JAWA TIMUR, beritalima.com – Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. H. Saifullah Yusuf menyampaikan rasa bangga dan apresiasi kepada RRI Surabaya karena mengadakan Hahal Bihalal dirangkai dengan pagelaran wayang kulit, seni budaya tradisional yang harus dipelihara dan dikembangkan keberadaannya.
“Wayang Kulit merupakan bagian dari kearifan lokal, keberadaannya tidak akan mati,” ungkapnya saat memberikan sambutan pada acara Hahal Bihalal, Pagelaran Wayang Kulit dan Dialog Interaktif “Peran Media dalam Mencegah Paham Radikalisme dan Terorisme” di Halaman RRI Surabaya Jl. Pemuda Surabaya, Sabtu (24/7)malam.
Hal tersebut dapat digambarkan karena disetiap pagelaran wayang kulit selalu dihadiri dan ditonton banyak orang. Tidak hanya orang tua, remajapun banyak yang menonton. “Kita tidak boleh menolak masuknya budaya luar tetapi harus kita saring mana yang baik dan mana yang buruk. Dan kita juga tidak boleh meninggalkan budaya peninggalan leluhur yang kaya dan sarat akan tuntunan hidup,” paparya.
Pada kesempatan itu Wagub yang biasa disapa Gus Ipul mengajak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan, karena saat ini di negara kita terdapat tiga masalah yang perlu mendapat perhatian. Yaitu penyalahgunaan narkoba, pornografi dan kekerasan seksual terhadap anak.
Menurut data, saat ini terdapat 315 juta pengguna narkoba sedunia. 2,2 persen diantaranya atau sekitar 6,5 juta pengguna berasal dari Indonesia, dan sekitar 700 ribu – 800 ribu penguna berasal dari Jawa Timur. “Mari kita jaga anak-anak, kita perkuat fungsi keluarga,” ajaknya. Karena menurutnya saat ini telah beredar di masyarakat obat atau pil sejenis ekstasi yang dijual dengan harga sangat murah Rp. 1.000,-/butir, pembelinya bukan hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak.
Kekerasan seksual, pornografi dan penyalagunaan narkoba banyak terjadi diantara kegiatan di lingkungan keluarga atau rumah dan lingkungan sekolah. “Kekerasan seksual pada anak banyak terjadi di lingkungan rumah dan pelakunya adalah orang yang telah kita kenal,” jelasnya.
Untuk itu, Gus Ipul sangat mengharapkan peran serta RRI sebagai media massa untuk menyosialisasikan permasalahan sosial yang sedang terjadi disekitar masyarakat seperti penyalahgunaan narkotika, pornografi dan kekerasan seksual terhadap anak, agar mereka waspada dalam menjaga anggota keluarganya.
Diharapkan pula agar RRI terus mengadakan inovasi program, karena saat ini banyak pesaingnya. Diantaranya radio swasta, banyak bermunculannya televisi swasta, juga radio-radio swasta yang mempunyai program-program yang sangat menarik.
Sementara itu, untuk memerangi radikalisme dan terorisme, Gus Ipul mengatakan dengan segala kekurangan yang ada di negara ini hendaknya masyarakat bersatu, bersama-sama menjaga keamanan, kenyamanan dan ketenteraman negara.
Kepala RRI Surabaya Dra. Yuvita Tri Rejeki mengatakan RRI sebagai lembaga penyiaran publik merasa prihatin terhadap serangan terorisme. “Sebagai media massa, RRI ingin memberikan pencerahan dan sosialisasi hingga masyarakat sadar untuk tidak mengikutiaksi terorisme,” jelasnya.
Sedangkan untuk ikut menyemarakkan Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2016, RRI Surabaya menyajikan pagelaran wayang kulit dengan lakon “Banjaran Gatotokaca” menampilkan dalang cilik Bayu Wiyan Wijaya (juara I Lomba Dalang Cilik Tahun 2016) dan dalang cilik Dani, serta Ki Surono Gondo Kusumo.
Hadir pada kesempatan itu antara lain Direktur Utama LPP RRI M. Rohanudin, Ketua Dewan Pengawas LPP RRI Mistam serta paguyuban pendengar RRI Surabaya. (RED).