JAKARTA, Beritalima.com– Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian mengatakan selain kaya akan hasil tambang juga memiliki wisata yang dapat menarik para wisatawan mancanegara dan nusantara berkunjung ke Bumi Mulawarman tersebut.
Soalnya, politisi senior Partai Golkar tersebut menganggap sektor pariwisata memiliki prospek bagus karena di Kaltim tidak dapat terus mengandalkan pendapatan dari sektor tambang, minya dan gas.
“Kita punya visi mengembangkan di luar konvensional seperti tambang dan migas, yaitu pariwisata. Nah, Kaltim punya potensi yang bagus,” ujar wakil rakyat dari Dapil Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara ini.
Hal tersebut disampaikan Hetifah ada acara Bimbingan Teknis tentang “Tata Kelola Destinasi Pariwisata Melalui Ekowisata dan Desa Wisata di Kalimantan Timur,” di Harris Hotel, Samarinda akhir pekan lalu.
Dikatakan Ketua Umum Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) tersebut, Kaltim menyimpan banyak potensi alam yang bisa dijadikan objek wisata. Kekuatan Kaltim itu ada natural base tourism.
“Juga banyak hutan mangrovenya yang sangat menarik. Jadi, banyak wisata alamnya. Kita akan dorong agar ada destinasi dari Kaltim yang masuk 10 top destinasi,” jelas perempuan berhijab kelahiran Bandung, 30 Oktober 1964 itu.
Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Regional II Kementerian Parawisata (Kemenpar), Reza Fahlevi menyambut baik kegiatan bimtek semacam ini. Dia yakin, dengan kegiatan bimtek ini, wisata di Kaltim mudah dikembangkan.
“Di Kaltim ada Bu Hetifah. Ada Anggota DPR RI dari sini. Dengan kegiatan ini, nanti akan mudah untuk pengembangan pariwisata di Kaltim,” ungkap Deputi Pengembangan Destinasi Regional Kemenpar itu.
Kabid Destinasi Dinas Pariwisata Kaltim, Ahmad Herwansyah mengatakan, ada empat hal yang diperlukan membangun wisata. “Kalau mau bangun pariwisata, kita bangun destinasi, industri, pemasaran dan terakhir kelembagaannya.”
Doto Yogantoro mengatakan, pentingnya desa wisata untuk menghidupkan ekonomi desa. “Pariwisata yang dimotori oleh masyarakat pedesaaan untuk mencapai kesejahteran masyarakat itu sendiri. Desa wisata muncul karena punya potensi dapat layak di jual oleh masyarakat kepada wisatawan.”
Akademisi Polnes Samarinda, Fauzan Noor yang juga menjadi pembicara acara Bimtek menyebut bahwa konsep desa wisata menempatkan masyarakat sebagai pemilik dan pengelolanya.
“Jadi desa wisata itu menjadikan masyarakat sebagai pemilik dan pengelolanya. Turis yang datang juga harus menghargai budaya setempat (desa wisata)m,” demikian Fauzan Noor. (akhir)