Beralih ke era digital, marak netizen (jurnalisme warga) yang menjadikan mudah bagi siapapun untuk menginformasikan hal yang sedang terjadi di lingkungan sekitar. Kini, menjadi jurnalis rasanya mudah bagi setiap orang, asal ada kemauan yang tinggi untuk belajar dan mengasah kemampuan di bidang jurnalistik.
Menjadi jurnalis, sering orang sebut sebagai pekerjaan yang mulia. Kemudian pers akrab kita kenal sebagai pilar ke-4 demokrasi setelah lembaga Eksekutif (Pemerintahan), Legislatif (DPR/Parlemen), dan Yudikatif (Lembaga Hukum) karena pada hakekatnya pers berfungsi sebagai alat kontrol sosial dalam dunia demokrasi yang semakin menguatkan peran dan fungsi pers dalam masyarakat.
Namun, saat zaman makin memudahkan setiap orang berkesempatan untuk menginformasikan kejadian, tetap saja tidak semua orang bisa disebut sebagai seorang jurnalis. Semua harus memiliki proses dan langkah untuk diperjuangkan agar dapat menjadi jurnalis yang independen dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Berikut kami paparkan 3 kemampuan yang biasa melekat pada seorang jurnalis :
1. Rasa ingin tahu yang mendalam
Rasa ingin tahu atau akrab kita sebut dengan kepo adalah perasaan yang menjadi ciri khas seorang jurnalis. Jika kamu sudah mudah untuk kepo, kamu sudah bisa lolos memiliki predikat ciri pertama menjadi seorang jurnalis. Namun, jika kamu gambarkan dirimu sebagai orang yang belum bisa menempatkan rasa keingintahuanmu, kamu bisa mengasahnya dengan berada di lingkungan yang mendukung rasa keingintahuanmu. Misalnya saja dengan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi yang menyediakan prodi jurnalistik, seperti Politeknik Negeri Jakarta.
2. Sigap, Kreatif Abadikan Momen
Tidak dapat kita pungkiri bahwa seorang jurnalis umumnya nyaman kita lihat dalam memadukan kata dalam menyampaikan informasi. Saat rasa ingin tahu sudah kamu kuasai, sekarang yang perlu kamu asah adalah kesigapan dan kekreatifan kamu dalam mengolah suatu peristiwa menjadi tulisan yang pantas disebut sebagai informasi.
Tapi, semua tidak hanya seputar tulisan. Jurnalis harus dapat mempertanggungjawabkan tulisan tersebut. Kamu, harus check re-check informasi yang akan kamu sampaikan, Seperti pesan yang selalu disampaikan oleh Djony Herfan, Dosen Prodi Jurnalistik di Teknik Grafika Penerbitan bahwa sebagai seorang jurnalis, harus check re-check informasi sebelum mengunggah agar selalu terhindar dari hoax.
3. Fokus dan Teliti
Setelah check re-check informasi, kamu belum bisa aman sebelum kamu memperhatikan kelayakan tulisan saat dibaca oleh khalayak. Ingat selalu untuk perhatikan penulisan dan keakuratannya. Semua harus efesien, jelas dan berimbang.
Pamusuk Eneste, Dosen Penyuntingan berita di Teknik Grafika Penerbitan – Politeknik Negeri Jakarta menyampaikan “kesalahan satu huruf, bisa mengubah arti.” Maksud dari pesan tersebut ialah fatalnya saltika pada suatu tulisan (informasi) yang akan dipublikasikan. Misalnya saja kata “kelapa” yang keliru diketik menjadi “kepala”. Dua kata yang berbeda akan menimbulkan kebingungan bagi para pembaca dan hal tersebut dinilai sangat fatal untuk dipahami.
Dari paparan diatas, sekarang jangan ragu untuk sampaikan kebenaran. Semua memang harus dimulai dari sekarang, acuhkan sungkan saat sedang berjuang. Kamu pasti bisa.
Nurul Fajriyah
Mahasiswi Teknik Grafika dan Penerbitan – Politeknik Negeri Jakarta