JAKARTA, Beritalima.com– Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI, Dr H Jazuli Juwaini mengapresiasi sejumlah stasiun televisi memutar kembali film pengkhianatan G 30 S/PKI karena hal ini adalah sebagai bagian dari upaya membangun kesadaran sejarah dalam mengokohkan nasionalisme bangsa, sekaligus menolak lupa kekejaman PKI.
Namun, di masa wabah pandemi virus Corona (Covid-19) yang tengah melanda Indonesia, kata Jazuli kepada Beritalima.com di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (29/9), masyarakat diharapkan cukup menonton di rumah masing-masing saja.
Menurut Anggota Komisi I DPR tersebut, Gerakan 30 September atau yang lebih dikenal dengan sebutan G 30 S/PKI merupakan peristiwa kelam sejarah bangsa Indonesia dalam mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945.
Kekejaman, kata wakil rakyat dari Dapil II Provinsi Banten tersebut, PKI nyata dan tidak terbantahkan, baik pada peristiwa 1948 maupun 1965. Terlalu banyak saksi sejarah yang dapat menceritakan secara terang benderang dimana mereka membunuh para ulama, santri, pejuang, hingga pucuk pimpinan/para jenderal TNI yang berjasa besar bagi republik ini.
Lebih dari itu, kata Jazuli, yang patut dicatat adalah, PKI melancarkan propaganda adu domba dan pecah belah diantara anak bangsa yang itu merupakan ajaran doktrin komunis dalam mencapai tujuannya.
“Film G 30 S/PKI penting sebagai pengingat agar kita tidak lupa kekejaman PKI di masa lalu. Kita harus selalu waspada strategi adu domba dan pecah belah di antara anak bangsa ala komunis yang bisa saja mucul dan berkembang baik sekarang maupun di masa datang,” tegas dia.
Politisi senior ini menekankan, sebagai sebuah bangsa jangan sampai masuk perangkap adu domba dan pecah belah seperti kelakuan PKI. Sebaliknya kita makin kokoh dalam persatuan dan kesatuan karena terbukti seluruh propaganda PKI gagal total karena sikap tersebut.
“Silakan tonton bersama keluarga di rumah film pengkhianatan G 30 S/PKI. Dampingi putra putri kita, ajarkan sejarah yang benar tentang kejamnya PKI, tentang ajaran komunisme yang menyimpangi karakter dan jati diri bangsa yang berketuhanan, serta tanamkan pentingnya kesadaran untuk menjaga ideologi Pancasila dan UUD 1945 dengan mengokohkan persatuan dan kesatuan bangsa,” demikian Dr H Jazuli Juwaini. (akhir)