BONDOWOSO, beritalima.com – Dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Bondowoso yang ke 198 pada tahun 2017, Pemerintah kabupaten Bondowoso melalui Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Jumat malam (21/07) menggelar event tahunan Bondowoso Culture Nigth Carnival atau penampilan kesenian budaya tradisional yang dilaksanakan pada malam hari.
Start dari depan Pendopo Bupati, sebanyak 23 peserta yang berasal dari 23 kecamatan unjuk kebolehan dalam menampilkan kesenian tradisional daerah masing-masing yang sampai saat ini masih terus dilestarikan dan dikembangkan didaerahnya.
Kesenian tradisional yang begitu menarik perhatian para pengunjung yaitu Kesenian tradisional Tongtong yang dipadukan dengan kesenian tabuh Ronjengan (madura.red) salah satu kesenian daerah pedesaan yang biasanya dilaksanakan setiap acara penyembelihan sapi.
Seluruh peserta berjalan mengambil Rute dari depan Pendopo menuju jalan Jaksa Agung Suprapto ke jalan Letjen sutoyo belok kanan ke jalan Ahmad Yani dan berakhir di jalan Letnan Sutarman atau di depan Monumen Gerbong Maut, selatan alun-alun kota.
Ribuan warga Bondowoso tumpah ruah disepanjang rute yang dilalui oleh para peserta Pawai Budaya, tidak hanya warga Bondowoso saja yang datang menyaksikan Pawai Budaya asli Bondowoso, melainkan banyak dari pengunjung berasal dari Kota tetangga seperti Jember, Situbondo dan juga Banyuwangi bahkan juga ada turis asing yang ikut menyaksikan acara tersebut.
Salah penonton yang dijumpai disekitar lokasi bernama Agus Dwi Cahyo yang berasal dari Kabupaten Situbondo, dirinya bersama teman-temannya sengaja datang ke Bondowoso hanya untuk menyaksikan Bondowoso Culture Nigth Carnival yang hanya diadakan setiap 1 tahun sekali.
“Setelah kami mendapatkan informasi dari teman-teman di Bondowoso, bahwa saat ini ada acara Bondowoso Nigth Carnival kami bersama teman-teman langsung berangkat kesini, karena kesenian budaya tradisional yang ditampilkan disini benar-benar asli kebudayaan daerah,” ungkapnya.
Lebih lanjut Agus mengatakan bahwa besar harapan agar Kebudayaan seperti ini terus dilestarikan agar supaya tidak tergerus oleh kemajuan zaman.
“Walaupun saya bukan orang Bondowoso tapi saya berharap kesenian tradisional ini terus dikembangkan agar anak cucu kita nantinya tetep bisa mengenal kesenian daerahnya masing-masing,” imbuhnya.(*/Rois)