Kementerian Pariwisata Dukung Penuh Pengembangan Pariwisata NTT

  • Whatsapp

KUPANG, BERITALIMA.COM – Deputi Pemasaran II Kementerian Pariwisata RI, Nia Niscaya mengungkapkan, Pariwisata NTT terus bertumbuh dan berkembang pesat. Minat para wisatawan asing (wisman) untuk mengunjungi NTT terus meningkat dari tahun ke tahun. Kementerian Pariwisata siap untuk mendukung penuh pengembangan pariwisata di NTT.

“Komodo sudah menjadi top of mindnya wisatawan (prioritas unggulan dari para wisatawan,red). Kalau kita lihat dari sisi wismannya, yang ke Komodo kebanyakan orang-orang berduit. Dari Australia dan Eropa. Komodo memang sesuatu yang sangat dicari karena menawarkan petualangan wisata yang unik,” jelas Nia saat mendampingi Kunjungan Kerja (Kunker) Spesifik Bidang Pariwisata Komisi X DPR RI.
Dua orang Anggota DPR Komisi X yang melakukan Kunker adalah Anita Gah (Fraksi Demokrat) dan Mustafa Kamal (Fraksi PKS). Keduanya diterima Wakil Gubernur NTT, Josef A. Nae Soi di Ruang Rapat Gubernur, Selasa (26/3).

Menurut Nia, dengan fungsi Kementerian Pariwisata yang lebih besar menitikberatkan kepada pemasaran dan penjualan objek-objek pariwisata, NTT selalu mendapat perhatian dan menjadi salah satu daerah prioritas bersama Bali. Kementerian Pariwisata mendukung penuh pengembangan pariwisata NTT.

“NTT sudah ada di benak kami. Boleh searching atau googling iklan-iklan kami di luar negeri, pasti ada komodonya. Di bus-bus pariwisata kami di luar negeri, pasti ada gambar Komodo. Kalau ada festival-festival pariwisata dari pemerintah daerah, kami akan siap membantu dari pre (sebelum), on (saat berlangsung) dan post (sesudah) kegiatan. Untuk pre , baiknya kami dikirimkan video atau foto dengan resolusi tinggi untuk promosi ke seluruh sosial media dan ofisial website. Ketika on kami siap mendatangkan tour operator dan media dari negara-negara fokus pasar. Tinggal sebut saja , butuh dari negara mana. Kami akan siapkan semua kebutuhan dan kami pastikan mereka akan beritakan kegiatan itu . Sesudah kegiatan, kami juga terus akan promosikan, supaya orang ingat dan akan datang lagi. Kami juga punya dana dekonsentrasi bagi NTT untuk promosi,” jelas Nia yang menangani pemasaran pariwisata di Eropa,Timur Tengah, Afrika Asia Pasifik dan Amerika.

Terkait dengan wacana penutupan pulau Komodo, Nia menjelaskan seiring dengan penjelasan terperinci dan terus menerus tentang manfaat penutupan tersebut, semakin banyak orang yang mengerti dan memahami manfaatnya. Wisatawan masih bisa melihat Komodo di Pulau Rinca dan Pulau Padar.

“Saya pikir dalam konsep suistanable tourism (pariwisata berkelanjutan), kalau konservasi menjadi pertimbangan, saya kira banyak orang yang akan terima. Yang paling terekspos oleh Kementerian Pariwisata selain Bali adalah Komodo karena telah menjadi ikon pariwisata NTT,” pungkas Nia.

Sementara itu, Ketua Tim Kunker DPR, Anita Gah dalam sambutannya mengungkapkan, tujuan kunker DPR adalah untuk
dapatkan data empiris dalam pengambilan kebijakan serta langkah strategis pengembanagan pariwisata di NTT. Khususnya untuk melihat aspek amenitas, aksesibilitas, atraksi dan juga dampak bencana alam bagi pariwisata.

“Bencana alam merupakan hal yang harus diperhitungkan dalam pengembangan pariwisata. Pemerintah telah merevisi target perolehan devisa dari pariwisata tahun 2019 dari 20 miliar dollar menjadi 17,6 miliar dollar. Sementara jumlah kunjungan wismannya tetap ditargetkan 20 juta orang dan wisatawan nusantara sebanya 275 juta perjalanan. Revisi ini didasarkan pada pengalaman tahun 2018 di mana kunjungan wisman tidak mencapai target karena faktor bencana alam ini. Banyak negara yang membatalkan perjalananan warganya ke Indonesia karena takut terdampak bencana,” jelas Anita.

DPR khususnya Komis X, lanjut Anita sangat mendukung dan mendorong pengembangan pariwisata di NTT. NTT punya potensi pariwisata yang luar biasa baik alam, budaya maupun wisata baharinya.

“Kami butuh data-data yang riil pengembangan destinasi pariwisata dari kabupaten/kota. Kami mengapresiasi kepada pemerintah Provinsi yang lebih fokus untuk meningkatkan pengembangan pariwisata. Komisi X tidak mau berjanji , tapi kami berkomitmen, NTT jadi salah satu prioritas penganggaran untuk pariwisata tahun 2020,” jelas Anita.

Menanggapi hal itu, Wakil Gubernur , Josef A. Nae Soi menegaskan, pemerintah provinsi telah menetapkan pariwisata sebagai prime mover ekonomi NTT. Langkah-langkah nyata telah mulai dibuat oleh Pemerintah Provinsi di antaranya Pemberlakuan English Day. Juga upaya untuk melakukan konservasi terhadap Komodo dengan menutup Pulau Komodo selama setahun.

“Orang dari seluruh dunia mau lihat Komodo yang asli. Kita mau kembalikan habitat komodo ke habitat semula. Komodo yang asli, begitu liat mangsanya, dia langsung kejar, liar dan buas. Juga kita ingin kembalikan ekosistem dan rantai makannan di pulau Komodo. Kemudian kita jual ke dunia dengan sistem kuota. Kalau mau liat yang asli, bayarnya harus mahal,” jelas Josef Nae Soi.

Langkah lainnya, lanjut Josef, adalah dengan mendorong kabupaten/kota untuk melakukan festival seperti festival Komodo di Manggarai Barat, Pasola di Sumba, Ikan Paus di Lembata, panggil Ikan duyun di Alor, Reba di Bajawa, Kelaba Maja di Sabu, Semana Santa dan festival-festival lainnya. Keterlibatan Pemerintah Pusat dalam mendukung berbagai kegiatan festival ini sangat dibutuhkan.

“Kami juga berupaya untuk menyiapkan sumberdaya manusia berkualitas untuk mengembangkan pariwisata. Sekarang kami lagi seleksi untuk mendapatkan pemuda-pemudi NTT sebanyak 25 orang untuk magang pendidikan vokasi pariwisata di Griffith University Quennsland Australia. Kami bekerja sama dengan Undana. Dananya bukan dari APBD tapi dari kami cari dari CSR dan sumber pendanaan lainnya. Kami juga berkoordinasi dengan Menteri Komunikasi dan Informasi untuk mendukung jaringan internet dalam pengembangan pariwisata,” ungkap Josef.

Di akhir sambutannya, Josef meminta dukungan khususnya pendanaan dari pemerintah pusat terkait aksesibilitas infrastruktur ke daerah pariwisata. Juga untuk pengembangan akomodasi masyarakarat dalam mengembangkan pariwisata.

“Kami minta dukungan pengembangan bandara di Sabu. Kami juga kesulitan untuk mengembangkan apa yang kami namakan Ring of Beauty terutama ketersdiaan kapal-kapal fery untuk melayani dan menghubungkan satu daerah ke daerah lainnya di NTT,”pungkas Gubernur Nae Soi. (L. Ng. Mbuhang)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *