SURABAYA, beritalima.com | Perhelatan Pilwali Surabaya tinggal hitungan bulan. Namun kandidat yang memiliki kans tiket bertarung, masih cair.
Beberapa nama mulai tenggelam, namun nama lainnya masih terlihat bertahan. Salah satu yang masih bertahan adalah Lia Istifhama. Aktivis NU millenial ini memang dikenal sebagai figur memiliki jaringan relawan yang sangat loyal.
Meski beberapa kali dicibir sebagai kandidat ‘bonek’ (bondho nekat), tapi kenyataannya, Ning Lia masih bertahan dalam bursa pilwali. Bahkan, Benteng Lia (Barisan Penguatan Neng Lia) yang dikomando Gus Yusuf Hidayat, setelah membentuk tim 9 Kiai yang diketuai KH Abdul Mutholib (Rungkut), kini telah membuka posko pemenangan di Wonocolo Gang III. Pnsko tersebut dihandle oleh salah satu relawan, Rosidi.
“Ini merupakan aspirasi teman-teman. Sejak dulu, bahkan sebelum deklarasi 38 relawan, mereka ingin membentuk posko di tiap kecamatan dan ada yang di kelurahan. Namun ning Lia tidak memberikan arahan atas itu karena beliau tidak mau membebani relawan. Beliau bilang, kawan-kawan gak usah kerepotan, njenengan semua sudah banyak membantu. Biar urusan posko cukup dihandle tim Benteng saja. Maka itu, kami pun mengambil alih agar posko berpusat disini saja. Seperti harapan ning Lia agar tidak menjadi beban relawan yang dinilainya sangat mati-matian mendukung pilwali ini, “ujar Rosidi.
Lia Istifhama sendiri, menjelaskan alasan pemilihan lokasi.
“Kita mengambil posisi di tengah pemukiman padat karena kami ingin menjadi bagian dari masyarakat Surabaya yang mayoritas tinggal di pemukiman seperti ini. Ada nuansa kesederhanaan, kebersamaan dan guyub rukun. Saya sendiri juga bersyukur terlahir dan tinggal di Jemur Wonosari. Karena nuansa merasakan sebagai rakyat seperti pada umumnya, sangat terasa”, Ning Lia, ibu dua anak yang akan menginjak usia 36 tahun ini.
Putri tokoh gaek PPP, KH Masykur Hasyim ini, juga menjelaskan harapannya pada relawan.
“Maturnuwun ya semuanya. Saya berharap, berdoa semoga kita semua terus tersambung dalam silaturahmi. Itu yang penting. Urusan pilwali, saya prinsipnya “Otak”, yaitu optimis dan tawakkal” tandasnya di tengah ratusan relawan, Minggu 9 Pebruari 2020, kemarin.
Acara yang berlangsung guyub tersebut, diawali dengan pembacaan doa oleh kakak ipar Lia, yakni Gus Ahmad Sahal Basyaiban, dan ditutup dengan pemaparan para relawan. Diantaranya Sudarmanto, H. Abdur Rahman, H.Husen, Sri Haryati, H. Subhan Effendy, Agung, dan lainnya. (Red).