Gus Ipul Doakan Bangkalan Jadi Kota Dzikir & Sholawatjuuh7h7

  • Whatsapp
Wagub Jatim Drs Saifullah Yusuf Hadiri Dzikir & Sholawat bersama Syech Abdul Qodir Al Asegaf di Lapangan Buluk Agung Klampis Bangkalan

Setiap saat, sesibuk apapun Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. H. Saifullah Yusuf selalu menyempatkan diri untuk menghadiri majelis-majelis yang dilaksanakan di daerah. Majelis apapun, seperti Majelis Dzikir, Majelis Sholawat, Majelis Pengajian Akbar ataupun majelis untuk memperingati hari-hari besar Islam, Haul untuk memperingati wafatnya para kiai.

Seperti yang dilakukan pada hari Jumat (29/9), Gus Ipul sapaan akrabnya menghadiri Dzikir dan ber Sholawat bersama Syecher Mania dan SyechHabib Abdul Qodir Al Asegar, di Lapangan Buluk Agung Klampis Bangkalan.
Hal tersebut dilakukan karena menurutnya Majelis Sholawat, Majelis Dzikir atau Majelis lainnya selain sebagai sarana silaturahim juga ikut membantu lahirnya Indonesia yang aman, nyaman, damai. Ikut memperkuat persatuan, kegotong-royongan bangsa, karena didalamnya berkumpul tiga pilar negara, yaitu pemerintah, perangkat keamanan, para kiai, para ulama dan seluruh elemen masyarakat yang ada termasuk masyarakat pada umumnya.
Majelis Dzikir dan Sholawat melaksanakan kegiatan secara rutin dan bergiliran tempatnya, karena pemerintah dan masyarakat Bangkalan menginginkan Bangkalan sebagai Kota Dzikir dan Sholawat. “Insyaallah dengan diadakannya kegiatan dzikir dan sholawat secara rutin, Bangkalan bisa menjadi Kota Dzikir dan Sholawat, pada akhirnya menjadi kota yang aman, nyaman dan sejuk,” ungkap Gus Ipul.
Lebih lanjut dikatakan dengan berdzikir dan bersholawat bisa membentengi umat manusia dari tindakan yang dilarang oleh ajaran agama. Seperti penyalahgunaan penggunaan narkoba, tindakan porno aksi dan pornografi, pelecehan dan tindakan kekerasan seksual terhadap anak-anak.
Dikatakan pula, mengikuti majelis-majelis bermakna memperkuat ukuwah gotong – royong, memperkuat persatuan agar selalu dalam satu barisan. Baik di dunia maupun saat menghadap ke Haribaan Allah SWT. Hal tersebut merupakan warisan para guru, para kiai, para ulama yang harus terus dilestarikan.
Selain itu, majelis mempunyai tiga makna lainnya, yaitu sebagai majelis sholawat yang mengharapkan syafaat Rasulullah Muhammad SAW, sebagai forum diskusi untuk memberikan solusi permasalahan dan sebagai majelis membangun persaudaraan.
Sebagai majelis sholawat yang mengharapkan syafaat dan pertolongan Rasulullah Muhammad SAW, menurut Gus Ipul karena manusia tidak sempurna, selama hidup walaupun telah melakukan segala tuntunan yang ada dalam kitab suci Al Quran dan melaksanakan ajaran Rasulullah, misalnya melaksanakan sholat lima waktu dengan tertib, beramal dengan baik dan ikhlas, tetapi kita tahu apakah hal tersebut sudah cukup sebagai bekal untuk menghadap di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, dengan bersholawat secara rutin dan terus menerus, kita berharap mendapatkan syafaat dan pertolongan dari Rasulullah Muhammad SAW agar kita dengan mudah secara bersama-sama menghadap di sisi Allah SWT.
Sebagai Majelis Ilmu, yaitu forum diskusi para alim, para ilmuwan, para kiai, para guru, yang menguasai ilmu untuk mencari solusi yang terbaik agar permasalahan yang ada dapat terselesaikan.
“Orang yang menguasai ilmu adalah orang yang takut pada Allah. Dengan menguasai ilmu derajat kita dapat terangkat. Mudah-mudah dengan menguasai ilmu kita semua dapat hidup selamat di dunia dan akherat,” jelas dan harap Wagub yang biasa disapa Gus Ipul.
Disamping itu, majelis sholawat sebagai wadah pendidikan karakter. Sebagai tempat pembangunan akhlak, didalamnya diajarkan agar seseorang memiliki kepribadian, sopan santun. “Kalau kita menggantungkan pendidikan karakter dari pelajaran di sekolah yang hanya dua jam tidaklah cukup. Karena saat ini pergaulan remaja semakin kacau,” jelasnya.
Pada kesepatan itu Gus Ipul menyampaikan kepada ribuan Syecher Mania bahwa kekerabatan dan kebersamaan Umat Islam dapat terjalin karena dua hal, yaitu nazab keilmuan, artinya hubungan persaudaraan disebabkan karena pembelajaran ilmu agama dari pondok pesantren ke pondok pesantren lainnya.
Kedua, tali persaudaraan terjadi karena hasil pernikahan diantara keluarga para kiai. Pada akhirnya diharapkan akan tumbuh generasi penerus bangsa yang soleh dan solehah. (**).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *