SURABAYA, Beritalima.com|
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) akan menjadi garda terdepan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) pada Rabu (14/2/2024). Sayangnya, terhitung 894 anggota KPPS dalam laporan pada Pemilu 2019 yang lalu meninggal dunia.
Dokter Sekaligus Dosen di Fakultas Kedokteran (FK) Unair Dr Andrianto dr Sp JP SubSp IKKv(K) FIHA FAPSC FESC juga menyoroti kejadian tersebut. Hasil analisis Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebut penyebab utama meninggalnya tragedi tersebut adalah riwayat penyakit bawaan dan beratnya beban kerja.
Meskipun kini anggota KPPS telah menunjukkan surat keterangan sehat saat mendaftar, bukan berarti kejadian tersebut tidak akan terulang. Menurut dr Andrianto, surat tersebut tidak banyak menjamin mengingat kebanyakan penyakit bawaan, terutama kardiovaskular bersifat asymptomatic.
“Penyakit-penyakit kardiovaskular sendiri banyak asymptomatic atau tanpa gejala, itulah yang harus menjadi kewaspadaan,” terang dr Andrianto.
Seseorang untuk bisa melakukan pekerjaan ekstra, harus memiliki kesiapan fisik dan mental. Kesiapan tersebut bermula dari sebelum hingga berakhirnya pelaksanaan tugas anggota KPPS.
Tips Menjaga Kesehatan
Dr Andrianto mengingatkan untuk jangan sampai kelelahan sebelum hari pelaksanaan, meskipun ia sadar bahwa persiapannya pun tidaklah ringan. Maka dari itu, perlu manajemen waktu istirahat yang baik, tahu kapan waktu kerja dan kapan waktunya istirahat.
Hal yang sama juga berlaku saat pelaksanaan pemilu.
Meskipun istirahat dan beban saat penyelenggaraannya tidak seimbang, KPPS bisa menyiasati waktu sedemikian rupa untuk memulihkan tenaga walau sebentar.
“Harus juga mengatur beban agar tidak berlebihan. Pengaturan jam istirahat harus sedemikian rupa sehingga tubuh ada fase untuk recovery,” jelasnya.
Kedua, kecukupan gizi juga menjadi penunjang. Ia tidak menyarankan doping, istilah yang masyarakat kenal dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu untuk memperkuat tubuh selama bertugas.
“Tidak perlu doping. Justru kalau sistem doping, tubuh tidak dalam keadaan fit, dan teraktivasi berlebihan, nantinya juga akan kontraproduktif,” sambungnya.
Terakhir, kenali diri sendiri. Ia menyebut jika tubuh akan mengirim sinyal jika sedang tidak fit. Jika sinyal itu mengganggu seperti kecapaian, ngos-ngosan, dan berdebar, maka patut waspada dan segera kunjungi fasilitas kesehatan.
“Semakin singkat kita memanfaatkan waktu, maka jantung kita tidak akan dalam keadaan yang lebih buruk,” tuturnya.
Pingsan Saat Bertugas
Ketika ada anggota yang pingsan, dr Andrianto menghimbau untuk memeriksa terlebih dahulu nafas dan denyut nadinya. Jika keduanya terdeteksi, pasien hanya perlu berbaring dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala selama 10 hingga 15 menit. Pasien seperti ini harus istirahat dan berlanjut pada pemeriksaan lebih detail di fasilitas kesehatan.
Kondisi tersebut akan berbeda ketika pasien berhenti bernafas dan nadi tidak terdeteksi, terlebih akibat henti jantung. Ia mengungkapkan jika angka harapan hidup dari henti jantung sangat rendah, maka upaya penanganan harus segera terlaksana.
“Ketika upaya penyelamatan henti jantung bisa dilakukan dalam 20 menit, 1 dari 5 bisa selamat. Kalau berhubungan dengan kegawatan jantung, pembuluh darah, dan saraf, sangat berhubungan dengan kecepatan dan ketepatan penanganan,” pungkasnya. (Yul)