BANYUWANGI, beritalima.com – Santernya Tentang Istilah SPP yang muncul di SMAN 1 Glenmore, Hal tersebut merupakan istilah bahasa masyarakat. Hal tersebut disampaikan oleh kepala Sekolah SMAN 1 Glenmore, Moch Rifai.Mpd, Saat dikonfirmasi melalui saluran Selulernya, mengatakan bahwa SPP itu istilah Bahasa Mudahnya di masyarakat.
“SPP adalah istilah mudahnya bahasa masyarakat. Seperti halnya apapun merknya, air kemasan disebut aqua. Prinsipnya kami taat dengan pemerintah, Gubernur, tidak ada pungutan, SPP, apa pun namanya. Selebihnya adalah upaya komite untuk berupaya memenuhi kekurangan anggaran sekolah melalui musyawarah dengan wali murid untuk kemudian diserahkan ke manajemen sekolah sebagai biaya tambahan.” ungkap Rifai.
Masih Menurut Rifai, Prinsipnya Sekolah Membutuhkan Bantuan dari masyarakat dan taat pada aturan yang ada.
“Prinsipnya Taat Kepada Gubernur
Satu di antara tugas kepala sekolah sebagai manajer adalah bagaimana delapan standar pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal BNSP bisa diwujudkan. Delapan standar nasional pendidikan itu di antara ada standar pembiayaan. Setiap lembaga pendidikan tentu memiliki target dalam visi dan misi yang akhirnya bermuara pada terwujudnya layanan penyelenggaraan yang berkualitas.
Tentu, untuk memenuhi seluruh standar itu masing-masing punya strategi dan cara. Berkenaan dengan upaya memenuhi standar pembiayaan pendidikan, dibuat rancangan kegiatan sekolah yang di dalamnya muncul anggaran pembiayaan, namanya RKAS.
Sejauh ini, pembiayaan di sekolah belumlah mumpuni untuk mengcover secara ideal dengan hanya mengandalkan biaya dari pemerintah saja. Khususnya di level SLTA, masih memerlukan kepesertaan orang tua murid dan masyarakat. Tidak luput yang terjadi di SMA N 1 Glenmore.
Hasil hitung-hitungan berdasarkan kajian para pakar bahwasanya biaya rata-rata yang diperlukan oleh siswa SMA di Jawa Timur sebesar 4.500.000,00 sampai dengan 5.000.00,00 rupiah pertahun persiswa. Sementara bantuan Pemerintah pusat BOS sebesar Rp 1.500.000,00 persiswa pertahun. Bantuan pemerintah provinsi lewat BPOPP sebesar Rp 840.000.00 pertahun persiswa. Hasil pembagian rata-rata biaya pendidikan siswa SMA perbulan persiswa menjadi Rp 180.000.00. Angka ini bersifat estimasi bahwa BOS dan BPOPP permanen dan lancar.
“Hasil musyawarah antara orang tua kelas X dengan pihak sekolah yang difasilitasi oleh Komite Sekolah, telah disepakati biaya peran serta masyarakat, orang tua murid sebesar Rp 100.000,00 di bawah rata-rata kebutuhan. Itupun masih memberikan ruang afirmasi 20% bagi orang tua yang lemah ekonominya. Tawaran afirmasi mulai dari keringanan sampai sama sekali gratis.” Jelasnya.
Rifai juga menambahkan bahwa sumbanhgan Pengembanhan Sekolah Jika masyarakat mengartikan bahasa awamnya Uang Gedung juga sering di istilahkan Dana Isindental.
Sumbangan Pengembangan Sekolah
Bahasa istilah awamnya ‘uang gedung’. Juga sering diistilahkan dana insidental. Berkait dengan pengembangan fisik infrastruktur sekolah, rehab dan pemeliharaan gedung, dan lain lain, harapannya bisa dicukupi oleh pemerintah. Fakta banyak keterbatasan sementara kondisi di lapangan membutuhkan penanganan segera atau emergenci.
“Semuanya berakhir untuk jaminan kualitas layanan siswa. Juga untuk jaminan keselamatan warga sekolah. Kembali pihak sekolah untuk meringankan beban pemerintah meminta keterlibatan masyarakat, orang tua siswa. Lagi-lagi melalui komite sekolah, sebagai mitra dan pendukung program-program sekolah memohon kesediaan para orang tua ikut serta membantu menyumbangkan tenaga pikiran dan dana. Hasil kajian bersama pihak sekolah dengan komite sekolah, setelah dianalisis dan dihitung membutuhkan biaya antara Rp 400.000.000,00 sampai Rp 500.000.000,00. Kemudian diputuskan dan disetujui masing2 orang tua diberi kesempatan menyumbang berupa dana antara 1.000.000 s.d. 1.500.000 rupiah. Bagi yang mampu, bisa dicicil dan afirmasi 20% bagi mereka yg tidak mampu secara ekonomi, bahkan gratis.” imbuhnya
Bahkan Rifai juga mengulaskan Bahwa Bantuan Dari Masyarakat di sekolahnya termasuk angka terendah di Kabupaten Banyuwangi.
“Angka terendah di Kabupaten Banyuwangi, sumbangan orang tua murid baru 2020/2021. SMA N 1 Glenmore yang berkolaborasi dengan Ponpes Minhajut Thulab memahami keadaan kesulitan ekonomi masyarakat akibat pendemi Covid 19. Oleh karena itu semua dilakukan dengan tetap memberikan kelonggaran, tidak memaksa dan prinsip informatif. Ramah sosial ekonomi.” pungkasnya. (Abi)