Muslimat NU dan YAICI Rekom Penghapusan Iklan SKM Sebagai Susu

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com – Pengurus Pusat (PP) Muslimat NU dan Pengurus Wilayah (PW) Muslimat NU Surabaya merekomendasikan agar iklan SKM yang menyebutkan sebagai susu dihapuskan. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) diminta menindak tegas produsen SKM yang terus-menurus mengiklankan SKM sebagai susu di mass media terutama tivi itu.

Rekomendasi itulah yang mengemuka dalam diskusi “Membangun Generasi Emas Indonesia 2045, Bijak menggunakan SKM” yang digelar YAICI bekerjasama dengan Muslimat NU di SMA Khadijah Surabaya, Minggu (2/12/2018).

“Iklan SKM sebagai susu sudah mengelabui kita puluhan tahun. Saatnya iklan itu dihapuskan,” tegas Ketua PW Muslimat NU Jawa Timur, Masruroh Wahid, di hadapan 200 anggota Muslimat NU Surabaya yang hadir. “BPOM juga harus tegas menindak produsen yang melecehkan aturan,” tandasnya.

Muslimat mempertanyakan kenapa hingga kini produsen SKM terang-terangan mengiklankan SKM sebagai susu. Padahal, lanjutnya, sudah ada aturan yang jelas dari BPOM bahwa produk ini tidak cocok untuk bayi di bawah 12 tahun, bukan pengganti ASI dan bukan satu-satunya sumber gizi.

“Kalau produsen berani beriklan tidak jujur, tidak sesuai dengan peruntukan, berarti ada yang salah dengan kebijakan,” kata Masruroh.

Menanggapi hal itu, Yuli Ekowati, Ahli Madya Pengawas Farmasi dan Makanan BPOM Provinsi Jawa Timur, mengatakan, adalah tugas ibu-ibu melaporkan ke Badan POM jika ada produsen yang tidak mengikuti aturan, sehingga BPOM bisa menindak.

Ia menjelaskan, BPOM kadang tidak mengekpose kasus-kasus yang ditangani karena takut menimbulkan keresahan. “Tapi jika sudah keterlaluan BPOM akan memberitahukan secara terang-terangan,” kata Yuli.

Menjawab pertanyaan apakah iklan SKM bisa dihabiskan, Yuli balik bertanya bagaimana cara menghapuskannya? Ibu-ibu Muslimat nyeletuk, “Matikan tivi.” Jawabnya, “Ya saya setuju. Yang paling efektif ibu-ibu tidak menonton tivi.”

BPOM, kata Yuli, tidak punya dana untuk membuat iklan karena biayanya mahal. Karena itu dibutuhkan bantuan masyarakat, khususnya ibu-ibu Muslimat untuk membantu menyampaikan informasi tentang SkM bukan susu kepada jemaah di wilayah masing-masing.

Sementara itu, Ketua Harian YAICI (Yayasan Abhiparaya Insan Cendikia Indonesia) Arif Hidayat, narasumber yang berbicara tentang komunikasi iklan, menyatakan, kenapa ibu-ibu mempersespsikan bahwa SKM adalah susu, karena iklan yang dibuat produsen mengkomunikasikan tentang SKM sebagai susu.

Iklan juga memvisualisasikan keluarga bahagia, anak yang lincah dan sehat tengah minum SKM. Pesan yang disampaikan pun menyebutkan SKM minuman yang bernutrisi, bergizi dan baik untuk pertumbuhan.

“Iklan SKM sebagai susu sudah ada sejak hampir seabad silam dan tertanam kuat dibenak masyarakat Indonesia sebagai susu bernutrisi,” ujar Arif.

Padahal, lanjut Arif, kandungan SKM yang diproduksi di Indonesia protein 2,3% lebih rendah dari ketentuan BPOM 6,5 persen dan ketentuan WHO 6,9 %. Begitupun kandungan gula lebih tinggi, yakni di atas 50%. Padahal WHO mensyaratkan 20 persen. “Jadi kalau minum SKM itu bukan minum susu, tapi minum gula rasa susu,” ujar Arif.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Kohar Hari Santoso, menyatakan, SKM hanya cocok untuk topping, bukan untuk pengganti ASI. Karena itu, konsumen perlu periksa kemasan, baca label, cek juga nomor izin edar/produksi.

Menurut dia, saat ini bukan hanya gizi buruk yang sedang dihadapi di Indonesia, melainkan gizi ganda. Lebih banyak penyakit tidak menular daripada penyakit menular. Penyakit tidak menular seperti diabetes, jantung, stroke dan obesitas. Penyakit tidak menular disebabkan karena salah pola konsumsi dan gaya hidup tidak sehat.

“Saya mengapresiasi kegiatan sosialisasi SKM bukan susu, karena ini sangat penting agar masyarakat teredukasi,” kata Kohar.

Ketua VII Bidang Kesehatan Sosial PP Muslimat NU, Erna Yulia Soefihara, mengatakan, PP Muslimat NU akan terus mendorong jamaah muslimat untuk mensosialisaikan bijak menggunakan SKM.

“Karena, jamaah muslimat NU kan mayoritas ibu-ibu yang memilki peran penting dalam hal edukasi. Minimal di dalam keluarga ia bisa menginformasikan masalah untuk perbaikan gizi anak dan pencegahan stunting,” kata Erna. (Ganefo)

Teks Foto: Diskusi yang digelar YAICI bekerjasama dengan Muslimat NU di SMA Khadijah Surabaya, Minggu (2/12/2018). Sepakat bila iklan SKM yang menyebutkan sebagai susu dihapuskan.

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *