Ambon – Membaca merupakan hal yang pertama dan menjadi kebutuhan pokok dan utama yang harus dilakukan oleh seseorang, komunitas, daerah atau bangsa apabila ingin mengubah dirinya ke kehidupan yang lebih baik.
Selain itu membaca juga merupakan instrumen fundamental dalam melakukan transformasi pribadi, masyarakat, dan bangsa.
Hal Tersebut disampaikan Wakil Ketua I DPD RI Nono Sampono dalam kunjungan ke Komunitas Literasi Jalanan di Tanah Rata, Ambon.
“Kita mengapresiasi kawan-kawan dari Komunitas Literasi Jalanan Tanah Rata ini, yang berusaha dan berupaya membangkitkan minat baca, untuk semua pihak,” kata Nono yang melihat langsung kegiatan baca buku di Komunitas Literasi Jalanan Tanah Rata, Ambon.
Menurut Nono, budaya literasi, tidak boleh kalah dari gaya hidup modern yang serba instan yang bergantung pada gawai.
“Budaya literasi kini semakin tersingkir. Inilah momentum semua pihak untuk turun tangan menghidupkan kembali budaya membaca dan menulis di kalangan anak-anak kita. Jika tidak, anak-anak itu akan terlindas zaman” tambah mantan Kepala Basarnas ini.
Untuk itu katanya lagi, ada enam literasi dasar yang harus dikuasai yakni baca tulis, literasi numerasi, literasi finansial, literasi sains, literasi budaya dan literasi kewarnegaraan dan literasi teknologi informasi dan komunikasi atau digital.
Sementara itu, Koordinator Komunitas Literasi Jalanan Tanah Rata, Fadlan Borut mengatakan menumbuhkan budaya literasi menjadi keharusan dan menjadi kewajiban kita bersama.
“Sulit mengharapkan lahirnya generasi muda yang kelak memegang tampuk kepemimpinan negeri ini tanpa budaya literasi,” katanya.
Untuk itu, literasi diharapkan bisa menjadi pintu masuk untuk melahirkan generasi emas ini. Penguatan dan pengembangan budaya literasi harus dilakukan untuk mencetak sumber daya manusia unggul yang cerdas dan bermoral.
“Penguatan literasi ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga mengejar ketertinggalan kita dari bangsa lain, “ujar Fadlan.
Lebih jauh Nono Sampono menjelaskan, berdasarkan data statistik, dari UNESCO, dari total 61 negara, Indonesia berada di peringkat 60 dengan tingkat literasi rendah.
Peringkat 59 diisi oleh Thailand dan peringkat terakhir diisi oleh Botswana. Sedangkan Finlandia, menduduki peringkat pertama dengan tingkat literasi yang tinggi hampir mencapai 100 persen.
“Data ini menunjukkan minat baca di Indonesia masih tertinggal jauh dari Singapura dan Malaysia, ” ujar Nono.
“Ini adalah tantangan tidak mudah bagi kita, ada cerminan kualitas pendidikan dan bahkan value masyarakat kita yang masih perlu kita pupuk. Jadi lewat komunitas-komunitas seperti ini, semoga dapat memompa semangat menyebarluaskan literasi,” pungkas Nono Sampono.