Inilah Strategi Memutus Mata Rantai Siklus Kemiskinan Kultural di Jeneponto

  • Whatsapp

MAKASSAR. Salah satu penyebab kemiskinan kultural di Desa Arungkeke Kabupaten Jeneponto, adalah faktor budaya atau adat yang dianut masyarakat serta faktor bergantung pada bantuan pemerintah.

Strategi yang seharusnya di tempuh masyarakat dan pemerintah mengatasi dan memutuskan mata rantai siklus kemiskinan kultural di Jeneponto ini adalah, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus lebih memandang kemiskinan sebagai permasalahan utama yang multidimensional.

Melakukan pemberdayaan masyarakat dengan mengedepankan kemandirian menyelesaikan kemiskinan kultural itu.

Demikian simpulan tesis Nurinna, S.Sos, saat mempertahankan tesisnya berjudul, Kemiskinan Kultural, Studi Kasus di Desa Arungkeke Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto, pada ujian tesis Prodi S2 Pendidikan IPS Kekhususan Pendidikan Sosiologi PPs-UNM, Selasa (6/8/2019), di Kampus UNM Gunung Sari Baru Makassar.

Pada penulisan tesis ini didampingi oleh Tim Dosen Pembimbing, Dr. Firdaus W. Suhaeb, M.Si dan Dr. Hj. Musdaliah Mustadjar, M.Si.
Tampil selaku penguji tesis dalam ujian tutup tutup itu, Ketua Dewan Penguji; Dr. Firdaus W. Suhaeb, M.Si didampingi Sekretaris; Dr. Hj. Musdaliah Mustadjar, M.Si dengan anggota penguji; Prof Dr. Darman Manda, M.Hum,; Dr. Sulaiman Samad, M.Si serta Dr. Muhammmad Yahya Mustafa, M.Si;

Strategi lainnya, kerjasama pihak berwenang menyusun dan merumuskan data masyarakat miskin sehingga tidak terjadi salah sasaran dalam pemberian bantuan,

Selain itu, memberikan pemahaman pengetahuan agama lebih mendalam untuk mengurangi membesar-besarkan tradisi yang selama ini dijalankan tanpa harus meninggalkannya.

Wanita kelahiran Arungkeke Jenepoto 10 Januari 1994 ini menyarankan, masyarakat tidak egois mendapatkan bantuan dari pemerintah, jika merasa lebih mampu dan telah layak hidup mandiri rela melepaskan bantuan pemerintah itu kepada yang lebih berhak.

Selain itu Nurinna sarankan, masyarakat di Arungkeke, dalam menjalankan tradisi tidak terlalu boros karena akan berisiko bagi masyarakat ketika akan bayar utangnya di kemudian hari, tegasnya.

Nurinna lahir dan dibesarkan di Arungkeke dari bapak, Rajamuddin Dg Lawa dan ibu, Syamidar Dg Bola. Tamat SDN 07 Lassang-Lassang Arungkeke Jeneponto 2005. MTs-Al-Falah Arungkeke Jeneponto 2008.

Tamat SMAN 1 Batang 2011. Sarjana Sosiologi FIS UNM 2015. Lanjut Studi S2 Pedidikan IPS Kekhususan Pendidikan Sosiologi PPs-UNM 2017. (ma’ruf)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *