Jatim siap memasok kebutuhan daging sapi nasional, terlebih dengan adanya rencana program penambahan benih Inseminasi Buatan (IB) oleh Kementrian Pertanian kepada Jatim yang awalnya hanya 1,3 juta menjadi 2 juta. Saat ini Jatim telah mampu mencukupi kebutuhan daging sapi dalam provinsi, dengan kebutuhan daging sapi masyarakat Jatim sekitar 80 ribu ton, sedangkan produksinya mencapai 95 ribu ton sehingga ada surplus 15 ribu ton.
“Dari 1,3 juta IB di Jatim telah menghasilkan 1,050 juta pedet, dari jumlah tersebut 300 ribu ekor sapi siap potong dikirim ke luar provinsi. Dengan adanya tambahan IB tentunya peran Jatim sebagai daerah penyangga kebutuhan daging sapi nasional akan bertahan,” ungkap Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo saat menyampaikan sambutan pada acara Panen Pedet Hasil IB di Waduk Gondang, Kab. Lamongan, Sabtu (8/10).
Ia mengatakan, konsumsi perkapita daging tahun 2015 mencapai 2,2 kg/ kapita /tahun atau setara dengan 550 ribu ton. Sedangkan kemampuan produksi daging sapi dalam negeri hanya 406 ribu ton, sehingga terdapat kekurangan supplay daging sapi nasional sebesar 144 ribu ton atau setara 847 ribu ekor sapi. “Kesenjangan antara supplay dan demand inilah yang menyebabkan tingginya harga jual daging di pasar. Karenanya upaya penambahan populasi ternak melalui IB misalnya harus menjadi prioritas utama,” terang Gubernur yang lekat disapa Pakde Karwo.
Menurutnya, bantuan benih IB kepada peternak itu nantinya juga diharapkan bisa diberikan harga murah tidak seperti sebelumnya. Ini penting karena membantu peternak kecil merupakan kewajiban pemerintah. “Kita jangan pernah mengkompetisikan pengusaha ternak besar di sisi efisiensi dengan peternak kecil yang baru memiliki dua atau tiga sapi,” imbuhnya.
Dalam rangka meningkatkan populasi ternak sapi, Pemprov Jatim bersama Balai Besar Veteriner Wates yang merupakan salah satu UPT Kementrian Pertanian, Tahun 205 telah melakukan penanganan ternak yang mengalami gangguan reproduksi sebanyak 135.647 ekor di 34 kabupaten dengan tingkat kesembuhan 77%. Di samping itu, juga dilakukan gertak birahi dan optimalisasi inseminasi buatan bersama Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari sebanyak 29 ribu ekor di 4 kabupaten. “Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya peningkatan jumlah ternak sapi yang bunting dan diikuti peningkatan populasi sapi,” harapnya.
Selain itu, Pakde Karwo juga mengusulkan untuk membuat aplikasi berbasis android agar bisa memantau birahi indukan sapi. Aplikasi IT tersebut nantinya diharapkan bisa diakses oleh semua peternak dan petugas inseminasi atau inseminator. Dicontohkan peternak di Kec. Sugio Lamongan bisa langsung mengupdate status birahi indukan, sehingga inseminator bisa melakukan eksekusi. “Tingkat keberhasilan IB ini sangat ditentukan oleh waktu birahi indukan, karenanya ini merupakan upaya konkrit untuk mengurangi resiko kegagalan IB,” tukasnya.
Ke depan, Jatim juga akan mengambil peran untuk melakukan kegiatan budidaya ternak sapi potong dengan memanfaatkan lahan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Terdapat 8.500 Ha yang terdiri dari 5.000 Ha aset TNI AD dan 3.500 Ha milik TNI AL. Kegiatan tersebut juga akan melibatkan perusahaan feedloter (penggemukan), kebutuhan indukan yang bisa dipastikan mengandung, serta unsur perbankan untuk kepastian pembiayaan. “Tadi saya sudah berkoordinasi dengan Menteri Pertanian RI, Menteri Perdagangan RI, dan Menteri Koperasi dan UMKM RI terkait rencana kepastian pembiayaan dan indukannya,” urainya.
Pada kesempatan tersebut Pakde Karwo juga menerima penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia atas tercatatnya rekor “Panen Pedet Hasil IB Terbanyak di Indonesia”. “Saya menyampaikan terimakasih pada seluruh peternak dan semoga kegiatan ini bisa menjadi trigger untuk peningkatan usaha peternakan di Jatim yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat peternak,” pungkasnya,
Sementara itu, Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman mengatakan, Kementrian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan anggaran sebear Rp. 1 milyar untuk benih IB. Dari total anggaran tersebut nantinya akan disiapkan 4 juta benih IB, dan khusus Jatim akan mendapat 2 juta. Selain itu kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Kementan saat ini telah dikoordinasikan dengan Kementrian Perdagangan ataupun Kementrian Koperasi dan UMKM, misalnya kewajiban pengusaha untuk ikut memilhara sapi indukan. “Kementan bertugas menyiapkan bahan baku, Menkop dan UMKM sebagai pengolah bahan baku, dan Kemendag bertugas melakukan pemasaran hasil. Ini adalah wujud sinergi antar kementrian,” tukasnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukito menyampaikan, keberpihakan pemerintah saat ini diutamakan pada petani dan peternak. Dicontohkan di Lampung pengusaha sapi yang melakukan impor sapi bakalan (sapi yang digemukkan selama 4 bulan) harus memberikan 5 indukan kepada peternak dengan sistem bagi hasil. Upaya itu dimaksudkan agar peternak mendapat penghasilan lebih setelah memiliki sapi bakalan. “Terkait pemberian bantuan benih IB untuk Jatim akan segera kami realisasikan dan bicarakan, namun untuk penyediaan pakan ternak dan kandang menjadi tanggung jawab Pemprov bersama Pemkab/Pemkot,” jelasnya.
Turut hadir Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Puspa Yoga, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDT) Eko Putro Sanjoyo, Perwakilan Komisi IV DPR RI, Watimpres, Bupati Lamongan Fadeli, pejabat di lingkup SKPD Pemprov Jatim, serta kelompok ternak se Jatim. (**).