Puluhan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dan mesin perang lainnya milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) melakukan uji kemampuan teknologi dalam manuver lapangan (Manlap) Latihan Operasi Amfibi (Latopsfib) Tahun 2021 yang memasuki tahap Gerakan Menuju Sasaran Satu (GMS I), yang dilepas dan disaksikan langsung Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Yudo Margono, S.E., M.M. kemarin.
Menurut Perwira Pelaksana Latihan (Palaklat) Latopsfib Taruna yang juga perwira pendamping Taruna AAL, Letkol Laut (P) Bagus Waluyo, diantara 4.300 prajurit yang dilibatkan dalam latihan ini, ada 106 Taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) Tingkat IV Angkatan ke-67 yang disebar di 12 unsur KRI dari 33 KRl yang terlibat dalam latihan ini.
“Aktifitas para Taruna AAL di 12 KRI tersebut, disesuaikan dengan Korps masing-masing Taruna AAL, baik itu Korps Pelaut, Teknik, Elektronika, Suplai dan Marinir dipandu dan didampingi para perwira divisi KRI dan Danton Pasukan Pendarat Marinir,” terang Palaklat saat mendampingi Taruna AAL di KRI Makssar-590, Senin (25/10).
Keikutsertaan Taruna dalam latihan ini lanjutnya, merupakan kesempatan berharga bagi Taruna AAL sebagai ajang Latihan Praktek, sarana untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah didapat di kelas, serta mempraktekkan secara langsung fungsi, peran dan tanggung jawab departemen sesuai Korps masing-masing.
Disamping itu lanjutnya, latihan ini juga untuk memberikan pengalaman kepada para Taruna pada saat menggunakan kapal kombatan sebagai media latihan, sehingga diharapkan dapat membangkitkan jiwa patriotisme dan militansi para Taruna dalam menghadapi penugasan di masa yang akan datang.
Sementara itu Laksamana TNI Yudo Margono (Kasal), menegaskan bahwa dalam Latopsfib TNI AL kali ini, melibatkan 4.300 prajurit, 33 KRI dan 16 Pesawat Udara (Pesud) serta 39 material tempur Korps Marinir, dengan tujuan untuk meningkatkan profesionalisme prajurit dan kesiapan operasional dan sebagai tolok ukur hasil pembinaan latihan serta keterpaduan komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT).
Latihan ini paparnya, disekenariokan menuju daerah pendaratan di Dabo Singkep, Kepulauan Riau harus melewati rintangan dari serangan musuh di tengah laut berupa serangan dari bawah air, permukaan dan udara.
Dalam GMS I ini sejumlah KRI melaksanakan beberapa kegiatan. Antara lain, anti submarines warfare exercise, air deffense excersice dengan sasaran simulasi formasi pesud TNI AL Bonanza, anti air rapid open fire exercise dengan simulasi serangan udara musuh, dan anti surface warfare exercise.
Selain itu, Kasal juga menjelaskan bahwa TNI AL yang menganut Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT), dimana hal tersebut berkaitan dengan teknologi (Heavy of Technology). Baik teknologi kapal perang, pesawat udara, maupun kendaran tempur Marinir. Dengan begitu mengharuskan Sumber Daya Manusia (SDM) TNI AL pun harus mumpuni. Setiap Alutsista atau persenjataan harus selalu diupgrade sesuai dengan teknologi terkini.
Untuk menciptakan kemampuan TNI AL yang tangguh, profesional dan modern lanjut Kasal, peran SDM merupakan kunci utama. Mengingat filosofi TNI AL bukan manusia yang dipersenjatai, tetapi senjata yang diawaki. Oleh karena itu, manusianya (SDM) harus adjustable, cepat menyesuaikan dengan persenjataan yang sarat teknologi.