Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. H. Saifullah Yusuf memaparkan enam makna majlis Dzikir. Yaitu sebagai sarana untuk mendapatkan rahmat dan syafaat Rasulullah Nabi Muhammad SAW, sebagai sarana pembangunan karakter, sebagai sarana membangun kebersamaan, majelis yang mengajak untuk cinta tanah air dan majelis yang mengajak umat untuk selalu bersabar, dan sarana untuk mendapatkan ilmu.
Kelima makna tersebut disampaikannya di depan ribuan Majlis Maulid Wat Ta’limRiyadlul Jannah se MalangRaya saat mengadakan Tabligh Akbar Penutupan Sementara Safari Maulud, di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (4/6) malam.
Dijelaskannya, bersholawat dengan melantunkan berbagai doa, insyaallah kita semua mendapatkan rahmat dan syafaat atau pertolongan dari Rasulullah Muhamad SAW, agar lebih mudah dan dalam satu rombongan masuk ke Surga Nya Allah SWT.
Menurutnya, Syafaat Rasulullah sangat diperlukan, karena walaupun kita telah melakukan segala perintah agama, seperti melakukan Sholat lima waktu tepat waktu, menjauhi larangan agama, tetapi kita semua tidak mengetahui apakah semua ibadah yang telah dilakukan tersebut sudah mencukupi sebagai modal untuk masuk ke Surga Nya Allah SWT. “Oleh karena itu kita semua memerlukan rahmat dan pertolongan atau Syafaat Rasulullah untuk bisa masuk ke Surga Allah SWT,” jelasnya.
Makna kedua adalah majlis sholawat merupakan majlis yang luar biasa, sebagai sarana membangun karakter bangsa. Karena didalamnya mengajarkan agar umat manusia selalu menjaga akidah agama, membangun akhlak serta mengajarkan agar manusia terus menambah pengetahuan atau ilmu agama. “Disekolah, diajarkan ilmu agama hanya selama dua jam tidaklah cukup untuk membangun karakter anak bangsa yang tangguh,” ungkapnya.
Makna selanjutnya yaitu majlis sholawat sebagai sarana membangun kebersamaan, karena dalam pelaksanaannya para kiai, guru agama, santri, masyarakat umum, para pejabat, aparat keamanan berkumpul menjadi satu. Bersatu menjadi satu rombongan. “Insyaallah akan tetap bersatu dalam satu rombongan menuju ke Surga Nya Allah SWT,” ungkapnya penuh harap.
Sejak pertama para kiai, guru agama membentuk majlis dzikir ataupun sholawat mempunyai tujuan mengajak umat manusia untuk cinta Allah, cinta Nabi Besar Muhammad SAW, cinta agama, dan cinta tanah air. Kesemuanya merupakan sebagian dari iman. Walaupun negara masih banyak kekurangan, masih banyak anak yang tidak bersekolah, tidak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik, masih banyak masyarakat yang miskin, tetapi guru agama kita mengajarkan agar tetap mencintai tanah air. “Ketenanganlah yang dapat menutupi semua kekurangan tersebut,” ungkap wagub yang biasa disapa Gus Ipul itu.
Makna kelima, majlis sholawat mengajarkan umat manusia agar selalu bersabar dalam menjalankan kehidupan di dunia. Menurut Wagub yang biasa disapa Gus Ipul bahwa Negara kita, masih banyak kekurangan. Masih banyak penngangguran, masih banyak masyarakat miskin, masih banyak anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan, masih banyak orang yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan layak, dan masih banyak kekurangan lainnya.
Tetapi kekurangan-kekurangan di atas dapat dengan mudah terselesaikan bila dijalankan dengan kesabaran. Salah satu cara, sesuai dengan ajaran guru agama, dengan melakukan dzikir, sholawat, belajar bersabar. “Dengan bersabar maka akan lahir anak bangsa anak bangsa yang tangguh, mudah menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa,” jelasnya lebih lanjut.
Dan makna terakhir, sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu agama. “Orang berilmu adalah orang yang takut pada Allah SWT,” pungkasnya. Karena dengan menguasai doa-doa , menguasai ilmu agama dari guru yang jelas asal-usulnya atau keturunannya, jelas keilmuannya maka ilmu agama tersebut akan menjadi pegangan hidup.
Sementara itu Habib Achmad Bin Ali Abdurrachman Assegaf, seorang Ustad muda dari jakarta dalam tauziahnya mengulas puasa ramadhan. Disampaikan bahwa puasa merupakan Rukun Islam ke empat dari lima Rukun Islam yang ada (Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa dan berhaji).
Arti Puasa, yaitu menahan hawa nafsu dengan tata cara tertentu. Yaitu membaca niat yang diucapkan setiap malam. Kemudian menahan diri dari segala perbuatan yang membatalkan puasa sejak mulai matahari terbit sampai matahari terbenam, dari waktu subuh sampai maghrib.
Dijelaskan, perbuatan yang membatalkan puasa yaitu menahan hawa nafsu perut (makan, minum) dan menahan hawa nafsu sekitar perut (berhubungan suami istri, dan segala kegiatan yang dapat menyebabkan keluarnya air mani atau sperma). (**).