JAKARTA, Beritalima.com– Nama Hencky Luntungan, satu dari 99 deklarator Demokrat semakin santer terdengar bakal maju sebagai calon ketua umum Partai Demokrat periode lima tahun ke depan, menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang diberi mandat peserta kongres 2015.
Hencky diyakini banyak kader mampu menyelamatkan partai berlambang Bintang Mercy yang terpuruk dalam dua pemilu legislatif terakhir. Sukses meraih hampir 150 kursi DPR RI 2009, tidak mampu dipertahankan pada pemilu legislatif 2014.
Bahkan pada pemilu serentak 17 April 2019, Partai Demokrat tidak hanya gagal memajukan kader sebagai calon presiden-calon wakil presiden sehingga bergabung dengan koalisi Gerindra, PKS, PAN dan Partai Berkarya untuk mengusung pasangan Prabowo-Sandi.
Tidak sampai di situ, raihan kursi legislatif Partai Demokrat juga menurun. Bahkan partai pemenang pemilu 2009 tersebut terlempar dari posisi lima besar, bersaing dengan Gerindra, PKB, PKS dan Nasdem yang baru masuk parlemen periode 2014-2019.
Mendengar kabar bahwa Hencky Luntungan bakal maju pada perebutan kursi Ketua Umum Partai Demokrat mendatang, politisi senior yang juga anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, Max Sopacua menyatakan kesiapan memberi dukungan kepada koleganya tersebut.
Jika kabar Hencky maju sebagai calon ketua umum Partai Demokrat itu benar, kata Wakil Ketua Umum sekaligus Sekretaris Fraksi Partai Demokrat DPR RI 2004-2009 ini, saya bakal memberi dukungan 100 persen.
Menurut pria mualaf ini, sosok Hencky memang layak untuk mengembalikan marwah Partai Demokrat yang saat ini kian terpuruk karena ulah unsur-unsur yang tidak merasa memiliki partai.
“Hencky kan pendiri Demokrat! Dia adalah orang yang berkeringat dan berdarah-darah saat mendirikan partai demokrat. Bahkan punya andil dalam membesarkannya. ” Jika benar Hencky maju, beliau adalah orang yang tepat,!” tegas laki-laki kelahiran Saparua, Provinsi Maluku ini.
Pada kesempatan terpisah, Wakil Ketua Umum Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator (FKPD) Partai Demokrat, Dr Subur Sembiring mengajak seluruh kader Partai Demokrat melihat secara luas makna terselububung di balik pergerakan yang dilakukan kelompok Gerakan Moral Penyelamatan (GMP) Partai Demokrat yang muncul belakangan ini.
Seperti diberitakan, GMP beberapa waktu lalu mengeluarkan pernyataan yang salah satu isinya meminta SBY sebagai nahkhoda Partai Demokrat segera membersihkan anasir-anasir yang secara gamblang sudah menyalahi aturan main politik. Mereka tidak lagi menerapkan pola berpolitik Bersih, Cerdas, Santun (BCS) dan bermartabat.
Meski bukan menjadi materi utama dalam penjelasan pers itu, tetapi wacana Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat menjadi sexy bagi wartawan. Melalui jaringan komunikasi yang ada diperkirakan saat ini 30-40 persen DPD dan DPC Partai Demokrat yang menyatakan dukungan terhadap KLB.
Beranjak dari hal itu, Subur menjelaskan secara rinci mengapa wacana itu ada. Menurut dia, KLB bisa dilaksanakan atas dasar petimbangan ketua umum berhalangan melaksanakan tugas-tugasnya.
Dijelaskan, empat bulan lalu SBY menyerahkan mandat kepada Sekjen DPP Partai Demokrat, Hinca Panjaitan sebagai pelaksana harian tugas-tugas organisasi dan juga menyerahkan mandat kepada AHY untuk memimpin pelaksanaan pileg dan pilpres 2019.
Secara konstitusional, jika ketua umum berhalangan melaksanakan tugas, mandat diberikan kepada salah satu wakil ketua umum untuk mengemban. Dengan penyerahan kepada Sekjen, kata Subur, telah terjadi penyimpangan dari kontitusi partai.
Ironisnya, setelah Sekjen menerima mandat, tak ada rapat maupun petunjuk langsung tentang pengelolaan organisasi sebagaimana penerima mandat menjalankan organisasi.
“Ini jauh berbeda dengan AHY sebagai Ketua Kogasma merespon dengan baik mandat yang diberikan kepadanya. Dengan kata lain, Hinca, tidak berbuat apa-apa sehingga hal ini lah yang menjadi salah satu evaluasi dan banyak evaluasi dalam tubuh PD.”
Kepada kader, Subur mengingatkan, jika KLB dilaksanakan semata-mata untuk menjaga harkat dan martabat ketua umum partai. Untuk itu, semua kader harus memahami dan mau membaca AD/ART secara utuh. “Jangan setengah-setengah sehingga bersikap hanya berdasarkan emosi sesaat saja.”
Sementara Hencky Luntungan mengaku masih akan mempertimbangkan kabar tersebut. “Iya, saya akan memikirkan dan mempertimbangkan suara dari para kader dan beberapa pendiri partai. Sabar ya, kita tunggu saja tanggal mainnya,” demikian Hencky Luntungan. (akhir)