Kerajaan Minangkabau Adalah Kerajaan Pertama NKRI

  • Whatsapp

SUMATERA BARAT, Minangkabau adalah masyarakat yang paling berbangga di dalam NKRI, karena kerajaan pertama yang bangkit di dalam NKRI merupakan kerajaan berdarah Minangkabau, yaitu Kerajaan Kandis, yang eksis dan bersemi pada abad pertama sebelum Masehi (SM), bertapak di derah yang sekarang bernama Kuantan. Berikut paparan yang berasal dari wikipedia.

Kerajaan Kandis

Kerajaan Kandis adalah kerajaan tertua yang berdiri di Sumatera, yang terletak di Koto Alang, masuk wilayah Lubuk Jambi, Kuantan, Riau.

Sejarah

Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada 1 tahun Sebelum Masehi, mendahului berdirinya Kerajaan Moloyou atau Dharmasraya di Sumatera Tengah. Dua tokoh yang sering disebut sebagai raja kerajaan ini adalah Patih dan Tumenggung.

Maharaja Diraja, pendiri kerajaan ini, sesampainya di Bukit Bakau membangun istana yang megah yang dinamakan Istana Dhamna. Putra nya Maharaja Diraja bernama Darmaswara bergelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra Mahkota Maharaja Diraja) dan gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih akrab dipanggil).

Datuk Rajo Tunggal memiliki senjata kebesaran yaitu keris berhulu kepala burung garuda yang sampai saat ini masih dipegang oleh Danial gelar Datuk Mangkuto Maharajo Dirajo. Datuk Rajo Tunggal menikah dengan putri yang bernama Bunda Pertiwi. Bunda Pertiwi bersaudara dengan Bunda Darah Putih. Bunda Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang bungsu.

Setelah Maharaja Diraja wafat, Datuk Rajo Tunggal menjadi Raja di Kerajaan Kandis. Bunda Darah Putih dipersunting oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang kerajaan Kandis adalah sepasang bunga raya berwarna merah dan putih.

Ekonomi Kerajaan

Kehidupan ekonomi Kerajaan Kandis adalah hasil hutan seperti damar, rotan, dan sarang burung layang-layang, dan hasil bumi seperti emas dan perak. Daerah Kerajaan Kandis kaya akan emas, sehingga Rajo Tunggal memerintahkan untuk membuat tambang emas di kaki Bukit Bakar yang dikenal dengan Tambang Titah, artinya tambang emas yang dibuat berdasarkan Titah Raja. Sampai saat ini bekas peninggalan tambang ini masih dinamakan dengan Tambang Titah.

Hasil hutan dan hasil bumi Kandis diperdagangkan ke Semenanjung Melayu oleh Mentri Perdagangan Dt. Bandaro Hitam dengan memakai ojung atau kapal kayu. Dari Malaka ke Kandis membawa barang-barang kebutuhan kerajaan dan masyarakat.

Demikianlah hubungan perdagangan antara Kandis dan Malaka sampai Kandis mencapai puncak kejayaannya. Menteri perdagangan Kerajaan Kandis yang bolak-balik ke Semenanjung Malaka membawa barang dagangan dan menikah dengan orang Malaka. Sebagai orang pertama yang menjalin hubungan perdagangan dengan Malaka dan meninggalkan cerita Kerajaan Kandis dengan Istana Dhamna kepada anak istrinya di Semenanjung Melayu.

Dt. Rajo Tunggal memerintah dengan adil dan bijaksana. Pada puncak kejayaannya terjadilah perebutan kekuasaan oleh bawahan Raja yang ingin berkuasa sehingga terjadi fitnah dan hasutan. Orang-orang yang merasa mampu dan berpengaruh berangsur-angsur pindah dari Bukit Bakar ke tempat lain di antaranya ke Bukit Selasih dan akhirnya berdirilah Kerajaan Kancil Putih di Bukit Selasih tersebut.

Berdirinya Kerajaan Kancil Putih dan Kerajaan Koto Alang

Air laut semakin surut sehingga daerah Kuantan makin banyak yang timbul. Kemudian berdiri pula kerajaan Koto Alang di Botung (Desa Sangau sekarang) dengan Raja Aur Kuning sebagai Rajanya. Penyebaran penduduk Kandis ini ke berbagai tempat yang telah timbul dari permukaan laut, sehingga berdiri juga Kerajaan Puti Pinang Masak / Pinang Merah di daerah Pantai (Lubuk Ramo sekarang). Kemudian juga berdiri Kerajaan Dang Tuanku di Singingi dan kerajaan Imbang Jayo di Koto Baru (Singingi Hilir sekarang).

Dengan berdirinya kerajaan-kerajaan baru, maka mulailah terjadi perebutan kekuasaan yang akhirnya timbul peperangan antar kerajaan. Kerajaan Koto Alang memerangi Kerajaan Kancil Putih, setelah itu Kerajaan Kandis memerangi Kerajaan Koto Alang dan dikalahkan oleh Kandis. Kerajaan Koto Alang tidak mau diperintah oleh Kandis, sehingga Raja Aur Kuning pindah ke daerah Jambi, sedangkan Patih dan Temenggung pindah ke Merapi.

Kepindahan Raja Aur Kuning ke daerah Jambi menyebabkan sungai yang mengalir di samping kerajaan Koto Alang diberi nama Sungai Salo, artinya Raja Bukak Selo (buka sila) karena kalah dalam peperangan. Sedangkan Patih dan Temenggung lari ke Gunung Marapi (Sumatera Barat) di mana keduanya mengukir sejarah Sumatra Barat, dengan berganti nama Patih menjadi Dt. Perpatih nan Sabatang dan Temenggung berganti nama menjadi Dt. Ketemenggungan.

Tidak lama kemudian, pembesar-pembesar Kerajaan Kandis mati terbunuh diserang oleh Raja Sintong dari Cina Belakang, dengan ekspedisinya dikenal dengan Ekspedisi Sintong. Tempat berlabuhnya kapal Raja Sintong, dinamakan dengan Sintonga. Setelah mengalahkan Kerajaan Kandis, Raja Sintong beserta prajuritnya melanjutkan perjalanan ke Jambi. Setelah kalah perang pemuka Kerajaan Kandis berkumpul di Bukit Bakar. Karena cemas akan serangan musuh, mereka sepakat untuk menyembunyikan Istana Dhamna dengan melakukan sumpah. Sejak itulah Istana Dhamna hilang, dan mereka memindahkan pusat kerajaan Kandis ke Dusun Tuo (Teluk Kuantan sekarang).

-o0o-

Artikel wikipedia di atas mengisahkan Kerajaan Kandis yang berdiri di Sumatera Tengah, tepatnya di Kuantan, Riau sekarang, pada abad pertama sebelum Masehi. Dengan ditetapkannya abad pertama sebelum Masehi bagi berdirinya Kerajaan Kandis ini, maka praktis kerajaan ini menjadi kerajaan pertama yang bangkit di NKRI, karena sebelum Kerajaan Kandis, belum pernah tercatat ada kerajaan yang mendahului Kerajaan Kandis ini.

Sebagai perbandingan, Kerajaan Kutai berdiri pada abad IV, alias pada tahun 300an Masehi. Sementara itu, Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad VII, alias pada tahun 600an Masehi. Majapahit pada abad XIV alias pada tahun 1300an. Kerajaan Singasari berdiri pada abad XIII alias pada tahun 1200an. Kerajaan Salakanagara berdiri di Tanah Sunda pada tahun 130 Masehi.

Jadi, Kerajaan Kandis adalah 400 tahun lebih awal dari Kerajaan Kutai di Kalimantan.

Perlu dikemukakan di sini, bahwa sebenarnya kerajaan ini lebih tepat dikatakan sebagai Kerajaan Riau (bukan Kerajaan Minangkabau), karena bertapak di Provinsi Riau sekarang: Kuantan adalah nama derah di dalam Provinsi Riau. Namun mengapa Kerajaan Kandis diperkatakan sebagai Kerajaan Minangkabau? Ada beberapa alasan.

Di dalam artikel wikipedia tersebut yang melaporkan Kerajaan Kandis ini, penyebutan nama-nama tokoh Kerajaan Kandis bergenre bahasa Minangkabau, seperti Datuak, Bagindo, Rajo, Mangkuto, dsb. Ini merupakan indikasi bahwa kerajaan tersebut merupakan kerajaan yang bersuku Minangkabau. Kalau memang benar bahwa Kerajaan Kandis merupakan Kerajaan non-Minangkabau (melainkan Melayu biasa) maka mestilah nama tokoh-tokohnya bergenre bahasa Melayu biasa.
Biar bagaimana pun, secara peta, Kuantan sebagai tempat bertapaknya Kerajaan Kandis ini, sangat dekat dengan Minangkabau versi Sumatera Barat. Dapat dikatakan bahwa Kuantan praktis berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat.
Dua tokoh fenomenal pada Kerajaan Kandis ini, ‘berpulang’ ke ranah Minangkabau (yaitu ke lereng Gunung Merapi), yaitu Datuak Perpatih Nan Sabatang dan Datuak Katumanggungan. Ini menandakan bahwa Kerajaan Kandis sebenarnya Kerajaan Minangkabau, karena terbukti dari dua tokohnya yang berpulang ke Minangkabau. Logikanya, kalau kedua tokoh tersebut bukan orang Minangkabau, maka mengapa mereka pulang ke ranah Minangkabau?
Pembedaan antara Minangkabau dengan Riau sekarang ini, sebenarnya adalah konsepsi yang diberlakukan Pemerintah NKRI ini, yang ‘mencukupkan’ Alam Minangkabau hanya pada Provinsi Sumatera Barat. Sebenarnya Minangkabau merupakan kebudayaan yang meliputi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu bahkan Mandailing. Melalui pendekatan ini, maka jelaslah bahwa Riau, atau juga Kuantan, adalah Minangkabau juga. Maka dari itu, Kerajaan Kandis adalah Kerajaan Minangkabau.
Berdasarkan beberapa alasan / latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Kandis merupakan kerajaan berdarah Minangkabau, dan kesimpulan ini sebenarnya ‘bernada sama’ dengan megahnya marwah Minangkabau di Tatar Nusantara, di mana sama diketahui bahwa masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat yang menonjol di dalam satu dan beberapa bidang, seperti bidang politik, ekonomi, intelektual, agama dsb. Dengan kata lain, kalau kita mengajukan klaim bahwa Kerajaan Kandis merupakan kerajaan bersuku Minangkabau, maka sebenarnya hal tersebut adalah wajar, karena masyarakat Minangkabau mempunyai latar belakang yang positif (mendukung) untuk klaim itu.

Pada akhirnya, sungguh masyarakat Minangkabau patut berbangga karena leluhur mereka, pada abad pertama sebelum Masehi telah tampil ke muka untuk mendirikan kerajaan yang kelak menjadi kerajaan pertama di Nusantara, ketika bumi dan tempat lain di Nusantara ini masih tertidur di dalam buaian Alam Semesta.

Semoga paparan Minangel ini menjadi inspirasi bagi seluruh masyarakat Minangkabau untuk berkarya lebih giat lagi demi memajukan Alam Nusantara yang permai ini. Amin.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *