Terdapat mesin penyangrai, diseller, pemasta, freezer box, mesin pengemas otomatis.
Rumah coklat yang dikelola BUMDES Abadi tersebut mulai produksi dan dibuka untuk umum pukul 09.00 s.d 16.00 WIB dengan produksi sebanyak 10-20 kg per hari. Adapun olahan yang diproduksi seperti milk chocolate, dark chocolate, bubuk coklat murni, bubuk coklat 3 in 1, bubuk coklat renteng.
Khofifah menyebutkan, Rumah Coklat Bodag ini didirikan dengan pengembangan ekonomi kreatif dari pemerintah pusat senilai Rp1,5 miliar. Yang mana uang bantuan tersebut digunakan untuk membina sumber daya manusia (SDM), membangun lokasi produksi dan kedai, serta membeli alat produksi cokelat.
Di desa Bodag juga dihadirkan gapoktan petani cokelat dengan varian produk yang sudah cukup dikenal. Kopi lereng gunung Wilis dari Desa Kare Kecamatan Kare. Ini sangat berpotensi untuk diusulkan menjadi desa devisa juga.
Sementara itu, Bupati Madiun Ahmad Dawami mengatakan, kunjungan Gubernur Khofifah ke Desa Candimulyo ini memberikan semangat tersendiri bagi pebatik dan masyarakat sekitar. Setelah kunjungan ini diharapkan ada kebangkitan ekonomi di Desa Candimulyo utamanya komoditas batik.
“Batik ini menjadi salah satu pemberdayaan masyarakat. Saat ini sudah sangat luar biasa. Para pengrajinnya sangat semangat, dan yang mengenakan juga senang. Kita dorong terus pengembangannya. Kehadiran Ibu Gubernur ini membawa semangat bagi para pembatik dan UMKM di sini,” pungkasnya.
(red)