JAKARTA, Beritalima.com– Revolusi Industri 4.0 dan tahun politik menjelang pemilihan umum (pemilu) serentak yakni pemilihan legislatif (pileg) serta pemilihan presiden (pilpres), 17 April 2019 menjadi tantagan perempuan Indonesia.
Hal itu dikatakan wakil rakyat Dapil Kalimantan Timur, Hetifah Sjaifudian saat menjadi pembicara dalam ‘Dialog Publik Perempuan Bawa Perubahan’ dalam rangka memperingati Hari Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Putri Cabang Samarinda di Aula Pertemuan Rumah Jabatan Walikota Samarinda pekan ini.
Soal teknologi, jelas Hetifah, ini sangat penting buat perempuan. “Kita ngak boleh gagap teknoligi (gaptek). Terbukti, teknologi sudah membantu kita menyelesaikan urusan lebih cepat. Karena mesin cuci, kita bisa cepat menyelesaikan pekerjaan rumah,” ujar Hetifah mencontohkan.
Terkait dengan perempuan dalam politik, Hetifah meyakini semua perempuan termasuk kader-kader PMII mampu menjadi politisi baik untuk tingkat daerah maupun pusat.
“Saya yakin, adik-adik mahasiswa mampu menjadi anggota DPRD, bahkan DPR. Tetapi untuk (terpilih) menjadi anggota legislatif itu, ini sangat susah dan berat meski Undang-Undang telah memberi afirmasi perempuan. Nah, saya siap jadi mentor bagi kalian yang mau terjun ke politik,” kata Hetifah.
Selain Hetifah, tampil sebagai pembicara Ketua Bidang Kesetaraan Gender Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Kaltim, Mahlita dan Ketua Muslimat NU Samarinda Mujahidah Mansur.
Mahlita menyebut Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur terus berkomitmen terhadap pemberdayaan perempuan. “Ada program unggulan kita yaitu untuk akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, akhir perdagangan manusia, akhiri kesenjangan ekonomi perempuan.”
Mujahidah mengatakan, Islam tak menghendaki ada pemaksaan, penindasan, dan kekerasan selama akal sehat dan hati nurani kemanusiaan masih bisa tumbuh secara wajar. (akhir)