GRESIK, beritalima.com – Beragam kegiatan dihelat masyarakat Kabupaten Gresik, Jawa Timur dalam memeriahkan hari Kartini yang diperingati setiap 21 April. Mulai dari berbagai lomba, peragaan busana hingga bhakti sosial.
Perayaan seremoni yang semacam ini, bertujuan untuk mengenang jasa-jasa perjuangan RA Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita. Sekaligus mengingatkan generasi muda masa kini, terkait sosok pahlawan wanita asal Jepara ini.
Pertanyaannya, siapakah sosok Kartini sesungguhnya yang patut ditauladani? Atau apakah ada Kartini lain yang bisa menjadi inspirasi di zaman now?.
Bagi Rahmi Hidayah, mengenang sosok RA Kartini tidak harus identik dengan baju kebaya dan dirayakan secara seremonial semata. Namun yang lebih penting dibalik perjuangan sosok RA Kartini, bagaimana mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari pesan-pesan beliau (RA Kartini, red).
“Pesan-pesan beliau itu yang perlu kita aplikasikan. Ya, memperingati setiap tahun juga penting sebagai wujud nyata mengenang perjuangan beliau,” ujar pengusaha muda ini kepada beritalima.com.
Dibalik apa yang diungkapkan di atas, pemilik flower store berdarah Padang – Jawa ini, mengatakan bahwa mencari role model seorang yang disebut Kartini, tak perlu repot -repot. Pasalnya, sosok Kartini yang sesungguhnya ada dalam kehidupan seorang anak dan keluarga yakni Ibu.
“Kalau Kartini yang sebenarnya itu adalah Ibu. Ibulah sosok Kartini yang sempurna,” tegasnya.
Geberasi milenia mencari Kartini di zaman now, tidak harus pergi jauh-jauh. Apalagi mengidolakan orang lain karena Kartini yang jauh lebih layak diidolakan ada terpampang dihadapan setiap harinya. Oleh karena itu, Rahma berpesan agar generasi muda khusus kaum perempuan belajar pada ibu sebagai Kartini sesungguhnya.
Ia juga berpesan, pertama sebagai perempuan hendaknya bisa mandiri agar tidak bergantung pada suami. Tetapi, bukan berarti meninggalkan kodratnya sebagai seorang istri atau ibu dan seorang perempuan.
Kedua, generasi zaman now untuk tidak memaksakan diri, hidup dengan mengikuti tren. Apalagi jika kondisi kehidupan yang nyata berbeda dengan kehidupan di luar sana. Artinya, hidup dengan apa adanya jauh lebih happy dibanding hidup dengan mengikuti tren, namun dipaksakan. (Abd)