Hanya Karena Buku Paket, Siswa SDN Jadi Korban Perundungan Verbal Oleh Wali Kelas

  • Whatsapp

TULUNGAGUNG, beritalima.com- Kejadian perundungan verbal yang menimpa siswa kelas IV SDN 2 Kutoanyar, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, HJ, bermula dari adanya edaran buku panduan sekolah yang diberikan kepada siswa.

Buku tersebut diberikan kepada siswa disaat jam mata pelajaran sedang berjalan, dengan maksud agar dibawa pulang dan memberitahu orang tua jika diperlukan untuk dibeli.

Dalam satu paket tersebut berisi dua buku yang masing-masing seharga Rp. 30 ribu. Namun sifatnya tidak mengikat dan tidak mewajibkan untuk dibeli dan boleh dikembalikan jika merasa tidak memerlukan.

Karena dirasa tidak membutuhkan, akhirnya HJ membawa kembali buku tersebut ke sekolah untuk diberikan kepada wali kelas inisial (INS). Namun, waktu itu bersamaan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW, HJ tidak sempat memberikan langsung kepada wali kelas, melainkan hanya menaruh di bangku guru.

Hingga akhirnya, buku tersebut tidak sampai ke tangan wali kelas, sehingga menanyakan kepada HJ di depan teman-teman sekelasnya. Dirasa ada yang janggal, wali kelas sampai menyumpah HJ dan menanyakan berulang kali tentang buku itu.

HJ yang merasa tidak bersalah, akhirnya malu karena harus di sumpah dihadapan temannya, sehingga sampai di rumah menangis dan menceritakan kejadian tersebut kepada orang tuanya.

Beredarnya buku tersebut di kalangan siswa SDN 2 Kutoanyar, Kabid SD Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung, Suharni, mengatakan, selama ini memang tidak ada siswa harus membeli buku.

“Memang kami berusaha bagaimana kita meningkatkan kualitas, tetapi kita tidak memaksa siswa harus beli buku. Dinas Pendidikan juga tidak memberi rekomendasi atau mengharuskan membeli buku. Tetapi sebagai orang tua atau wali murid, terkadang merasa perlu ada tambahan kepada anak-anak,” kata Suharni, Rabu 4 Oktober 2023.

Lanjutnya, buku yang sudah beredar saat ini, memang sesuai dengan yang dibutuhkan, tetapi pihaknya tidak mengharuskan siswa untuk membeli.

“Yang jelas, kita tidak memaksakan siswa harus beli, karena kita tahu bagaimanapun kondisi orang tua/wali murid tidak sama,” tandasnya. (Dst).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait