Jombang | beritalima.com – Suka duka seorang guru PNS yang mengabdi selama 36 tahun dilakoni seperti air mengalir. Bulan April 2021 sudah mengakhiri masa baktinya sebagai abdi negara. Tidak lain menikmati masa tuanya dan tidak ada keinginan lain meskipun terlihat masih segar bugar tapi sama sekali tidak ada keinginan merambah untuk menjadi anggota legislatif. Rencananya setelah pensiun sambil menikmati masa tua, kembali ke masyarakat menggarap sawah miliknya.
“Selama mengabdi ditugaskan dimanapun tetap enjoy, pertama tahun 1985 tepatnya bulan April mengajar di SD Gedangan I, setelah PNS tahun 1987 dimutasi ke SD Gedangan III Kecamatan Peterongan, meskipun satu desa tapi agak jauh dari rumah karena paling ujung perbatasan anatara Kecamatan Peterongan, Kesamben, dan Sumobito,” ujar Suwarno, yang sekarang ini masih menjabat Kepala Sekolah Dasar Negeri Segodorejo, Kecamatan Sumobito, Jum’at (26/2/2021).
Suka dukanya saat itu yang bekerja sebagian besar menggunakan sepeda onthel, saat hujan, jalannya licin dan jatuh mengotori semua pakaian yang dikenakannya. Sampai di sekolah sebelum mengajar lebih dulu membersihkan sepedanya dan celananya yang terkena muncratan jalann yang licin itu. Setelah itu kembali di mutasi di SD Plosokerep deket rumahnya, terbilang paling lama mengajar di sekolah itu.
Selama mengajar di SD Plosokerep bisa mengalahkan guru Jodi yang seniornya hingga anak didiknya berprestasi dan tahun 2007 dimutasi ke SD Sebani di Kecamatan Sumobito hingga tahun 2010 menjadi Kepala Sekolah. Sebelum menjadi kepala sekolah diuji lebih dulu oleh Universitas Negeri Surabaya (UNESA) sampai saat ini masih mengenalinya.
Namun bagi Suwarno selama menjabat jadi Kepala Sekolah, ketika berganti – ganti peraturan, sebenarnya tidak menjengkelkan akan tetapi yang paling dirasakan oleh Suwarno adalah saat peraturan yang menyangkut kurikulumnya karena sering berubah -ubah hingga membutuhkan tenaga -tenaga yang ekstra dan menyesuaikan diri dari kurikulum tahun 2004, 2006, dan kurikulum tahun 2013.
“Walaupun banyak perubahan kurikulum bisa disesuaikan dan bisa ditekuni tidak masalah tergantung bagaimana menyikapi metoda pembelajaran yang baru itu,” tandas Suwarno, S.Pd., MM
Diakui Suwarno yang menjadi titik nadir selama menjadi kepala sekolah, tes administrasinya terbilang banyak, sebagian besar banyak yang tidak sanggup bahkan sampai tersandung dengan masalah hukum akibat tidak bisa menyikapi peraturan – peraturan yang kerap berubah. Kendati adiministrasi kepala sekolah ada petunjuk teknisnya bahwa pekerjaan kepala sekolah adalah sebagai manajerial.
“Cuman temen – temen kepala sekolah yang paling ditakutkan adalah administrasi BOS karena berubah – ubah dan yang paling sulit adalah pekerjaannya untuk mengatur formatnya apalagi sekarang melalui aplikasi, sulit bagi saya yang sudah tua – tua tapi gak ada masalah bagi yang muda – muda karena memahami aplikasi dan IT,” tandasnya.
Dengan begitu, bagi kepala sekolah dikatakan Suwarno tidak boleh apriori dan dalam melaksanakan pekerjaannya selalu membuat tim kerja (team work), yang lengkap semuanya ada pengelolanya, ada IT, ada bendaharanya, dan ada pelaksanaannya.
“Dari empat orang yang memegang peran tersebut masing – masing menjalankan tugasnya. Saya sebagai kepala sekolah tinggal meneruskan, persoalan dipakai atau tidak tidak masalah hingga dilakoni dengan perasaan senang (enjoy),” terangnya.
Suwarno selama menampuk kepemimpinan kepala sekolah, menurutnya bisa melewati peraturan peraturan yang menurut anggapannya ketat dan tidak tersandung sedikitpun sampai akan memasuki masa pensiun sesuai dengan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang ada.
“BOS yang juknisnya tidak boleh dilaksanakan ya tidak boleh dilaksanakan, yang boleh dilaksanakan tapi harus berhati – hati juga. Jadi kalau mau belanja saya lihat lebih rinci dulu jangan asal belanja. Tapi sekarang enak belanja dengan menggunakan belanja online kepada aplikasi yang ditentukan setelah order, kirim sampai ditempat bayar dan diberikan kwitansi pembelajaan. Jadi tidak manual, ” tuturnya.
Selama menjalankan BOS kata Suwarno, selalu mengadakan rundingan antara tim manajerial BOS dengan Komite Sekolah agar tidak terjadi sandungan kendati anggarannya besar tapi perlu berhati hati. Intinya bisa membaca mana rencana pekerjaan yang remeng – remeng atau abu – abu, dan lebih nyaman dikerjakan atau dilaksanakan sesuai dengan juklak dan juknisnya.
“Contoh membeli finger printer untuk absensi tidak ada dalam bos, saya bilang jangan karena tidak ada dalam bos, namun setelah konsultasi akibat simpang siur akhirnya Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang mengijinkan dan membuktikan untuk tanda tangan sekolah,” jelasnya.
Alhasil selama menjabat Kepala Sekolah, telah merasakan bergantinya kepala dinas pendidikan mulai dari yang pertama dirasakan hingga kepada dinas pendidikan sekarang. Menurut Suwarno, yang penting loyalitas dengan atasannya, apapaun kebijakan yang diturunkannya selalu bersikap loyalitas dengan pimpinannya.
“Siapa pun pemimpinnya harus loyalitas karena kalau tidak loyalitas bisa tabrakan dan terjadi konflik interest. Jadi intinya loyalitas hingga jalannya terasa enjoy meskipun ada sedikit hal-hal yang harus dicermati tapi tetap harus loyalitas,” sambungnya.
Sementara soal prestasi yang banyak mencetak murid berprestasi, Suwarno menjabarkan kriteria siswa yang berprestasi, pertama mencari siswa yang berprestasi di bidang IPA dan matematikan dengan demikian guru diperintahkan untuk memberikan bimbel karena guru yang mengajar di SD Segodorejo ini ada yang berasal dari sarjana matematika dan MIPA.
“Tolong diintensifkan agar anak anak didik menjadi juara satu di tingkat Kecamatan, setelah itu dikirim ke Jombang meraih predikat juara II pada olimpiade Matematika dan IPA,” jelasnya.
Sehingga pada tahun itu Dinas Pendidikan memberikan presentasi agar mencetak siswa berprestasi sebanyak – banyaknya. Setelah presentasi, menunjukkan tingkat siswa prestasi di SD Segodorejo terlihat meningkat dan pada tahun kedua mencari siswa berprestasi di bidang olahraga yang dianggapnya tidak ada di sekolah itu.
“Olahraga apa yang tidak ada, bola volley, belikan 5, kok banyak beli bola volley sampai lima. Loh segini banyaknya siswa SD tidak cukup kalau beli cuma dua. Ada anggarannya, saya perintahkan guru olahraga untuk melatih anak – anak. Akhirnyantiap tahun juara umum tingkat kecamatan. Sekarang masa pandemi distop dulu,” tandasnya.
Selama menjadi guru, nyaris tidak mengenal muridnya yang menjadi tentara saat belajar di SD Sebani. Ketika tengah menembel sepedanya yang bocor di depan Undar, melihat sosok berpakaian tegap dan berkacamata. Lalu ditanya oleh pria yang bertubuh tegap mempertanyakan kenal atau tidak yang namanya Siswanto.
“Pa Sis itu teman saya sebagai guru di gedangan, namun ketika dia menanyakan kenal dengan pa Suwarno. Saya menunjukkan diri dan pria berbadan tegap itu membuka kaca matanya, ternyata muridnya jadi tentara, tapi sekarang sudah pensiun yang sebelumnya dinas di Koramil Mojoagung,” tuturnya.
Namun yang paling terenyuh ketika menegur muridnya di Kelas IV di SDN Gedangan I tidak mengenakan sepatu dibanding teman – temannya menggunakan sepatu semua. Muridnya yang tidak menggunakan sepatu itu alasannya belum beli karena tidak punya uang akhirnya tidak masuk selama satu minggu. Namun setelah seminggu masuk dan menggunakan sepatu.
“Nangdi wes saminggu gak mlebuh (dimana sudah seminggu gak masuk sekolah – dialek jawa). Mendengar ceritanya saya terenyuh bahwa selama tidsk masuk seminggu jualan kacang agar bisa beli sepatu… Ya Alllah bisa seperti itu….?” ujarnya yang terenyuh.
Lebih lanjut menjelang masa pensiun nanti, ia akan mendorong siapapun yang akan menjadi kepala sekolah bisa memanage anak buah, hingga anak buah yang dimanage itu tidak terasa meskipun disuruh tapi tidak terasa disuruh melain terasa enjoy. Intinya memerintahkan anak buah dipertanyakan lebih dulu sedang repot atau tidak.
Hal lain terkait prekrutan CPNS dan tenaga Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK) tahun 2021, dia mengharapkan 8 orang pegawai gurunya yang belum memiliki status PNS melain masih honorer, dapat mengikuti prekrutan CPNS karena usianya masih terbilang muda.
“Kita dorong untuk mengadu nasib, tetap berdoa dan belajar, usia mereka masih muda – muda. Yangbl sudah masuk Gapodik, selebihnua ijazahnya belum keluar karena baru lulus,” pungkas pria kelahiran April 1961.
Reporter Dedy Mulyadi