Catatan: Yousri Nur Raja Agam MH
DAMPAK virus corona, benar-benar mengguncang dunia. Bibit virus yang dicurigai berasal dari Wuhan Cina itu, membuat suasana berduka. Berbagai aktivitas sehari-hari terpaksa dihentikan. Hal ini juga terasa di Indonesia, yang “dianggap” agak kebal dari virus mematikan itu.
Salah satu dampak yang dirasakan masyarakat Indonesia, adalah aktivitas bepergian dari dalam dan ke luar negeri. Baik bepergian untuk kegiatan bisnis, wisata, pendidikan, maupun yang berhubungan dengan ibadah – seperti Umrah – umat Islam ke Masjidilharam di Mekah dan ziarah ke Masjid Nabawi di Madinah Al Munawarah, Arab Saudi.
Dunia penerbangan sebagai alat transportasi antarnegara merugi. Sebab, banyak jalur penerbangan yang ditutup dan tidak beraktivitas. Sebagi contoh yang kita soroti adalah perjalanan umrah umat Islam.
Selain penerbangan yang dihentikan, akibat aktivitas umrah dilarang oleh Penguasa Kerajaan Arab Saudi. Suasana tempat peribadatan utama, yaitu Kabah di Mekah dilaporkan mulai sepi. Kabarnya, penghentian aktivitas kunjungan untuk umrah dari luar Arab Saudi, menunggu keadaan dan suasana memungkinkan.
Semula ada yang menyebut bakal berlangsung sepanjang tahun 2020. Namun, hal ini dibantah. Konsul Haji KJRI Jeddah, Endang Jumali menyatakan informasi Pemerintah Arab Saudi menangguhkan pelaksanaan umrah selama tahun 2020 tidak benar.
Adanya larangan ini sebagai upaya membatasi epidemi virus corona (Covid-19). Pemerintah Saudi mengumumkan penundaan penerbitan visa umrah sejak 27 Februari 2020. Diperkirakan seperti tahun 2019 lalu, umat Islam yang melakukan umrah mencapai 7.5 juta orang. Umat Islam Indonesia merupakan jamaah terbanyak dalam melaksanakan umrah maupun ibadah haji.
Bagaimanapun juga, persiapan untuk pemberangkatan jamaah haji tahun 2020 tetap dilakukan. Sesuai dengan jadwal, keberangkatan jamaah calon haji sekitar Juli tahun2020. Kendati demikian, tentu tetap menunggu keputusan Pemerintah Arab Saudi, berdasarkan keadaan yang berhubungan dengan dampak virus corona tersebut.
Dari catatan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah, tidak kurang dari 9.000 jemaah umrah asal Indonesia gagal menjalankan umrah, akibat kebijakan penangguhan visa oleh Arab Saudi. Ribuan jemaah yang terlanjur berangkat, dipulangkan kembali ke Indonesia.
Namun, sejak awal Januari 2020, jemaah umrah yang telah menjalankan ibadah umrah dengan lancar mencapai 28.000 jemaah.
Dampak bagi pengusaha travel haji dan umrah, luar biasa. Kerugian yang dialami para pengusaha dalam satu bulan ditaksir mencapai Rp 2,5 triliun. Ini, jika dilihat biya umrah minimal Rp 20 juta per orang. Dari catatan yang dihimpun dari berbagai sumber, jumlah calon jamah umrah Indonesia yang gagal berangkat untuk menunaikan ibadah di tanah suci mencapai 150.000 jamaah.
Saat suasana tidak menentu, ada kabar yang menyebut Pemerintah Arab Saudi akan membuka kembali kegiatan umrah tanggal 14 Maret 2020. Namun, Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag, Prof.Dr.Nizar dengan tegas membantah. Ia menyebuit kabar itu bohong.
Nah, demikianlah yang terjadi berkaitan dengan virus corona yang berhubungan dengan ibadah umrah, serta tidak lama lagi juga menjelang musim haji 2020.
Memang, saat ini, situasi di luar negeri, terasa masih mencekam jika dikaitkan dengan dampak virus corona. Di Indonesia yang dianggap aman-aman saja, ternyata ada pihak yang sengaja membuat informasi yang menyesatkan.
Salah satu contoh, dampak lain seperti yang menimpa PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I, memengaruhi 90 penerbangan per bulan ke Saudi Arabia. Perusahaan BUMN ini, menyatakan dampak yang cukup terasa ada;ah penghentian penerbangan sekitar 90 penerbangan per bulan ke Saudi Arabia, ujar Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi kepada Antara, Jumat (6/3/2020).
Faik Fahmi menyampaikan bahwa terdapat potensi kerugian sekitar Rp 207 miliar selama Januari-Februari 2020, akibat dihentikannya penerbangan domestik dan internasional. Angkasa Pura I sendiri belum menghitung dampak terhadap bisnis non-penerbangannya atau non-aero, yang mengelola bandara itu, memiliki bisnis komersial seperti restoran, toko ritel dan sebagainya.
Dampak selanjutnya, tentu masih kita lihat setelah Maret ini, terus ke bulan-bulan berikutnya. Tentu, kita berdoa. Indonesia tidak akan berdampak besar. Sehingga, dengan demikian pihak Arab Saudi bisa menerima kembali penerbangan dari Indonesia ke tanah suci. Semoga. (***)