Oleh:
Rudi S Kamri
Meskipun belum ada pengumuman resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) pusat maupun daerah, sudah hampir dapat dipastikan putra sulung Presiden Jokowi Gibran Rakabuming Raka akan menjadi Walikota Surakarta (Solo). Begitu pun Sang menantu Presiden Jokowi Bobby Nasution juga akan menjadi Walikota Medan. Hasil Quick Count Gibran telak memenangi kontestasi dengan merap suara 87,16%. Sedangkan Bobby hanya menang tipis dari pasangan AMAN dengan merap suara 54,29%.
Kemenangan mereka sebetulnya tidak terlalu mengagetkan. Dalam pepatah Jawa ada ucapan pas buat mereka: “Menang ora kondang, Kalah bakal wirang” (menang tidak menjadi hebat atau populer, tapi kalau kalah akan menjadi aib yang memalukan). Ini realita yang harus dihadapi oleh Gibran-Bobby. Keberadaan mereka di kancah perpolitikan lokal dan nasional yang sangat instan tidak bisa dilepaskan dengan status mereka sebagai anak-menantu Presiden Jokowi. Keberhasilan mereka mendapatkan rekomendasi dari partai pun tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Bapak atau mertuanya. Ini realita juga yang harus diakui.
Saya yakin kemenangan mereka di daerah masing-masing pun juga ada pengaruh dari nama besar dari Presiden Jokowi. Tanpa embel-embel anak-menantu Presiden, saya menyakini mereka akan tidak mudah mendapatkan kemampuan untuk memenangi kontestasi Pilkada kali ini. Itu suatu kenyataan yang harus diakui sekaligus menjadi beban yang cukup berat bagi keduanya.
Tugas sejarah mereka dalam menjalani tugas negara menjadi Walikota akan menjadi tantangan yang tidak mudah bagi keduanya. Di bawah bayang-bayang kesuksesan seorang Joko Widodo yang mengukir sejarah fenomenal saat menjadi Kepala Daerah di negeri ini, adalah beban yang maha berat bagi Gibran-Bobby ke depannya. Ini beban sekaligus menjadi tantangan bagi keduanya, apakah mereka mampu keluar dari bayang-bayang besar seorang Jokowi dan mampu menulis tinta emas sejarah atas prestasi sendiri, waktu yang akan membuktikan. Kita lihat saja nanti.
Namun sejatinya tugas mereka tidak berat-berat amat. Kalau keduanya mau dan mampu mengcopy-paste plus memodifikasi langkah brilian Jokowi saat menjadi Kepala Daerah, itu sudah menjadi ‘guide-line’ yang meringankan langkah kerja mereka ke depannya. Apalagi mereka juga mempunyai mentor yang super handal yaitu Presiden Jokowi. Seharusnya jalan mereka jauh lebih mudah untuk menjadi pejabat publik.
Saya hanya berharap keberadaan mereka dalam pusaran pemerintahan di negeri ini tidak menjadi beban Presiden Jokowi. Mereka harus lebih bersih, tidak koruptif dan mampu membuat gebrakan ala milenial di kota masing-masing. Kemampuan mereka membuat inovasi untuk membangun daerahnya adalah salah kunci mereka untuk keluar dari bayang-bayang besar Bapak-Mertuanya. Tanpa ada inovasi spektakuler, mereka sudah pasti tetap terjerat apologi hanya anak-menantu Presiden.
Saya berharap mereka mampu membangun monumen sejarah atas prestasi sendiri, bukan monumen politik dinasti yang sudah pasti akan tetap berhembus kencang menerpa mereka sepanjang tugas kepemimpinan mereka.
Semoga bisa dan kita lihat saja nanti.
Salam SATU Indonesia
10122020