“Inflasi ini membuat naiknya nilai indeks harga konsumen pada semua kelompok pengeluaran,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Teguh Pramono, di Kantor BPS Jatim, Surabaya, Senin (1/7/2016).
Disebutkan, kelompok pengeluaran tertinggi adalah bahan makanan sebesar 1,48 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,89, sandang, transport, komunikasi, dan jasa keuangan masing-masing 0,80 persen.
“Beberapa komoditi yang memicu terjadinya inflasi antara lain daging ayam ras, bawang merah, angkutan antar kota, angkutan udara, teh manis, emas perhiasan, apel, kentang, cabai rawit dan tarif listrik,” katanya.
Namun, lanjutnya, kenaikan inflasi ini juga disebabkan tradisi mudik saat Lebaran yang menjadi pendorong naiknya kelompok transportasi angkutan darat antar kota maupun angkutan udara.
“Sesuai data kami, angkutan antar kota yang mengalami kenaikan harga adalah untuk kelas non ekonomi, sedangkan untuk angkutan kelas ekonomi maupun AC tarif biasa memberlakukan tarif batas atas,” ucapnya.
Sedangkan untuk kenaikan inflasi pada komoditi sayuran, seperti bawang merah dan cabai rawit diakibatkan curah hujan yang masih tinggi sehingga memengaruhi hasil panen komoditi tersebut.
“Penyesuaian tarif yang dilakukan PLN dengan menaikkan tarif listrik pada Juli 2016 juga berdampak pada inflasi Jatim di bulan Juli ini, dan ini merupakan kenaikan tarif ketiga selama tahun 2016, setelah kenaikan tarif listrik pada Mei dan Juni 2016,” katanya.
Meski demikian, Teguh mengaku masih ada beberapa komoditas yang harganya terkendali dan mampu menghambat terjadinya inflasi, yakni telur ayam ras, besi beton, nangka muda, telepon seluler, semen, tomat sayur, jagung manis, sawi hijau, minyak goreng dan melon.
“Hal yang mempengaruhi harga terkendali adalah stok yang mencukupi dan tidak terjadi kenaikan permintaan yang signifikan terhadap komoditi tersebut, ini merupakan faktor yang mampu mengendalikan harga komoditi tersebut,” katanya.
Sementara itu, wilayah di Jawa Timur yang mengalami inflasi tertinggi adalah Kota Madiun, yakni sebesar 0,85 persen, disusul Surabaya 0,83 persen, Kota Kediri dan Kota Malang masing-masing 0,78 persen. Sedangkan yang terendah Kabupaten Jember, 0,42 persen. (Ganefo)