Oleh: ASM Romli / www.romeltea.com
Media cetak tidak akan mati, masih akan ada yang bertahan, namun jumlah dan oplahnya akan terus berkurang.
BEGITU selesai membuat judul “Media Online Membunuh Media Cetak”, saya langsung select all > search Google for “Media Online Membunuh Media Cetak”.
Hasilnya, ada sekitar 115,000 hasil (tulisan/data) indeks Google yang tampil dalam 0.39 detik. Judul-judul posting yang tampil di halaman depan sebagai berikut:
Apakah Media Online Membunuh Cetak?
Media Online bunuh Media Cetak
Satu Persatu Koran di Indonesia Tutup Usia
Profesor AS Prediksi Internet ‘Bunuh’ Media Cetak
Solusi Cerdas Menyelamatkan Industri Media
Media Online Bersaing? Ini Kata CEO TIMES Indonesia
Ada pendapat media online akan membunuh media cetak
Jurnalisme Di Era Digital dan New Media – Ngalor-Ngidul
Media Sosial, Ancaman Terbesar Media Cetak
Media Sosial, Ancaman Terbesar Media Cetak
Persaingan Media Massa (Cetak, Elektronik dan Online)
Ketika diklik menu “News” (Berita), yang muncul di posisi teratas malah judul ini: “Nikita Mirzani Bakal Laporkan Sembilan Media ke Polisi”
Posting Media Online Membunuh Media Cetak dibuat setelah membaca informasi tentang gulung tikarnya sejumlah media cetak tahun 2015, termasuk Sinar Harapan, Koran Tempo Minggu, dan Harian Bola.
Setidaknya, sudah terbukti, sebagaimana diprediksi, media cetak bakal kewalahan menahan gempuran persaingan media online atau situs-situs berita, ditambah kekuatan media sosial yang tumbuh pesat dan bahkan menggantikan situs berita sebagai sumber utama informasi.
Saya tidak melakukan riset data untuk membuat posting ini. It’s just IMHO, In My Humble Opinion. Media cetak tidak akan mati, masih akan ada yang bertahan, namun jumlah dan oplahnya akan terus berkurang.
Kita bandingkan dengan nasib Radio Siaran yang dulu diprediksi bakal mati setelah muncul TV. Nyatanya, radio tetap jaya di udara, meski jumlah pendengarnya menurun drastis, juga akibat dibombardir internet (media online/media sosial).
Media cetak (printed media) adalah media informasi pertama di dunia. Ia memiliki sejarah panjang, sejak berabad lalu, saat Kaisar Romawi kuno, Julius Caesar, memerintahkan pemasangan Acta Diurna (semacam papan pengumuman atau majalah dinding) berisi beragam informasi.
Internet telah membuat orang tidak perlu menunggu waktu lama untuk mengetahui peristiwan terbaru. Wartawan tidak perlu menunggu koran beredar besok hari untuk menyebarkan informasi.
Bahkan, everybody can be journalist! Media sosial, blog, aplikasi chatting, dan jejaring sosial lainnya yang “on” 24 jam dalam 7 hari menjadi medium penyebaran informasi aktual, juga promosi, atau sekadar “haha hihu” atau “wkwkwk..” dengan teman.
Kita tidak lagi menunggu tukang koran “melemparkan” suratkabar langganan kita ke teras rumah atau menyelipkannya di Kotak Surat atau di sela-sela pagar rumah. Kita bahkan bisa langsung mencari informasi terkini begitu buka mata, bangun tidur, dengan membuka gadget (smartphone).
Kita tidak perlu berlangganan koran untuk update informasi teraktual. Cukup “beli kuota internet” atau pulsa plus gadget (smartphone). Semua informasi gratis, bahkan “datang sendiri” ke beranda atau feed Media Sosial.
Kita juga tidak harus menyalakan TV untuk mencari informasi audio-visual (video). Ada youtube, ada TV Streaming, yang siap hadir di kamar tidur bahkan di kamar mandi.
Itulah sebabnya, isu Media Online Membunuh Media Cetak menjadi “hantu” bagi praktisi media cetak. Iklan tersedot ke media online, khususnya ke Google. Google menyebarkan iklan online ke seluruh dunia melalui program Google AdSense.
Apakah media cetak akan benar-benar mati? Sebagian besar tampaknya ya, hanya sebagian kecil yang akan bertahan dengan oplah terbatas. Wassalam