Jakarta | beritalima.com – Kenaikan cukai rokok selalu naik akibat pembatasan dampak negatif dan pemasukan negara disikapi oleh beberapa narasumber dalam Workshop Daring Jurnalis yang diselenggarakan secara virtual oleh Aliansi Jurnalia Indonesia (AJI) Jakarta, pada Kamia (2/9/2021). Nara sumber tersebut diantaranya Faisal Basri selaku Ekonom Universitas Indonesia, Tati Anas Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal Sektoral, dan dari DJBC Akbar Harianto.
Lebih lanjut Workshop Daring Jurnalis yang dimoderatori Caesar Akbar dari AJI Jakarta lebih dulu meminta tanggapan dari kepada Akbar bahwa total target cukai Rp203 triliun yang berasal dari hasil tembakau.
Menurutnya tantangan yang dihadapi pemerintah ketika hendak membatasi produksi tembakau hingga terjadi tarik menarik. Akbar pun mengatakan bahwa pemerintah harus netral dan bagaimana produkai tembakau bisa dikendalikan.
“Faktor pengendalian tembakau, angka prevalensi atau kecenderungan merokok dari masyarakat dari tahun 2015, 30,2% menjadi 28,69 di tahun 2020,” jelas Akbar.
Gayung bersambut, Faisal Basri salah satu ekonom dari Universitas Indonwsia, menegaskan bahwa pemerintah dalam hal kenaikan cukai yang berakibat dampak negatif pada rokok dan pemasukan negara. Menurut anggapannya pemerintah tidak boleh netral melainkan pemerintah harus hadir melindungi warga negaranya utamanya generasi emas.
“Fakta bahwa makin banyak penduduk usia belia yang merokok. Prevalensi perokok muda naik terus artinya apapun yang pa Akbar katakan tidak efektif untuk melindungi rakyat. Prevalensi perokok lelaki kita tertinggi di dunia naik,” jelas Faisal Basri.
Masih diungkapkam Faisal, setiap tahun naik terus, yang penting jumlah orang yang merokok dulu nih. Produksi rokok menurun karena jumlah orang yang merokok berkurang batangnya. Tapi jumlah orang merokok naik terus.
“Artinya jumlah ini tidak efektif untuk melindungi rakyat Indonesia. Tidak boleh netral pak. Negara harus adil, cukai kita yakini, kita buat untuk mengendalikan jadi bukan optimalisasi penerimaan negara. Targetnya bukan untuk penerimaan negara,” imbuhnya.
Namun ditegaskan Ekonom UI tersebut, Negara harus kreatif untuk menciptakan kegiatan ekonomi yang bernilai tambah tinggi, jangan mengandalkan pada cukai memang cukai tidak pernah turun.
Reporter : Dedy Mulyadi