Jombang | beritalima.com – Grebeg Apem atau megengan merupakan bagian dari tradisi Tarhib Ramadhan yang dilaksanakan rutin tiap tahun oleh masyarakat Kabupaten Jombang dalam menyambut bulan suci ramadhan. Tradisi ini mengandung nilai nilai dan spiritual yang sangat dalam hingga disebutkan jangan sampai terjadi perpecahan akibat perbedaan penentuan awal puasa.
Demikian hal itu diungkapkan Wakil Bupati Jombang, M. Salmanudin, S.Ag., M.Pd saat sambutan di alun alun Kabupaten Jombang sebelum kendaraan hias berisikan tumpeng apem digrebeg oleh masyarakat yang menonton, Rabu (26/2/2025). Juga diawali pemberian santunan anak yatim.
Gus Wabup mengatakan Kue Apem berasal dari kata Afwan yang dalam bahasa Arab berarti Mohon Maaf, hingga dijadikan icon utama acara ini.
“Hal ini mengingatkan kita semua membersihkan hati memohon ampun kepada Allah SWT, serta saling memaafkan antar sesama manusia sebelum memasuki bulan suci ramadhan,” tegas Bupati Salmanudin kepada peserta arak arakan tumpeng apem.
Ia pun menjelaskan, bagaimana budaya Jawa dan nilai nilai Islam bisa menyatu dalam kehidupan masyarakat Jombang hingga arak arakan tumpeng apem diberangkatkan dari Kantor Pemkab Jombang diikuti oleh pelajar di Kabupaten Jombang beserta iring iringan kendaraan hias yang terdiri dari 1 mobil Pickup dan 15 kendaraan roda tiga.
“Di alun alun Jombang, kita juga bisa menyaksikan gunung apem besar tang melambangkan keberkahan dan kebersamaan,” ujarnya.
Atas nama Pemerintah Kaupaten Jombang, Salmanudin menyanpaikan terima kasih dan apresiasi yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam acara ini.
“Kepada panitia, para ulama, tokoh masyarakat, jajaran forkopimda, organisasi Islam, komunitas budaya, serta seluruh masyarakat Jombang yang telah bekerja keras demi kelancaran grebeg apem tahun ini,” ucapnya.
Sambungnya kepada peserta arak arakan, anak anak yatim binaan Baznas, tentunya dikatakan Wabup Salmanudin semua ini bisa terlaksana dengan baik berkat kebersamaan dan gotong royong semua pihak.
Masih waktu yang sama, Salmanudin mengajak seluruh umat Islam di Jombang baik dari NU, Muhammadiyah, shiddiqiyah maupun kelompok lainnya untuk menghadapi perbedaan dalam penetapan awal puasa dengan bijak dan saling menghormati,” imbuhnya.
“Perbedaan adalah hal yang lumrah tetapi persatuan lebih utama. Jangan sampai perbedaan dalam menentukan awal puasa menjadi penyebab perpecahan diantara kita,” tuturnya.
Ditambahkannya, “Mari kita jadikan ramadhan sebagai bulan penuh rahmat dan kedamaian dengan menekankan nilai toleransi, ukhuwah dan saling menghargai,” pungkas Gus Wabup.
Jurnalis : Dedy Mulyadi




