DENPASAR, beritalima.com – IB Rai Dharmawijaya Mantra Walikota Denpasar membuka gebyar budaya rangkaian HUT ke 17 SMK PGRI 3 Denpasar dengan membunyikan kul-kul atau kentongan sebagai tanda event tahunan ini dimulai.
Dalam gebyar budaya ini, pihak sekolah menggelar berbagai kegiatan lomba, seperti; lomba kebersihan, Dharma Wacana, Mewirama, Ngelawar, Pejati serta berbagai kegiatan seni budaya lainnya.
Drs. I Nengah Madiadnyana, MM., menyampaikan bahwa perayaan HUT yang ke 17 yang jatuh pada tanggal 24 Januari 2017 ini, mengangkat tema “Bersih, Disiplin, Berprestasi dan Berbudaya”.
“Disini kita tekankan lomba pejati yang merupakan sarana upakara, lomba ngelawar yang memiliki filosofi kebersamaan, lomba pidato bahasa Bali untuk melestarikan bahasa ibu, wirama atau mekidung,” kata Madiadnyana.
Sebagai SMK Swasta terfavorit yang bergerak dibidang pariwisata, dikatakan Madiadnyana, sekolahnya yang dipimpinnya tidak hanya mampu meraih prestasi akan tetapi tidak lepas dari budaya.
“Kita undang Walikota untuk membuka acara ini kendatipun pengelolaan SMK/SMA sudah pindah ke Provinsi, akan tetapi SMK PGRI 3 Denpasar masih berada di daerah Denpasar. Selain itu, beliau juga pemuka atau penglingsir masyarakat di wilayah Banjar Bengkel Kedaton dimana sekolah kami berada,” akhir Madiadnyana.
Walikota Denpasar menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan HUT SMK PGRI 3 Denpasar yang dirangkai dengan pelestarian budaya. Menurutnya, bedanya manusia dan sekolah ulang tahun adalah manusia semakin tua, namun sekolah semakin berkembang seperti SMK PGRI 3 Denpasar.
“Bahasa Bali wajib hukumnya, begitu juga dengan tatwa dan budaya yang harus juga dipelajari karena banyak filosofi yang terkandungnya,” paparnya. Jumat, 20 Januari 2017.
Walikota mencontohkan seperti mebat yang memerlukan kerjasama sebuah team dan harus ada kepala yang mengatur tugas kepada masing-masing anggota yang memiliki bagian pekerjaan sendiri-sendiri.
Pihaknya menghimbau kegiatan pelestarian budaya di sekolah-sekolah agar lebih sering diadakan untuk melestarikan warisan budaya bali yang adiluhung.
“Sekolah salah satu tempat untuk melestarikan itu, pikiran, perkataan dan perbuatan, kebiasaan terakhir karakter atau prilaku,” akhir Walikota. (yn/dr)