beritalima.com – Hari demi hari terus dilewati kakek dan cucunya dengan perasaan ikhlas, tegar dan bersyukur. Dialah bernama Kakek Warno dan Diana. Setiap hari keduanya harus menghadapi kehidupan serba kekurangan. Badan yang mulai rapuh serta tidak memiliki penglihatan yang normal tak mengehentikan semangat juang Kakek Warno mencari rezeki untuk cucunya.
“Untungnya saya mempunyai cucu seperti Diana, dia sangat menyayangi saya. Dia juga sangat tangguh menjalani hidup bersama saya bahkan tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya,” cerita Kakek Warno.
Kakek Warno mengurus sang cucu sejak tahun 2007 dimana Diana telah kehilangan sosok ayah untuk selama-lamanya. Sesaat setelah ayahnya meninggal, Ibu Diana juga telah pergi jauh darinya, mengatakan ingin mengadu nasib di Kota. Hingga kemudian hanya kasih sayang Kakek Warno lah yang paling tulus kepada Diana.
“Aku memilih bersama kakek karena dia tidak bisa melihat. Aku ingin selalu membantunya, membuatkannya minum,makan, dan lainnya. Hanya kakek yang kupunya, hanya kita berdua, kasih sayang aku hanya kuberikan kepadanya. Kakek tak pernah marah kepadaku, banyak nasihat yang dia berikan,” Ujar sang cucu.
Kakek Warno merupakan penjual makanan ringan berupa keripik, kacang-kacangan, dan lain-lain. Diana orang yang selalu ikut membantu dan menemani sang kakek berjualan di pinggir jalan tidak jauh dari tempat mereka tinggal di sekitaran jalan Cikini Raya, Bintaro. Meskipun saat itu Diana harus bersekolah di sekolah dasar, ia memang takpernah lupa menemani kakek berjualan, tanpa rasa malu.
Berjualan keripik tersebut bisa dikatakan ialah kerja keras keduanya saban hari.
Kakek Warno membanderol barang dagangannya seharga Rp3000,- saja, Ya, tidak seberapa keuntungan yang diterima olehnya. Bermodalkan uang senilai 500 ribu rupiah Kakek Warno mantap bertekad berjualan keripik milik orang lain yang dijual kembali olehnya. Kegiatan itu pun sudah dilakonkan sejak tahun 2015.
Kakek Warno memang memiliki tanggung jawab untuk mengidupi sang cucu juga harus membayar sewa rumah yang terbilang cukup mahal tiap bulannya yaitu Rp700.000 tetapi ia mengatakan bahwa meskipun tidak banyak keuntungan yang didapat dari hasil berjualan keripik ternyata mampu menutupi semua kebutuhan yang serba terbatas.
“Saya takpernah merasa kekurangan karena saya harus selalu bersyukur terhadap rezeki yang sudah Tuhan berikan. Saya sebagai manusia hanya bisa sabar, Saya bersyukur masih sehat untuk jalani hidup di dunia ini,” ucap Kakek Warno sambil mengusap matanya..
Sungguh sangat mulia kakek kelahiran tahun 50an itu. Mencari rezeki di usianya yang cukup senja demi sang cucu juga dengan fisik yang terbatas. Memiliki hati yang lembut mampu membuat orang lain kagum tiap melihatnya. Itulah yang membuatku ingin bertemu dengannya, yaitu sosok seorang yang tangguh dan kisahnya yang menginspirasi banyak orang.
Ya tentu, juga taklupa betapa hebatnya sang cucu kelahiran tahun 2006 itu mengurus sang kakek. Banyak sekali waktu bermain yang ia lewatkan juga hanya demi menayangi sang kakek. Kasih sayang antar keduanya benar-benar terlihat sangat saling melengkapi.
Winda Dwiyanti Mahasiswa semester 4 Politeknik Negeri Jakarta.