Gus Ipul: Majelis Harus Terus Perkuat Ukhuwah Islamiyah

  • Whatsapp

Majelis yang terdiri dari kiai, ulama, hingga santri maupun masyarakat untuk terus memperkuat ukhuwah islamiyah atau hubungan silaturahmi antar sesama. Majelis membangun ukhuwah kebersamaan untuk membuat dekat semua sebagai sesama muslim dan anak bangsa.
Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur Jatim Drs. H. Saifullah Yusuf saat Tabligh Akbar Peringatan Isra’ Mi’raj 1437 H Masjid Nasional Al Akbar Surabaya bersama Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Selasa (3/5) malam.
Ia mengatakan, dengan memperkuat ukhuwah islamiyah akan terjalin hubungan kebersamaan yang kuat, serta dapat memperkuat rasa solidaritas antar umat. Ukhuwah yang tercipta dapat memperkuat gotong royong, rasa saling tolong menolong.
“Hubungan antar kiai dan santri harus diperkuat agar ilmu yang didapat akan terus mengalir menjadi suatu kebaikan dan keberkahan. Masyarakat yang tergabung dalam majelis harus terus menjaga tali silaturahmi, kebersamaan dan gotong royong membangun Jawa Timur agar semakin makmur sejahtera. Tanpa tiga nilai tersebut, pembangunan tidak akan berjalan secara optimal. Apalagi tantangan era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) saat ini semakin kompleks.” jelas Gus Ipul sapaan lekat Wagub Jatim.
Lebih lanjut disampaikannya, majelis ini berkumpul demi kebaikan. Majelis doa bersama, berkumpul sehingga menambah cakrawala dan ilmu keagamaan. Majelis seperti ini memiliki kandungan makna dan penanaman akhlak dan moral yang kuat. Mulai dari generasi muda hingga tua saling menghargai dan menghormati. Semua saling tunduk kepada kiai, ulama dan guru-guru di pondok. Pendidikan akhlak dan moral hingga karakter ini yang tidak bisa dijumpai di sekolah.
Selain itu, melalui majelis ini bisa menyambung umat dengan Rasullah. “Lewat majelis ini bisa sambung dengan Rasullah. Moga-moga menjadikan kita sambung dengan Rasullah. Semua urusan dimudahkan,” harapnya.
Gus Ipul memaknai peringatan Isra’ Mi’raj 1437 hijriah/2016 masehi merupakan momentum untuk meningkatkan kesalehan spiritual dan sosial. Hal itu sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW bahwa transformasi spiritual seharusnya mendorong manusia untuk semakin produktif dan bermanfaat bagi banyak orang.
“Saleh spiritual yang hakiki pada akhirnya berdampak pada peningkatan kesalehan sosial. Bahkan dalam beberapa literatur disebutkan bahwa ibadah yang punya dampak pada orang lain itu memang pahalanya lebih besar daripada ibadah yang khusus untuk diri sendiri,” katanya.
Dicontohkannya, memperhatikan anak yatim dengan semangat keikhlasan sebagai representasi kesalehan sosial memiliki nilai pahala dan balasan yang luar biasa. Sementara ibadah haji sebagai representasi ibadah yang hanya memiliki dampak pada diri nilai pahalanya belum bisa menyamai merawat anak yatim. “Maka melalui isra’ mi’raj ini disamping saleh spiritual yang terus ditingkatkan, saleh sosial mutlak diterapkan,” imbuhnya.
Sementara itu, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA sebagai muballigh dalam kesempatan ini mengungkapkan, peristiwa IsrA’ Mi’raj merupakan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang sangat dramatik dan fantastik. Dalam tempo singkat, kurang dari semalam Nabi berhasil menembus lapisan-lapisan spiritual yang amat jauh bahkan hingga ke puncak yakni Sidratil Muntaha.
“Walaupun terjadi dalam sekejap, tetapi memori Rasulullah SAW berhasil menyalin pengalaman spiritual yang amat padat di sana. Kalau dikumpulkan seluruh hadis Isro Miroj baik yang sahih maupun tidak, maka tidak cukup sehari-semalam untuk menceritakannya,” jelasnya.

Prof. Nasar menuturkan, malam hari atau dalam bahasa arab disebut lailah sebagai waktu terjadinya Isro Miraoj memiliki keistiwaan tersendiri. Lailah dalam ayat pertama surah al-Isra menunjukkan makna anagogis, yang lebih menekankan aspek kekuatan spiritual malam (the power of night). Kekuatan emosional-spiritual malam hari yang dialami Rasulullah, dipicu oleh suasana sedih yang sangat mendalam, karena sang istri, Khadijah, dan sekaligus pelindungnya telah pergi untuk selama-lamanya.
Sebelum memulai acara seluruh peserta membacakan tahlil dan dzikir bersama mendoakan KH Ali Mustafa Yakub agar diterima segala amal dan ibadahnya. Jamaah yang hadir dalam kesempatan ini sebanyak 700 orang, mereka berasal dari Surabaya, Sidoarjo dan sejumlah daerah lainnya.(^^).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *