Oleh. Helmy Akuntan NDeso.
Mengelola negara hampir sama dengan mengelola perusahaan. Keduanya ingin mensejahterakan karyawannya atau rakyatnya.
Alkisah ada seorang direktur utama perusahaan sabun mandi di daerah rungkut surabaya jawa timur yang dibuat pusing dan puyeng oleh kondisi pabriknya. Dirut tersebut baru satu tahun mengoperasikan pabrik barunya dengan peralatan canggih serba komputer minim tenaga manusia (ban berjalan) sabun mandi batangan yang diproduksi langsung terbungkus rapi dalam dus karton siap dipasarkan. Setiap dus berisi 2 kodi atau 40 batang sabun mandi.
Beberapa tahun yang lalu sebelum pandemi covid-19 melanda Indonesia, banyak pelanggannya (toko-toko) yang komplain bahwa barang yang diterima selalu ada yang kurang satu batang sabun disetiap kardus kemasannya.
Untuk menyelesaikan masalahnya tersebut sang dirut mengundang tenaga-tenaga ahli IT lulusan dari berbagai kampus ternama di Indonesia UB, UGM, ITB, UI, Unair dll diajak untuk membantu menyelesaikan problem tersebut. Mereka pada umumnya menawarkan biaya yang cukup tinggi mulai dari puluhan juta rupiah hingga ratusan juta rupiah. Waktu yang ditawarkan juga cukup lama rata-rata satu bulan bahkan ada yang lebih dengan alasan rumitnya permasalahan yang dihadapi.
Ternyata saat unwihsing di ruang rapat direksi tersebut ada si fulan office boy lulusan Pesantren Desa Permai ikut mendengarkan percakapan sambil menyuguhkan hidangan kepada para tamu-tamu yang hadir. Tiba-tiba dengan gerakan reflek yang cukup mengagetkan diantara peserta yang hadir si fulan angkat tangan ikut juga menawarkan solusinya. Tak tanggung tanggung dia menawarkan biaya yang sangat murah hanya 5 juta rupiah dengan waktu yang cukup singkat 5 jam. Pak dirut kaget sambil berucap wow murah amat, karena dilihat si fulan ini cukup meyakinkan diterimalah penawaran tersebut. Oke deal ini uang 5 juta cash ayo sekarang mulai kamu kerjakan kata pak dirut tanpa dibuatkan kontrak kerja cukup disuruh menanda tangani kuitansi saja.
Selesai makan dan istirahat sebentar si fulan minta diantar Paijo pergi ke pasar turi untuk beli *barang* yang diperlukan. Sebelum balik ke pabrik dia pamit dulu sama ibunya sambil menyelipkan uang satu juta rupiah. Ibunya kaget kok banyak banget, ini hadiah dari Bos katanya sambil mohon do’a kepada Ibunya agar dilancarkan semua urusannya.
Hampir satu jam berada didalam Pasar Turi yang padat pengunjungnya belum juga ditemukan barang yang dicari. Pas dipintu keluar ternyata ketemu barang yang diperlukan tersebut. Dari hasil tawar menawar disepakati harganya 1 juta rupiah. Sambil senyam senyum masih ada sisa 3 juta ditangan pikirnya. Tolong dibungkus kado yang rapi ya biar nanti ada kejutan bagi si penerima barang tsb ucap si fulan kepada pelayan toko.
Selesai dibungkus rapi segera dia bergegas balik ke kantor untuk memasang peralatan tersebut di pabrik yang tiap hari selalu dia bersihkan lingkungannya. Sesampai di kantor Pak dirut kaget wow belum sampai 5 jam sudah selesai rupanya. Ini baru rekanan hebat kata Pak dirut sambil menepuk nepuk bahu si fulan. Kebetulan tenaga-tenaga ahli yang ikut tender tersebut masih di kantor belum pulang karena diajak diskusi sama Pak Dirut. Jadi ramai situasinya kantor saat itu dengan kedatangan si fulan membawa barang bungkusan tadi. Sambil berbisik dan menebak nebak barang apa gerangan yang dibawa oleh si fulan.
Jarak antara kantor dan pabrik tidak terlalu jauh hanya beberapa meter saja. Maka orang yang ada diruang rapat ikut semua ke pabrik untuk melihat barang apa yang mau dipasang oleh si fulan. Dengan langkah yang mantap si fulan membawa dan meletakkan barang bawaanya disamping ban berjalan yang diatasnya ada beberapa sabun batangan terbungkus kertas yang siap masuk ke kardus.
Dengan pelan pelan dibukalah bungkus kado tersebut. Semua orang yang hadir dibuat terperangah karena isinya hanya sebuah Kipas Angin. Setelah kipas dinyalakan terlihat ada sabun batangan yang isinya kosong terbang kena hembusan kipas angin yang dipasang oleh si fulan. Maka tambah gemuruhlah suasana pabrik saat itu dengan teriakan si fulan santri ndeso hebat…si fulan santri ndeso hebat…
Hari-hari berikutnya tidak ada lagi konsumen yang komplain dan produknya semakin laku dipasaran karena si fulan sudah diangkat jadi direktur produksi oleh sang pemilik perusahaan dan kreatif melakukan inovasi membuat sabun cair, hand soap dan hand sanitizer. Apalagi sekarang dengan adanya covid-19 produknya semakin laris saja terjual. Semua karyawannya semakin makmur sejahtera. Itulah sekelumit kisah cerita tentang seorang Santri Ndeso yang bisa membawa perubahan di perusahaan sabun dengan solusi yang sederhana.
Apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh dirut pabrik sabun tsb sama dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh Presiden Jokowi saat ini. Pak Jokowi pusing dan puyeng juga melihat kondisi negara yang tidak ada progresnya dalam penanggulangan masalah korupsi. Padahal aparatur pemerintahan sudah berjalan dengan baik, ada KPK Polisi Jaksa BPK BPKP dan Inspektorat tetapi korupsi kok terus meruyak. Bupati Kutai Timur baru saja kena OTT bersama dengan Istrinya yang Ketua DPRD di Kabupaten yang sama.
Salah satu agenda reformasi 98 adalah memberantas KKN dengan membentuk KPK. Sayangnya UU KPK yang disusun secara baik oleh para ahli hukum saat itu ada *invisible hand* yang meletakkan penjelasan pasal tidak pada tempatnya. Kalau diibaratkan membangun jalan tol. Titik nolnya itu digeser dari tempat semula sehingga arah jalan tol yang dibangun melenceng dari tujuan semula atau jalannya negeri ini tersesat di jalan yang salah. Akibatnya siapapun Presidennya yang mengelola negeri ini takkan mampu mensejahterakan rakyatnya. Terbukti sudah 5 kali KPK berganti pimpinan, korupsi terus saja terjadi.
Solusinya sederhana Presiden Jokowi mengajukan hak inisiatifnya kepada DPR RI untuk merevisi ulang UU KPK yang katanya diperbaiki atau direvisi ternyata dimutilasi. Sehingga Jokowi sebagai Direktur Utama PT. Indonesia Jaya Makmur dapat mensejahterakan seluruh rakyatnya…Aamiin. (HAND).