SURABAYA, beritalima.com | Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur merilis inflasi year on year (y-on-y) gabungan delapan kota di Jawa Timur pada September 2023 sebesar 3,01 persen. Tingkat inflasi month to month (m-to-m) sebesar 0,32 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116,58.
“Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran,” terang Fungsional Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Timur, Umar Sjaifudin M.Si, Senin (2/10/2023).
Disebutkan, kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, yakni sebesar 6,09 persen. Disusul kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,90 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,88 persen.
Kemudian, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 2,59 persen, kelompok kesehatan sebesar 3,62 persen, kelompok transportasi sebesar 0,34 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,05 persen.
Terus, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,26 persen, kelompok pendidikan sebesar 2,24 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/ restoran sebesar 3,30 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,63 persen.
Disampaikan, pada level kota, Inflasi y-on-y September 2023 tertinggi terjadi di Sumenep, sebesar 4,47 persen dengan IHK sebesar 118,19, dan terendah terjadi di Madiun sebesar 2,16 persen dengan IHK sebesar 114,20.
Tingkat inflasi y-on-y September 2023 komponen energi sebesar 0,06 persen, secara m-to-m mengalami inflasi sebesar 0,81 persen. Tingkat inflasi y-on-y September 2023 komponen bahan makanan sebesar 6,28 persen, secara m-to-m mengalami inflasi sebesar 0,79 persen.
Umar menambahkan, inflasi secara m-to-m pada September 2023 kemarin dipengaruhi kenaikan harga beras dan bahan bakar minyak (BBM). “Jadi harga beras masih mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya,” tandasnya.
Menurutnya, kenaikan harga beras tersebut dimungkinkan karena faktor cuaca, faktor pemberhentian ekspor beras oleh India, dan musim kemarau panjang, sehingga dari 8 kota mengalami kenaikan di komoditas beras.
“Sumenep mengalami kenaikan cukup signifikan sebesar 12,97%, meskipun secara rerata kenaikan harga beras juga terjadi di 7 kabupaten/kota lainnya antara 5 sampai 8 persen,” sebutnya.
“Jadi secara m-to-m, selain beras mengalami kenaikan 6,62 persen, sedangkan BBM mengalami kenaikan 1,44 persen. Dari dua komoditas itu berpengaruh lumayan tinggi pada inflasi September 2023 ini,” lanjut Umar.
Dikemukakan pula, secara m-to-m memang terjadi kenaikan bila dibandingkan dengan Agustus tahun kemarin. Tapi bila dibandingkan secara y-on-y, dari September 2023 terhadap bulan September 2022, mengalami penurunan.
“Kalau secara y-on-y kemarin sebesar 4,04 persen, sekarang sudah 3,01 persen. Hal ini karena pada September 2022 kemarin terjadi kenaikan yang lumayan tinggi di harga BBM. Meskipun tahun ini BBM naik, tapi tidak sedrastis pada September 2022 lalu,” tambahnya. (Gan)
Teks Foto: Fungsional Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Timur, Umar Sjaifudin M.Si.