SURABAYA, beritalima.com – Tak berubah Yayasan Wings Peduli Kasih milik Wings Corporation, masih tetap fokus dalam berkomitmen untuk memberikan bantuan medis secara cuma-cuma dengan mengoperasi sejumlah penyandang craniofacial (cacat wajah).
Diketahui sejak tahun 2008 mereka telah membantu hampir 200 penyandang craniofacial dan semua itu mayoritas anak-anak berusia di bawah lima tahun, Kamis (7/12/2017)
Luciana Tanoyo, Direktur Yayasan Wings Peduli Kasih, mengatakan pihaknya memutuskan untuk konsentrasi kepada isu craniofacial karena secara medis, penyandang craniofacial hanya mengalami kelainan fisik, bukan mental. Sehingga, akan sangat disayangkan apabila penyandang craniofacial yang masih dalam usia sekolah tidak dapat mengenyam pendidikan mestinya hanya gara-gara rendah diri atau minder karena kelainan wajah yang dideritanya.
“Kami mengutamakan pengobatan untuk anak dan remaja usia sekolah. Pertimbangannya karena dukungan untuk mereka tidak akan berhenti pada tahap pengobatan dan tindakan medis saja, tetapi anak-anak tersebut juga akan mendapatkan beasiswa pendidikan,” ujarnya.
Selain itu menurut salah satu anggota Tim Dokter dalam program ini, dr Lobredia Zarasade SpBP RE(KKF), craniofacial adalah penyakit kelainan pada tulang wajah dan jaringan lunak daerah kepala yang merupakan kecacatan bawaan lahir yang diduga disebabkan oleh multifaktoral di antaranya faktor keturunan karena mutasi dari gen yang diturunkan seperti apert syndrome, crouzon syndrome dan sebagian dari bibir sumbing.
“Faktor lingkungan juga sangat besar. Misalnya si Ibu yang bekerja, bisa jadi kekurangan nutrisi seperti asam folat, infeksi virus, radiasi dan kekurangan vitamin B,” ujar dr Lobredia yang tergabung dalam Tim Craniofacial RSUD Dr. Soetomo Surabaya di bawah pimpinan Prof. Dr. dr. Djohansjah Marzoeki, SP.BPRE(K).
Oleh karena itu, kompleksnya kelainan yang diderita pasien craniofacial, ditambahkan Ketua Yayasan Citra Baru Surabaya, Prof.Dr.dr.David.S.P,Sp.BPRE(K), membutuhkan penanganan terpadu oleh satu tim dokter dari berbagai spesialisasi.
“Jadi semua berkaitan untuk menangani pasien craniofacial, mulai dokter spesialis bedah plastik, bedah syaraf, anestesi, anak, mata, radiologi, THT, patologi kiinik, rehabilitasi medik, dan dokter gigi spesialis orthodonti. Karena kelainan craniofacial ini merupakan kelainan anatomi yang biasanya merupakan kasus bedah dan butuh tindakan operatif,” pungkasnya.
(Ad)