Kasus Intimidasi Politik Aceh Sebatas Catatan Harian

  • Whatsapp

Aceh Utara, Beritalima – Tidak sedikit dari berbagai elemen sipil masyarakat menilai sikap kader simpatisan Partai Aceh melampaui batas, seperti hal pertikian yang melibatkan oknum satgas parlok terkait dengan tim pemenangan Tarmizi A Karim diatas mimbar jum’at pekan lalu.

Diantaranya, Lembaga Gerakan Rakyat Aceh Membangun (LSM-GRAM) tidak hanya mengkritisi persoalan yang terjadi antara Jawara Politisi ditengah-tengah masyarakat, namun lembaga tersebut menilai kasus demi kasus kekerasan yang telah terjadi hanya sebatas cacatan atau laporan aparat kepolisian tanpa tindak lanjut yang jelas.

“Ini benar-benar aneh dan tidak masuk akal, hukum di negeri ini menjadi menjadi sebuah mainan yang dimainkan sesuka hatinya seperti halnya beberapa akhir-akhir ini yang marak dengan aksi lapor melaporkan satu pihak kepihak yang berewajib, dan ironisnya satu kasus belum selesai sudah muncul lagi kasus yang baru yang dilaporkan oleh pihak terlapor tadi, tapi buntu” kritik Muhammad Azhar selaku ketua lembaga yang bersangkutan kepada Beritalima.com, Selasa (24/01/17).

“Hal ini terjadi hingga terus dan begitu seterusnya berantai yg entah sampai kapan dan dimana akhirnya. Sehingga terkesan negeri ini hanya untuk mengurus itu saja dan tanpa memikirkan masalah yanh lain, padahal masih banyak sekali yang harus kita lakukan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,” lanjut Azhar via pers rilisnya.

Lebih lanjut, Azhar mengatakan, jika hal tersebut menjadi suatu persoalan yang biasa-biasa saja. Tentu kenyamanan dan kertiban masyarakat di Aceh tidak akan baik-baik saja.
“Nah kalau ini yang terjadi terus-menerus kapan saatnya kita memikirkan pembangunan, kapan kita memikirkan pendidikan, kapan kita memikirkan pemberdayaan ekonomi untuk rakyat untuk mengurangi angka kemiskinan dan juga angka pengangguran yang terus meningkat dan masih banyak lagi yang harus kita lakukan untuk kemajuan dan kemakmuran negeri ini,” tulisnya lagi.

Muhammad Azhar selaku politisi muda berbakat tersebut menyayangkan hal ini harus dialami oleh rakyat Aceh, dimana Cendikiawan Aceh toko masyarakat yang dituakan dan bahkan sarana ibadah seperti masjid dijadikan senjata dan tameng politik kelompok tertentu yang bertujuan memenang aksi pemilu.

“Kalau hal seperti ini terus terjadi dan semua mengedepankan ego tanpa ada niat untuk menyelesaikan masalah sehingga akan mengakibatkan negeri ini diimbangi kehancuran, saya yakinkan itu,” lanjutnya, “Seharusnya yang meski dilakukan oleh pemerintah dan rakyat Indonesia adalah mencari solusi untuk menyelesaikan masalah bukan malah berlomba-lomba menciptakan masalah yang.
Mengingat tersebut kian meresahkan dikalangan rakyat sipil, GRAM meminta pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk berkomitmen menyelesaikan masalah itu yang tidak menjadi sebuah tradisi bagi generasi yang akan datang.

GRAM juga berharap pemerintah agar dapat memberikan pendidikan yang benar-benar mendidik kepada rakyatnya bukan malah sebaliknya, yang sudah terbukti bersalah agar tetap dihukum, “Bukan malah mencari cara untuk membenarkannya serta mencari cara dan menciptakan masalah yang baru untuk menyelamatkan yang salah tadi,” demikian ketua lembaga swadaya masyarakat GRAM. (En)

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *