SIDOARJO, beritalima.com | Semua ada hikmahnya. Belum perginya wabah Covid-19, artinya kita memang harus terus tetap berikhtiar, merubah perilaku atau kebiasaan sehari-hari ke yang lebih baik untuk selamanya.
Terlepas dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, untuk menjaga diri dan keluarga dari serangan Covid-19, banyak hal yang harus kita biasakan mulai dari sekarang, baik secara fisik maupun batiniah, lahir dan batin, atau jiwa dan raga.
Terinspirasi dari pendapat Direktur Rumah Sakit Aisyiyah Siti Fatimah Sidoarjo, dr Tjatur Prijambodo, wabah Covid-19 memang tidak bisa dipisahkan antara aspek medis dan teologis (spiritual).
Menurutnya, aspek medis dan teologis ini tidak bisa dikedepankan salah satunya, tapi harus bersamaan, seiring. Karena, jika medis yang dikedepankan merupakan kesombongan, dan bila teologis yang dikedepankan itu kebodohan.
“Penyakit karena virus, termasuk Covid-19, adalah penyakit yang Self Limiting Disease, penyakit yang bisa disembuhkan diri sendiri jika imunitas atau daya kekebalan tubuh baik,” ujarnya, sebagaimana yang tersebar di medsos. “Jadi, senjata utama menghadapi Covid-19 adalah imunitas yang tinggi atau baik,” tandasnya.
Islam pun, lanjut tutur dokter yang kerap memberikan tausiah ini, menganjurkan untuk terus ber-ikhtiar meningkatkan imun dengan ikhtiar medis dan teologis.
Ikhtiar medis yang dimaksud, istirahat yang cukup, tidur tidak terlalu larut malam, makan dengan gizi seimbang, minum air minimal 1,5 liter sehari, olahraga atau aktifitas ringan di rumah, dan jika perlu minum multivitamin atau Probiotik.
Sedangkan ikhtiar teologis disebutkan, memperbanyak istighfar, karena akan membuat hati bersih, yang akan meningkatkan sistem imun. Dia menyebut Surat QS Al-Anfaal 33, yang bunyinya “Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun”.
Selain itu, memperbanyak sedekah. Berdasarkan studi oleh Jorge Moll dari National Institutes of Health, terbukti bahwa ketika seseorang melakukan donasi atau sedekah, beberapa area di otak yang terkait dengan kenyamanan, koneksi sosial, dan rasa percaya, turut aktif sehingga menciptakan efek positif terhadap perasaannya.
“Juga, membuat otak melepaskan hormon endorfin, memproduksi hormon dopamin serta oksitosin yang mampu meningkatkan imunitas tubuh dan mengurangi stres. “Sedekah itu menutup tujuh puluh pintu kejahatan,” tambahnya.
Tidak hanya itu, menurutnya, dalam berikhtiar teologis ini kita harus sabar terhadap semua skenario Allah ini. Sabar dalam arti tetap ber-ikhtiar melakukan langkah pencegahan.
“Sabar dan sholat sesungguhnya menjadi kunci utama peningkatan sistem imun, sesuai Al Quran Surat Al Baqarah 153, “Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Selalu mengingat Allah dengan berdzikir, karena saat mengingat Allah hati menjadi tenang, otak merelesae hormon oksitosin yang akan meningkatkan sistem imun. Ar Ra’dhu 28. Tubuh akan memproduksi Natural Killer Cell (NK Cell) saat seseorang berada di puncak spiritualitasnya karena selalu mengingat Allah.
Terakhir, berdoa tanpa henti, karena bisa menghilangkan stress dan membuat bahagia, memunculkan hormon kebahagiaan. Karena, “Tidak ada yang dapat mencegah takdir, kecuali doa” (HR. Al-Hakim).
Di samping selalu ikhtiar medis dan teologis, Protokoler Kesehatan juga harus terus kita terapkan. Yakni, Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, Menjauhi Kerumunan, dan Membatasi Mobilitas.
“Jadi, tetaplah sabar dengan menjalankan Protokoler Medis dan Teologis, InSya’Allah kita akan dihindarkan dari penyakit apapun dan akan diberi kesehatan yang optimal,” pungkasnya. (Mochamad Ganefodin, terinspirasi pendapat positif dr Tjatur Prijambodo, Direktur RS “Aisyiyah Siti Fatimah” Sidoarjo). (Gan)
Teks Foto: dr Tjatur Prijambodo.