Gus Hery Kurang Setuju Bela Negara Masuk PT, Baiknya P4 Dihidupkan Kembali

  • Whatsapp

Jombang, beritalima.com – Setelah mendekati satu abad Pancasila ditahbiskan sebagai dasar dan ideologi negara, menurut penulis buku Wawasan Pancasila yang ditulis oleh Yudi Latif, edisi Konprehensif Bintang Penuntun Untuk Kehudayaan. Namun baginya, apakah Pancasila masih relevan dengan perkembangan zaman?


Demikian hal itu diungkapkan saat launching yang diselenggarakan oleh Puslitbang Kementerian Agama beberapa waktu lalu. Tepatnya 5 Agustus 2020, Yudi menyampaikan bahwa sebagai kerangka konsepsi, Pancasila merupakan ideologi tahan banting yang kian relevan dengan perkembangan global. Namun, terdapat jurang yang kian lebar antara idealitas Pancasila dengan realitas aktualisasinya.


“Untuk mempertahankan Pancasila sebagai titik temu, titik tumpu, dan titik tuju bersama diperlukan usaha penanaman (pembudayaan) secara terus-menerus, terencana, dan terpadu. Ibarat budidaya tanaman, laju pertumbuhan Pancasila tidak dengan sendirinya akan berjalan baik-baik saja, tanpa kesengajaan merawatnya dengan penuh pemahaman, kecermatan, dan ketekunan,” ungkapnya. 


Masih diungkapkan Yudi dihadapan mantan Menteri Agama Lukmanul Hakim, ia mejyatakan bahwa pendiri bangsa telah mewariskan suatu untuk memadukan antaravisi global dan kearifan lokal, antara kepentingan nasional dan kemanusiaan universal.
“Tugas kita selanjutnya adalah memperjuangkan visi dengan suatu optimisme realistis, bukan optimisme buta. Harapan tidaklah datang dengan sendirinya tanpa dijemput, tanpa diusahakan dengan perjuangan dan pengorbanan,” tegasnya. 


Lebih jauh buku yang disusun sebanyak 460 halaman, edisi konprehensif dari versi sebelumnya dengan judul yang sama. Penulis lebih dalam dan rinci membahas Pancasila dengan berbagai pendekatan yang lebih menarik, kreatif, dan holistis,.


“Namun dengan tetap menempatkan Pancasila sebagai bintang penuntun yang dinamis dalam merespons dinamika sosial dan global yang kian kompleks,” imbuhnya. 
Sementara Pengasuh Pondok Pesantren Tinggi Darul Ulum, M. Zahrul Jihad yang biasa dipanggil Gus Hery menyatakan bahwa selama penataran P4 tidak lagi diadakan, pengenalan Pancasila di masyarakat semakin berkurang. 
Ia mengharapkan agar penataran P4 dapat dihidupkan kembali agar masyarakat dan generasi penerus dapat menghayati kandungan yang ada dalam Pancasila. 


Menurutnya penataran P4 itu perlu karena dalam anggapannya dapat mengurangi pemikiran – pemikiran yang kurang nasionalis, saat itu penataran P4 ada yang melaksanakan 45 jam, 90 jam, dan 100 jam.
“Kelihatannya menjenuhkan tapi dampaknya luar biasa dapat memahami wawasan kebangsaan. Tapi tidak seperti sekarang ini, nampaknya nasionalismenya menyusut,” pungkasnya. 
Apalagi dengan program bela negara yang diprogramkan Kementerian Pertahanan itu, akan masuk dalam mata kuliah di perguruan tinggi. Kendati Dirjen Dikti Kemendikbud, Nizam menyambut baik program yang diprogramkan Kemenhan. Tapi bagi Gus Hery kurang sependapat.Malah Ia mengharapkan agar P4 sebaiknya dihidupkan kembali sehingga lebih mengena dibanding penerapan militerisasi sebagai bela negara yang akan di SKS kan di perguruan tinggi. 
Reporter : Dedy Mulyadi

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait