BIREUEN ACEH_ beritalima.com I Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bireuen, Hamdani MPd meminta klafikasi kepada pengurus Masjid Alue Bili Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara terhadap fitnah yang menimpa Kepala SLB Vokasional Muhammadiyah Kabupaten Bireuen, Selasa (04/08/2020).
Hamdani sangat prihatin atas peristiwa yang menimpa Kepala SLB Vokasional Muhammadiyah Bireuen, Istiarsyah Iskandar yang diberitakan di salah satu media online dengan judul berita “Diduga seorang ayah ajari anaknya mencuri kotak amal masjid.
Selain diberitakan di media online turut ditayangkan di You Tube dengan judul berbeda namun sangat menyakitkan dengan menuliskan “Pencurian di Masjid Alue Bili Rayeuk, Baktiya, Aceh Utara Satu Keluarga,” kata Hamdani.
Dikatakannya, berita ini sungguh telah melukai hati profesi seluruh guru di Aceh bahkan di Indonesia pada umumnya dan instansi pendidikan Aceh padahal kejadiannya tidak seperti yang diberitakan.
“Istiarsyah adalah salah satu putra terbaik Aceh. Beliau adalah guru Sekolah Luar Biasa (SLB) berprestasi. Mendapatkan beasiswa pendidikan S1, S2 dan S3 dalam bidang Pendidikan Khusus dari Pemerintah Aceh dan beasiswa Professional Learning dari Kemdikbud ke Australia,” ucap Hamdani.
Tahun 2019 beliau mendapatkan hadiah umrah dari Dinas Pendidikan Aceh berkat prestasi yang beliau miliki kemudian dipercayakan untuk memimpin sebuah sekolah vokasional yaitu SLB Muhammadiyah Kabupaten Bireuen, ucapnya.
Hamdani meminta agar pengurus masjid setempat mengklarifikasi kronologi peristiwa tersebut agar pencemaran nama baik Kepala SLB Vokasional Muhammadiyah Bireuen tidak seperti yang diberitakan.
Saat dihubungi media, Selasa (02/08), Istiarsyah menceritakan kronologi kejadian. Pada hari Rabu (29/07) ia dan keluarga melakukan perjalanan pulang kampung dari Bireuen menuju Sungai Raya, Aceh Timur.
Saat itu ia singgah untuk menunaikan Shalat Dhuhur di sebuah Masjid di Alue Bili, Kecamatan Baktya, Aceh Utara. Lalu anaknya mengangkat kotak amal kayu berwarna hijau yang ternyata kotak amal itu kuncinya sudah rusak dan di dalamnya ada sejumlah uang, ujar Istiarsyah.
“Kemudian istri beliau berkata kepadanya, kotak ini sudah rusak, lebih baik masukkan saja uangnya ke dalam kotak amal yang lain biar aman. Lalu Istiarsyah dan putrinya memasukkan uang itu ke dalam kotak amal yang satunya lagi,” ucapnya.
Istiarsyah menjelaskan, selanjutnya setelah selesai ia meminta anaknya untuk meletakkan kotak amal yang rusak ke belakang mimbar dengan tujuan agar orang-orang yang akan bersedekah nanti tidak memasukkan ke dalam kotak amal yang rusak supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Niat baik berujung musibah yang mencemarkan nama baiknya beserta keluarga membuat luka mendalam bagi semua orang yang membaca dan menonton berita tersebut,” ujarnya sedih.
Dikatakannya, seharusnya sebelum video itu beredar alangkah baiknya pihak terkait melakukan verifikasi dan tabayyun terhadap kebenaran cerita, sehingga tidak terjadi kerugian bagi pihak yang dituduhkan.
Istiarsyah dan keluarga berharap, pihak berwajib segera melakukan tindakan kepada pihak-pihak yang telah mengedarkan berita tidak benar tesebut.
“Saya dan keluarga menderita tekanan psikologis dan moral, hingga sekarang istri selalu sedih terdiam. Ibu di kampung sering menelpon dengan menangis menanyakan kabar kami, padahal beliau ada penyakit darah tinggi yang seharusnya tidak boleh ada beban pikiran,” keluhnya.
Rasa lelah saat harus selalu menjawab banyak teman dan saudara yang bertanya melalui HP maupun yang bertatap muka langsung. Semoga Allah memberikan kesabaran kepada kami sekeluarga, dan Allah bukakan pintu hidayah kepada pihak penyebar berita,” tutup Istiarsyah. (Teuku Muhammad)