SURABAYA, beritalima.com – Investor masih menganggap Kota Surabaya khususnya dan Jawa Timur pada umumnya sebagai surganya investasi. Ini terbukti dari derasnya arus investasi ke provinsi yang terdiri dari 38 kabupetan/kota ini.
Data yang dilansir Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI menyebutkan, pada kuartal pertama 2016 Provinsi Jatim berada di urutan keenam dari daftar asal negara, dengan capaian PMA 252 juta dollar AS yang terdiri dari 187 proyek.
Dari 187 proyek itu serapan tenaga kerjanya mencapai 9.465 orang atau menyumbang 10% dari penyerapan tenaga kerja selama kuartal pertama 2016 dengan serapan sebesar 32.683 orang.
Sebaliknya, investasi PMDN menempatkan Jatim di peringkat pertama, dengan realisasi sebesar Rp 13 triliun untuk 196 proyek dan menyerap 23.218 tenaga kerja atau 17% dari penyerapan tenaga kerja nasional.
Keberadaan investasi ini menjadi mesin pertumbuhan ekonomi yang efektif bagi Jatim, karena menyerap banyak tenaga kerja, melipatgandakan penerimaan pajak, memangkas angka pengangguran dan kemiskinan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam hal ini, KADIN Surabaya sebagai mitra pemerintah akan terus berupaya memperbaiki kesejahteraan masyarakat dengan mengundang investor domestik maupun mancanegara agar menanamkan modalnya ke Jatim.
Namun, upaya itu tidak mudah mengingat negara-negara lain khususnya negara-negara ASEAN juga berupaya keras untuk menarik investor dari luar.
Untuk itu, KADIN mengajak semua stakeholder khususnya pemerintah agar terus berbenah dan bersaing dengan negara-negara luar yang juga terus berbenah dengan memberikan banyak kemudahan investasi di negaranya.
KADIN Surabaya menilai masing-masing investor punya budaya berbeda. Dan, Jatim beruntung karena dari 10 besar investor yang masuk kebanyakan tidak memiliki budaya membawa tenaga kerja level bawah.
Hanya saja, belakangan China memiliki tuntutan budaya dengan membawa pekerjanya ke Indonesia jika berinvestasi. Investasi China di Jatim sendiri menempati urutan ke-5, di bawah Malaysia, United Kingdom, Singapura, dan Jepang.
Di bawah China ada Taiwan, Cayman Island, Belanda, British Virgin Island, dan Korea Selatan.
KADIN Surabaya kurang setuju jika masuknya tenaga kerja asing (TKA) asal China berlebihan.
Namun, di sisi lain KADIN Surabaya juga menilai masuknya TKA bisa menjadi motivasi tenaga kerja lokal untuk lebih meningkatkan produktivitas di berbagai bidang usaha dan level pekerjaan.
Saat ini index produktivitas tenaga kerja RI nomor 2 di ASEAN, atau meningkat dari sebelumnya di nomor 5.
Karena itu, KADIN Surabaya menganggap penting terus melibatkan semua pihak untuk turut meningkatkan produktivitas dari masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang karena ketatnya persaingan tenaga kerja.
Sebagai gambaran, TKA di Singapura sebanyak 1 juta pekerja, lalu di Uni Emirat Arab (UEA) sekitar 40% ialah TKA. TKI di Malaysia sebanyak 1,2 juta orang dari 28 juta penduduknya. Sementara di Indonesia, hingga tahun 2015 tercatat 70.000 TKA.
KADIN Surabaya beranggapan, TKA di Indonesia sudah memiliki ketentuan yang tertuang dalam Permenaker No.35 Tahun 2015 yang merupakan revisi peraturan sebelumnya tentang tata cara penggunaan tenaga kerja asing.
Beberapa poin krusial pada Permenaker No.35 Tahun 2015, menghapus ketentuan merekrut 10 tenaga lokal (TL) jika memperkejakan 1 TKA. Padahal pada Permenaker Nomor 16 tahun 2015 pasal 3 ayat 1, wajib merekrut 10 tenaga lokal jika ada 1 TKA.
Selain itu, jabatan komisaris harus kewarganegaraan Indonesia. Juga, mewajibkan pembayaran Dana Kompensasi Penggunaan (DKP) tenaga kerja asing sebesar 100 per dollar AS setiap bulan dalam bentuk mata uang rupiah dan wajib menguasai Bahasa Indonesia.
Aturan itu juga mewajibkan TKA adalah warga negara asing (WNA) pemegang visa dengan maksud bekerja di NKRI. Selain itu, TKA bisa hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu di waktu tertentu.
Pemberi kerja TKA juga harus punya Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) yang disahkan menteri/pejabat yang ditunjuk. Dan, TKA dilarang jadi manajer personalia. (*)
Penulis: Dr Ir Jamhadi MBA sebagai Ketua KADIN Surabaya, CEO PT Tata Bumi Raya, dan Dewan Pendiri Surabaya Creative City Forum. Editor: Ganefo.