SURABAYA, beritalima.com | Seperti diketahui, hubungan diplomatic antara Indonesia dengan Australia telah berjalan baik, diantaranya melalui kerja sama IA-CEPA atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement. Kerjasama pun terlihat terjalin dalam aspek lainnya, seperti pengembangan aktivitas sosial, terlebih menjelang peringatan Hari Perempuan Internasional.
Meski International Women’s Day diperingati pada 8 Maret nanti, namun Kedubes dan Konjen Australia menilai penting untuk lebih dini melihat kiprah aktivis perempuan, khususnya di Jawa Timur. Dengan kata lain, Kedubes dan Konjen Australia pun melakukan stalking atau kepoin aktivitas para aktivis perempuan milenial. Hal inilah yang mendasari Sekretaris Satu (Bidang Politik) Kedutaan Besar Australia Tom Coghlan dan Konjen Australia Fiona Hoggart untuk bertemu dengan aktivis perempuan, Lia Istifhama pada 10/2/2023.
Ditemani rekannya, Reny Setyawati, ning Lia, sapaan akrabnya, mengenalkan rutinitasnya sebagai aktivis yang juga Ketua DPD Perempuan Tani HKTI Jatim, seebuah organisasi keperempuanan dibawah naungan Dian Novita Susanto.
“Senang sekali mendapatkan apresiasi dari First Secretary Kedubes dan Kepala Perwakilan Konjen Australia bahwa kami termasuk aktivis perempuan yang selama ini memang bergerak secara sosial. Apresiasi ini sangat penting, terlebih beliau berdua juga sangat mengapresiasi produk lokal buah karya pelaku UMKM Perempuan. Apresiasi seperti ini sangat penting sebagai motivasi dan spirit agar terus bergerak membangun karya,” terangnya.
Tokoh Milenial Literasi Jatim dari ARCI tersebut juga menjelaskan keberadaan Perempuan Tani HKTI yang berusaha hadir untuk mengkolaborasikan kreatifitas perempuan dengan sumber daya agraris.
“Produk lokal umumnya berbahan sumber daya agraris atau pertanian. Posisi strategis kreatifitas membuat produk lokal inilah yang menjadi indikator utama kemanfaatan hasil alam,” tambahnya dalam obrolan hangat di tengah makan malam tersebut.
Keponakan Gubernur Khofifah tersebut juga menyampaikan potensi ancaman yang bisa menimpa pelaku UMKM, yaitu jeratan lintah darat dan pinjaman online illegal yang nilai pinjaman dengan angsuran tidak proporsional.
“Banyak sekali pelaku UMKM yang memiliki potensi menjadi korban jeratan utang piutang yang bukan menolong mereka saat kesulitan, melainkan justru menimbulkan masalah baru disebabkan nilai angsuran tidak sebanding dengan jumlah pinjaman. Hal ini disebabkan denda harian dan segala bentuk denda administratif yang hanya merugikan masyarakat atau pelaku UMKM tersebut.”
Menanggapi permasalahan tersebut, Fiona Hoggart yang fasih berbahasa Indonesia, menyampaikan pentingnya membangun kemandirian dalam berkarya dan kemampuan dalam literasi keuangan.
“Perempuan harus memiliki semangat untuk tetap mandiri dalam berkarya, termasuk bagi perempuan pelaku UMKM, harus memiliki keyakinan bahwa produknya diterima masyarakat. Namun kemampuan literasi pengelolaan keuangan pun menjadi inddikator penting yang tidak boleh dilewatkan,” terang ibu dua anak yang memiliki gelar Master of International Law dari Australian National University dan Bachelor of Arts dari Monash Univeristy tersebut.
Pertemuan tersebut kemudian ditutup dengan sesi foto bersama produk UMKM khas Lamongan, tepatnya UMKM binaan Gerai UMKM Nusantara.