SURABAYA, beritalima.com | Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menambah dua guru besarnya dari dua bidang ilmu yang berbeda. Keduanya adalah Prof Dr Subiono MSc sebagai guru besar bidang Ilmu Aljabar Max Plus dan Prof Dr Ir Hidayat Soegihardjo Masiran MS sebagai guru besar bidang Ilmu Teknik Struktur dan Struktur Tahan Gempa, yang dikukuhkan Dewan Profesor ITS di Auditorium Gedung Research Center ITS, Rabu (11/12).
Dalam orasi ilmiahnya sebagai guru besar ITS ke-121, Subiono menjelaskan secara lengkap mengenai hasil penelitiannya yang dirancang dengan judul Aljabar Max Plus dan Aplikasinya pada Sistem Transportasi Indonesia. Untuk mencari solusi alternatif permasalahan transportasi, khususnya jalur kereta api di Surabaya, Subiono menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus sebagai alat permodelannya.
Aljabar Max Plus merupakan keilmuan yang berkaitan dengan Sistem Dinamik Event Diskrit (SDED). Ide cemerlang yang menghantarkannya sebagai peraih gelar profesor pertama di Indonesia bidang tersebut dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan jalur kereta api single track (ST). “Istilah semi-double track (SDT) lahir dengan menambahkan persimpangan di tengah-tengah jalur kereta api di antara dua stasiun utama,” jelas dosen Departemen Matematika ITS tersebut.
Sementara itu, dalam orasi ilmiahnya, guru besar ITS ke-122 Hidayat Soegihardjo Masiran menyampaikan penelitiannya yang bertajuk Sistem Disipasi (Penyerap) Gempa untuk Meningkatkan Kinerja Seismik Bangunan Sipil. “Penemuan sesar-sesar aktif di Indonesia menyebabkan peningkatan gaya gempa pada bangunan sipil dari waktu ke waktu,” jelas pria yang kerap disapa Hidayat tersebut.
Oleh karena itu, tambah Hidayat, diperlukan inovasi sistem struktur yang tak hanya menghasilkan kinerja seismik yang baik, tetapi juga memiliki nilai ekonomis yang baik (innovations based economy). Hidayat mengimplementasikan base isolation tipe Load Rubber Bearing (LRB) dan Friction Pendulum (FP) pada jembatan-jembatan bentang besar di zona gempa. Sedangkan untuk bangunan gedung dan rumah tinggal, Hidayat menggunakan Low Base Isolation dengan pelat berlubang.
Dalam sambutannya, Ketua Dewan Profesor ITS Prof Dr Ir Nadjadji Anwar MSc, berharap terjadi peningkatan guru besar di tahun-tahun selanjutnya di ITS. “Kami (ITS, red) telah mendata dan mengkaji upaya percepatan gelar profesor di ITS sejak tahun lalu,” ungkap dosen Teknik Sipil tersebut. Selain itu, sebagai wadah layanan kepengurusan guru besar, Nadjaji berusaha meningkatkan minat para dosen untuk melakukan banyak penelitian dan meraih gelar profesornya.
Hal senada diungkapkan oleh Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng. Menurutnya, ITS yang merupakan Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) dituntut untuk menjadi sumber pendapatan dalam pembangunan ITS di pendanaan internasional. Oleh sebab itu, dibutuhkan kontribusi besar dari para profesor dalam berbagai bidang ilmu. “Maka dari itu, penambahan profesor merupakan anugerah terbesar bagi suatu institusi, khususnya untuk ITS,” ujar Ashari, sapaannya.
Dalam enam bulan terakhir, papar Ashari, terjadi penambahan sebanyak enam guru besar di kampus pahlawan ini. Sehingga terhitung sebanyak 10 persen dari 993 dosen ITS yang meraih gelar professor saat ini. “Namun, jika dibandingkan dengan perguruan tinggi lain, ITS masih memiliki kuantitas dosen dan profesor yang paling sedikit,” imbuh pria kelahiran Sidoarjo tersebut. Pasalnya, dalam beberapa tahun terakhir penambahan guru besar di ITS dinilai cukup sedikit, sehingga diperlukan adanya percepatan.
Meski begitu, lanjut Ashari, dosen dan profesor ITS memiliki militansi dan kinerja yang luar biasa. Dibuktikan pada tahun 2019, ITS masuk jajaran empat besar perguruan tinggi terbaik di Indonesia dan menjadi peringkat tiga Anugerah Produk Inovasi dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Jumlah guru besar di suatu institusi, imbuh Ashari, merupakan parameter untuk menilai kualitas sumber daya manusia. Dengan penambahan profesor, maka dapat meningkatkan kualitas institusi tersebut. Lebih lanjut, Ashari menuturkan di tahun 2020 terdapat 26 orang calon guru besar yang kini tengah diproses. “Kami (ITS, red) optimis, minimal sebanyak 16 orang profesor yang akan lahir di tahun 2020 nanti,” tandas guru besar Teknik Elektro ini optimistis.
Diakui Ashari, tak mudah untuk menjadi seorang guru besar. Pasalnya, terdapat beberapa kriteria yang wajib dipenuhi dan pihak yang perlu berperan aktif mewujudkannya. Yang pertama, yakni keaktifan dosen untuk melakukan penelitian ilmiah. Yang kedua adalah institusi sebagai sumber dana penelitian, penyedia fasilitas laboratorium, dan layanan untuk kepengurusan guru besar, serta beberapa pihak yang bekerja sama dalam penelitian. “Ketiga hal tersebut yang ITS harapkan agar jumlah guru besar dapat bertambah secara eksponensial,” pungkasnya.(hjr)