MALANG, beritalima.com – Faktor kualitas susu di Jatim berdasarkan angka kuman atau Total Plate Count (TPC), termasuk terbaik nasional. Dimana sebanyak 85 persen produksi susu di Jatim berada pada Grade I (
Selain kualitas terbaik di tingkat nasional, susu perah Jatim juga mampu berkontribusi terhadap nasional sebesar 52 persen dengan jumlah produksi 1.200 ton/hari. Untuk produksi susu di Jatim sendiri pada tahun 2016 berjumlah 481.399 ton, meningkat dari Tahun 2015 yang berjumlah 472.212 ton. “Pencapaian ini salah satunya berkat adanya kerjasama dengan koperasi bidang persusuan seperti Koperasi SAE ini. Keberadaan koperasi mampu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan peternak. Terlebih saat ini Jatim menjadi basis susu nasional,” kata Gus Ipul, sapaan akrab Wagub Jatim.
Beberapa masalah yang dihadapi peternak susu diantaranya soal pakan ternak dan pembibitan. Menurut Gus Ipul, solusinya adalah dengan pelatihan peternak dan petugas, peningkatan kualitas pakan dengan bantuan mini feedmill, dan pengendalian pemotongan betina produktif. Serta pengendalian penyakit hewan strategis (brucellosis/kluron) dan pengembangan wilayah sumber bibit ternak dengan pengembangan integrasi sapi-tanaman. “Semua upaya ini dilakukan agar peternak mampu bertahan di tengah persaingan yang semakin meningkat ini,” katanya.
Pemprov Jatim, melalui Dinas Peternakan telah melakukan upaya peningkatan nilai tambah diantaranya dengan peningkatan produktifitas dengan skala pemilik 6 ekor, peningkatan kualitas produk dengan Total Plate Count (TPC) kurang dari satu juta, dan melalui pengolahan produk derivate/pabrikan. Serta, memperluas pasar dan produk sekunder/tersier, dan meningkatkan hasil produk-produk inovatif/kreatif seperti susu bubuk, UHT, keju dan yogurt.
Untuk meningkatkan jumlah sapi perah, lanjut Gus Ipul, dilakukan skema kredit permodalan bersubsidi, diantaranya melalui KUR BRI dengan bunga 9 persen per tahun, kredit pertanian Bank UMKM dengan bunga 6 persen per tahun, serta kredit pangan BRI dengan suku bunga efektif. Selain bantuan permodalan, terdapat juga asuransi ternak sapi dengan premi asuransi sapi sebesar 200 ribu rupiah per ekor/tahun. Asuransi ini dilakukan PT. Jasindo dengan memperoleh subsidi dari pemerintah sebanyak 80 persen atau sebesar 160 ribu rupiah per ekor/tahun.
“Bagaimana mereka dapat bibit yang baik dan pembiyaan yang murah. Ini semua bisa difasilitasi oleh koperasi. Yang tak kalah penting adalah menjalin kemitraan dengan perusahaan seperti Nestle. Saya usul koperasi kalau bisa membeli saham perusahaan seperti Nestle, jadi keuntungan bisa untuk para peternak juga,” katanya.
Ia melaporkan, jumlah sapi perah di Jatim pada Tahun 2016 berjumlah 265.152 ekor, dengan komposisi 95 persen untuk peternakan rakyat dan lima persen untuk perusahaan. Setiap Kepala Keluarga (KK) rata-rata memiliki 2-4 ekor sapi. Sedangkan KUD persusuan berjumlah 65 unit.
Tahun 2016, populasi ternak Kab. Malang berjumlah 80.889 ekor dengan produksi susu sapi perah sebesar 131.088 ton. Produksi susu sapi perah di Kab. Malang ini sebanyak 26 persen-nya berasal dari Kec. Pujon atau sekitar 33.945 ton.
Keberadaan Koperasi SAE Pujon, lanjut Gus Ipul, berperan penting dalam mendukung dan membantu para peternak sapi untuk meningkatkan produksi susu. Beberapa program Koperasi SAE diantaranya dengan mendirikan feed center pakan, mendirikan kandang percontohan skala kecil serta mendirikan rearing farm. “Kopersi harus solid, maju dan dikelola dengan modern. Koperasi ini termasuk yang terbaik di Jatim,” katanya.
Di akhir, Gus Ipul minta para peternak untuk terus berinovasi dan melakukan kerja kreatif. “Semua ini kita lakukan selain untuk meningkatkan hasil produksi juga untuk meningkatkan kesejahteraan dan penghasilan para peternak sekalian,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Umum Koperasi SAE Pujon, H. Abdi Suwasono mengatakan, RAT ini sangat penting untuk evaluasi program dan kinerja koperasi untuk mencapai kemajuan. Untuk itu, peran serta anggota sangat dibutuhkan dalam memberi masukan demi kemajuan koperasi. Kepercayaan dan komitmen anggota menjadi faktor berkembangnya koperasi ini. Ia mengingatkan pentingya bersama-sama menghadapi persaingan global yang semakin ketat. “Mari kita tingkatkan kerjasama dan gotong royong menghadapi tantangan ke depan”, katanya.
Menurut Abdi, Koperasi Pujon tlah melakukan beberapa program diantaranya memproduksi pakan dan membuat instalasi biogas untuk mengatasi permasalahan limbah sapi. Saat ini di Pujon ada 1.500 unit biogas. Ia minta pemerintah untuk membantu subsidi pakan ternak dan bibit sapi impor. “Kami berharap pemerintah memberikan bantuan subsidi dengan biaya rendah dan suku bunga yang rendah,” katanya.
Koperasi SAE (Sinau Andhandani Ekonomi) ini berarti “Belajar Memperbaiki Ekonomi”. Koperasi yang berdiri pada tanggal 30 Oktober 1962 ini beranggotakan 8.792 orang. Koperasi SAE memiliki beberapa unit usaha, yakni Unit Inti atau Unit Sapi Perah, yang terdiri dari unit persusuan, peternakan, pakan ternak, serta teknis dan transportasi. Kemudian Unit Diversifikasi yang terdiri dari unit waserda, simpan pinjam, balai pengobatan dan rumah bersalin serta cafe wisata susu. (**)