Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo memaparkan potensi Jatim di depan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Imam Nahrawi pada acara Resepsi Pelantikan Pengurus Koordinator Cabang PMII Jatim tahun 2016-2018 dan Halaqoh Akbar Ikatan Alumni (IKA) PMII Jatim, di Balai Pemuda, Surabaya, Sabtu (03/09).
“Satu persen penduduk di Indonesia menguasi 50% ekonomi negara, dan ini merupakan penyebab tingginya disparitas dan terjadinya berbagai konflik sosial. Karenanya struktur ekonomi perlu dirubah dengan menerapkan industrialisasi,” ungkap Gubernur yang kerap disapa Pakde Karwo.
Ia menjelaskan, share industri terhadap PDRB di Jatim mencapai 30% dan Jatim saat ini telah menjadi Provinsi Industri. Industri tersebut difokuskan pada industri primer yang prosesnya berada di pedesaan. “Sedangkan shifting tenaga kerja pertanian diharapkan mampu menyerap 35,6% pada tahun 2018. Ini penting sebab industri pertanian dalam struktur PDRB menduduki peringkat ketiga setelah industri pengolahan dan perdagangan besar,” ungkapnya.
Strategi pengembangan industri yang diterapkan Pemprov Jatim yang pertama yakni di sisi produksi dengan menyiapkan data UMKM di sektor produksi dan segmentasinya. Berdasarkan data tersebut prioritas program kegiatan untuk UMKM yakni dengan pengembangan Agroindustri sebanyak 671.058 unit IKM, standarisasi produk (HAKI,ISO,dll) untuk IKM, dan pembuatan 5 smelter yang terdiri dari 2 Penanaman Modal Asing (PMA) dan 3 Penanaman Modal Dalam Negri (PMDN).
Selain itu Di sektor produksi Pemprov Jatim juga telah membuat beberapa program diantaranya efektivitas usaha tani, pengembangan pulau ternah di Madura, dan penyelesaian pelabuhan perikanan. “Kami juga intensif memberikan pembinaan mengenai standarisasi dan desain produk industri serta memberikan fasilitas sertifikasi ISO, SNI, dan Batikmark,” tukasnya.
Ia menambahkan, di sisi pembiayaan seharusnya tidak lagi menggunakan metode grant. Ini penting sebab metode grant tidak mendidik masyarakat untuk produktif sehingga etos kerjanya rendah. Karenanya di segmen miskin pemerintah harus memberikan charity, sebab hal itu sudah menjadi tanggung jawab pemerintah. Namun pemberian charity tersebut harus disertai dengan pemberdayaan dan pendampingan.
Disampaikan, Pemprov Jatim juga telah menumbuhkan lembaga keuangan mikro (LKM) sebagai lembaga keungan yang ada di desa. Bantuan pemodalan yang diberikan yakni sebesar Rp.25 juta/desa/koperasi. Sampai dengan tahun 2015 tercatat sebanyak 6,238 Koperasi Wanita yang berkinerja baik. Bahkan saat ini telah dikembangkan LKM yang berbasis fungsional dengan bantuan modal hibah masing-masing Rp. 25 juta. “LKM fungsional ini kami khususkan pada kelompok-kelompok pengajian, kelompok-kelompok jemaat gereja dan sejenisnya,” terangnya.
Strategi terakhir setelah produksi dan pembiayaan yakni di sisi pemasaran, dengan memperkuat pasar domestik melalui 26 Kantor Perwakilan Dagang (KPD) yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk pasar global Jatim telah memfasilitasi pembangunan exchange Center di Surabaya dan Tianjin.
Terkait pengurus PMII yang baru saja dilantik Pakde Karwo berharap, bisa memberi kontribusi yang baik terhadap lingkungan, bangsa, dan masyarakat didasari dengan jiwa idealisme yang tinggi. “Hal ini sesuai teori Capra yang menjelaskan bahwa negara yang maju adalah yang berbasis etika dan moralitas, terlebih pemuda yang bergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) juga berbasis spiritual,” pungkasnya.
Sementara itu, Menpora RI Imam Nahrawi mengajak seluruh pemuda untuk memasyarakatkan olahraga. Ia meyakini bahwa olahraga mampu menyelesaikan banyak hal. Ia mencontohkan sebelum memulai kongres bisa dilakukan festival olahraga terlebih dahulu. “Hal ini terbukti efektif karena setelah olahraga semua energi negatif sudah terbuang, sehingga semua peserta kongres lebih fresh,” terangnya.
Terkait persiapan PON yang akan diselenggarakan pada tanggal 9 September 2016 nanti, ia berharap Pemprov Jatim siap menyambut ribuan peserta dari seluruh Idonesia. Menurutnya, Jatim sangat pantas menjadi tuan rumah PON karena telah melahirkan olimpian seperti Tantowi Ahmad. “Tantowi Ahmad memang asli Banyumas namun pernah mondok di PP. Queen Al Falah Kediri selama tiga Bulan,” tukasnya.
Masih menurut Imam Nahrawi, dengan olahraga perbedaan suku, agama, dan adat istiadat tidak akan ada artinya saat berlaga di lapangan yang ada hanya merah putih. “Ini merupakan salah satu tugas generasi muda di PMII untuk merekatkan perbedaan yang ada, dan tetap tawazul sesuai ajaran Ahli Sunnah Wal Jamaah,” terang Imam Nahrawi yang pernah menjabat Ketua PMII Koordinator Cabang Jatim pada tahun 1997-1998. (**).