SURABAYA, beritalima.com | Pasar properti Sydney sedang dalam arah yang tepat untuk kembali bangkit.
Michael Yardney, penasehat investasi dan penulis buku-buku terlaris di Australia, menyatakan itu berdasarkan data selama 12 bulan terakhir hingga Desember 2019.
Menurutnya, selama 40 tahun terakhir pertumbuhan rata-rata properti di Kota Sydney sudah mencapai 7,4%, yang artinya banyak properti yang nilainya menjadi dua kali lipat di setiap dekade.
Disebutkan, pada November 2019 badan penelitian investasi terkemuka di Australia, SQM Rerearch, memperkirakan harga rumah tapak dan hunian vertikal Kota Sydney pada tahun 2020 tumbuh dua digit.
“Namun yang perlu dicermati adalah pergeseran tren properti yang sangat dipengaruhi oleh perubahan demografis,” tambah Michael.
Menanggapi ulasan Michael Yeardney, CEO dan pendiri Crown Group, Iwan Sunito, mengatakan, pergeseran tren hunian di Sydney sudah terasa dalam 2 dekade terakhir.
“Pertumbuhan penduduk yang pesat mengakibatkan bertambahnya jumlah tenaga kerja usia muda yang memiliki preferensi tersendiri untuk hunian tempat tinggal,” awal argumennya.
“Hal ini menyebabkan semakin besarnya golongan usia produktif yang lebih menyukai hunian berukuran kompak yang dekat dengan tempat mereka bekerja dan dikelilingi oleh pusat perbelanjaan dan kuliner,” lanjut Iwan.
“Dan ini mengakibatkan tergerusnya popularitas rumah tapak melalui keberadaan hunian vertikal,” imbuhnya.
Menurut laporan yang dibuat oleh Worldpopulationreview.com, kata Iwan, sejak 2015 populasi Sydney tumbuh sebesar 381.694 jiwa yang mewakili 1,63% dari perubahan tahunan.
“Inilah salah satu penyebab utama pertumbuhan jumlah hunian vertikal di Sydney,” tandas dia.
Laporan yang dibuat PBB, pada tahun 2050 sebanyak 68% populasi dunia akan menempati area perkotaan. Angka ini meningkat dari saat ini yang sebesar 55%.
Laporan PBB tersebut juga memprediksi adanya tambahan 2,5 juta orang yang akan tinggal di kota dalam 30 tahun ke depan.
“Dengan segala kelengkapan yang dimiliki sebuah kota metropolitan ditambah pembangunan infrastruktur transporatsi massal yang masif, tidak mengherankan bila Sydney menjadi salah satu kota paling diminati untuk dihuni di Australia,” kata Iwan.
“Terbukti selama 10 tahun terakhir, Australia telah menjadi destinasi investasi utama bagi para investor di kawasan Asia umumnya, khususnya Indonesia,” tuturnya.
“Pasar properti Australia sempat mencapai puncaknya dengan pertumbuhan sebesar 17% pada tahun 2017. Jadi bukan mustahil bila di tahun 2020 ini pertumbuhan nilai properti akan kembali menyentuh angka dua digit sesuai prediksi SQM Research,” pungkas bos salah satu perusahaan pengembang swasta terbesar di Australia ini. (Ganefo)